Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Alasan Perlunya Pertanian Terpadu | Petani Hebat

Sekitar 200 tahun yang lalu, Thomas Malthus mengajukan sebuah teori tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang masih dipercaya hingga saat ini. Dalam teorinya, Thomas Malthus merumuskan sebuah konsep tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang. Malthus melukiskan sebuah kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur atau tingkat geometrik setiap 30 – 40 tahun. Sementara itu karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, yaitu tanah maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau tingkat aritmetik (Todaro dan Smith, 2004).

Sebagai gambaran yang bisa mendukung teori Malthus adalah bahwa populasi penduduk dunia pada tahun 1950 hanya 2,5 milyar dan meningkat menjadi 5,3 milyar pada 1990 dan pada 2030 akan menjadi 8,9 milyar. Maka benarlah jika pertumbuhan populasi penduduk mengikuti deret ukur sebagaimana disampaikan oleh teori Malthus. Besarnya pertumbuhan penduduk selanjutnya akan meningkatan permintaan akan pangan. The World Food Summit-FAO di Roma pada 1997 memprediksi bahwa produksi pangan dan pakan di negara berkembang harus meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050.


Peningkatan tersebut untuk memenuhi tuntutan populasi manusia yang diperkirakan meningkat dua kali lipat dan aspirasi mereka untuk standart hidup yang lebih tinggi. Menurut laporan PBB tahun 2005, permintaan pangan meningkat 70 – 85 % dalam 50 tahun kedepan dan air bersih meningkat antara 30 – 85 %. Peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan pangan sehingga terdapat satu disparitas yang tumbuh antara peningkatan populasi dunia dengan kapasitas produksi pangan dunia yang lajunya lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk. Disparitas tersebut ditunjukkan oleh penyediaan pangan perkapita terus menurun di dunia.

Dunia telah berusaha dalam meningkatkan produksi pangan agar sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Revolusi hijau telah berhasil mencukupi pangan pada era 60 – 80 an melalui penggunaan mesin, pupuk, pestisida dan bibit unggul. Banyak negara yang menikmati hasil dari revolusi hijau termasuk Indonesia yang berhasil mencapai swasembada beras pada 1984 melalui program Bimas. Namun saat ini, revolusi hijau telah terbukti menimbulkan beragam masalah. Tanah menjadi berkurang kesuburannya akibat penggunaan pupuk yang berlebihan. Indikator rusaknya tanah akibat pengunnaan pupuk kimia yang berlebihan adalah tanah pertanian yang teksturnya semakin keras. Selain itu, kenaikan produksi dapat terjadi jika dibarengi dengan peningkatan penggunaan pupuk. Efek negatif lainnya adalah degradasi lingkungan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan. Banyak produk pertanian yang terkontaminasi oleh pestisida dan berakibat buruk pada kesehatan terutama penyebab penyakit degeneratif. Penggunaan pestisida yang berlebihan juga menimbulkan banyak hama yang resisten apalagi didukung oleh penanaman yang sejenis (monokultur).

Yang paling penting untuk ditindaklanjuti adalah berkurangnya nilai yang diterima petani akibat besarnya biaya input dalam pertanian. Revolusi hijau menuntut input dengan biaya yang besar seperti benih, pupuk, pestisida, energi, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Besarnya biaya input menyebabkan hasil yang diperoleh petani semakin kecil, terutama petani rakyat yang mempunyai lahan kecil dan menggantungkan modalnya kepada rentenir. Apalagi nilai hasil pertanian saat ini secara nominal lebih tinggi namun secara riil semakin berkurang.

Data Bank Dunia dalam “2001 World Development Indicators” memperlihatkan bahwa secara agregat indeks harga pertanian pada 1960 nilainya 208, dan pada 2000 menjadi 87 sehingga nilai riil pertanian berkurang 2,39 kali. Secara lebih rinci, dengan menggunakan nilai dolar pada 1990 maka harga riil pada tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1960, beberapa komoditas pertanian penting semuanya menjadi lebih murah. Harga beras tahun 2000 lebih murah 2,58 dari tahun 1960. Begitu juga dengan komoditas lain seperti karet, kopi arabika, teh, kelapa sawit, beras, jagung, dan gula. Maka wajar jika banyak petani mengeluhkan nilai komoditas pertanian yang semakin murah dan tidak ada harganya dibandingkan dengan komoditas non pertanian. Jika pada tahun 1980 petani dengan lahan 1 ha saja sudah bisa menjadi saudagar maka saat ini petani dengan lahan 1 ha hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dengan catatan tidak ada gagal panen. Ketidakadilan yang dialami petani rakyat dalam skala yang lebih luas juga terjadi karena negara berkembang hanya dijadikan sebagai pemasok bahan baku dan menjadi pasar dari hasil pengolahan bahan baku yang dilakukan oleh negara berkembang. Petani menjual produk dengan harga murah dan terus murah dan membeli hasil olahan yang mahal dan terus mahal.

Peran Peternakan dalam Sub Sektor Pertanian

Peternakan adalah salah satu bagian dari pertanian yang memiliki nilai strategis tersendiri. Dalam kehidupan sehari-hari peternakan dapat digambarkan melalui pemanfaatan produk-produknya. Produk peternakan diasosiasikan dengan standart hidup yang tinggi dimana ketika standart hidup meningkat maka konsumsi produk ternak meningkat. Daging, telur dan susu berikut produk olahannya selalu dijadikan standart kecukupan protein. Dan konsumsi produk peternakan di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara lain khususnya negara maju atau dengan kata lain standart kehidupan di Indonesia cukup rendah.

Namun permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan adalah persaingan antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam peternakan menggunakan sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia. Serealia dan tepung kedele adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga dikonsumsi oleh manusia. Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia dikonsumsi ternak. Jika semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi manusia saja maka akan cukup untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk dunia pada titik mana populasi dunia diharapkan akan stabil.

Oleh karena itu, pemecahan terhadap masalah memenuhi kebutuhan pangan di tahun mendatang adalah mengembangkan sistem produksi ternak yang tidak tergantung pada biji-bijian serealia.

Keuntungan lain dari alternatif sistem pakan bukan biji-bijian akan membawa kepada pengurangan kontaminasi lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan keragaman hayati dan produk ternak yang lebih baik mutunya. Karenanya tiap intervensi yang melibatkan ternak harus didasarkan pada peran sinergis mereka dalam manfaat sistem pertanian keseluruhan ketimbang sebagai penghasil daging, susu atau telur yang menggunakan pakan bersaing dengan kebutuhan manusia. Sistem peternakan yang menggunakan pakan sama dengan pangan hanya akan mengakumulasi masalah dimasa mendatang, apalagi sekarang pangan tidak hanya digunakan sebagai pakan tetapi juga energi. Tentu diperlukan terobosan dalam bidang peternakan untuk menjaga keberlanjutan sistem pertanian secara keseluruhan.

Pernyataan Ahli tentang Pertanian Terpadu dan Keberlanjutan

Berikut ini adalah pernyataan para ahli mengenai pertanian terpadu dan keberlanjutan yang sangat relevan untuk dikembangkan lebih lanjut. Prof Chan menyatakan bahwa tidak dibenarkan untuk berharap pembangunan berkelanjutan bila tetap menghambur-hamburkan sumber daya alam. Hari dimana orang menyadari bahwa limbah sekali waktu adalah makanan dan ilmu dan teknologi bergandengan dengan akal budi manusia merubah limbah menjadi sumber daya, baru kita bicara mengenai keberlanjutan. Selain itu, Preston dan Murgueitio (1994) juga menyatakan bahwa penggunaan yang berkelanjutan dari sumber daya alam terbarukan akan difasilitasi ketika pakan ditanam, hewan diberi pakan dan kotoran didaur ulang pada lahan yang dapat mengurangi penggunaan input impor termasuk energi.

Definisi Sistem Pertanian Terpadu

Sistem pertanian terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Satu praktek budidaya aneka tanaman/aneka kultur yang beragam dimana output dari salah satu budidaya menjadi input kultur lainnya sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada akhirnya membuka jalan untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.

Cakupan pertanian sendiri sangat luas, namun sesunguhnya pertanian merupakan interaksi dalam suatu ekosistem yang membentuk pertanian secara keseluruhan. Contohnya adalah suatu kawasan yang ditanami jagung. Apa yang terjadi bila di kawasan tersebut tidak tersedia ternak ruminansia? Hubungan timbal balik akan terjadi bila ada ternak di kawasan tersebut. Apabila pertanian dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman atau kotoran dari ternak merupakan limbah yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Ekspedisi Sungai Citarum yang dilakukan oleh Kompas menunjukkan bagaimana limbah peternakan di daerah Lembang mencemari sungai dari hulu hingga hilir padahal banyak orang yang bergantung pada keberlangsungan sungai Citarum.

Bagaimana Produksi dalam Sistem Pertanian Terpadu

Produksi dalam pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi yang terdapat dalam pertanian sehingga dapat dipanen secara seimbang dan berkesinambungan. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan yang terdiri atas minimal produksi tanaman dan peternakan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Di samping itu akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Model Sistem Pertanian Terpadu di Pedesaan

Sistem pertanian terpadu konvensional Sistem pertanian terpadu konvensional sudah banyak diterapkan oleh petani kita pada masa lalu,namun sekarang sudah banyak ditinggalkan.
Sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM (effective micro-organisme).
Sistem pertanian terpadu sekaligus manajemen limbah terpadu (IF-IWM)
Sistem Pertanian Organik

Sistem Pertanian Terpadu Konvensional.

Sistem pertanian terpadu konvensional sudah banyak diterapkan oleh petani di masa lalu, namun saat ini sudah banyak ditinggalkan. Tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan dimana kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Tumpang sari antara tanaman palawija dan peternakan dimana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya. Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum mencerminkan siklus yang berkelanjutan.

Model pertanian terpadu konvensional

1). Tumpang sari antara petemakan ayam dan balong ikan (longyam) di mana kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagal pakan lkan

2). Tumpang sari antara tanaman palawija dan petemakan, di mana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan temak kambing atau sapi dan kotoran temak digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya. Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum tentu merupakan siklus yang berkelanjutan.

3). Cina tradisional, kandang hewan dibangun di atas kolam sehingga limbah hewan jatuh langsung ke dalam air memberi bahan bakar kepada ekosistem kolam. Atau di Jawa Barat MCK dibangun di atas kolam ikan. Diperoleh ikan dan air kolam dengan ekstra unsur hara untuk mengairi tanaman. Sisa-sisa tanaman dibuang balik kedalam kolam untuk menciptakan satu “sistem tertutup”

4). Sistem kuno yang menggunakan limbah manusia dan hewan (night soil) untuk menyuburkan kolam ikan direintroduksi dengan simpul baru: satu bioreaktor yang memungkinkan bakteri anaerobik memroses limbah lebih cepat dan lebih aman menjadi sumberdaya pertanian yang bermanfaat.

Sistem Terpadu dengan Teknologi EM (effective micro-organisme).

Sistem Pertanian Terpadu Modern.

Sistem pertanian terpadu modern memadukan pertanian dan peternakan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem. Petani bisa menanam padi, jagung, palawija dan hasil pertanian lainnya. Selain itu petani juga beternak sapi, kambing, ayam atau hewan ternak lainnya. Hasil yang bisa diperoleh petani dari pertanian adalah hasil utama seperti beras, jagung, kedele, dll. Dari hasil utama ini maka petani bisa menjualnya atau dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil sampingnya adalah limbah pertanian yang berupa jerami padi, dedak, bekatul, jerami jagung. Limbah pertanian tersebut bisa digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki nutrisi yang tinggi dan tahan lama. Caranya adalah mencampur limbah pertanian dengan mikroorganisme dekomposisi dan ditambah urea plus tetes. Hasilnya adalah pakan ternak yang bergizi dan mampu tahan hingga 1 tahun lamanya. Bayangkan jika seluruh limbah pertanian diolah dan digunakan sebagai pakan ternak. Tentu para petani tidak akan kekurangan pakan ternak yang pada musim kemarau sulit di dapat. Selain itu akan menurunkan biaya produksi karena rendahnya biaya pakan. Bekatul, dedak, limbah kacang, limbah kedele, ampas tahu dan ampas tempe bisa digunakan sebagai pakan konsentrat untuk meningkatkan pertumbuhan ternak.

Hasil utama yang didapat petani dari peternakan adalah daging, susu, telur dan bibit (anakan). Hasil utama tersebut sudah biasa dalam sistem peternakan karena memang hasil tersebutlan yang ingin didapatkan. Hasil samping dari peternakan adalah berupa kotoran dan dari kotoran ternaklah terutama ternak ruminansia banyak manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat tersebut Pertama adalah kompos. Kompos diperoleh dari kotoran ternak yang difermentasi dan dicampur dengan dedak selama 3-5 hari. Kompos digunakan sebagai pupuk untuk tanaman yang bisa memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan kemampuan kemampuan menahan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah, meningkatkan pH tanah, dll. Bila satu hari saja kotoran yang didapat dari satu ekor sapi sebanyak 25 kg, bisa dibayangkan berapa banyak kompos yang bisa dihasilkan. Banyaknya kompos yang dihasilkan bisa dijadikan substitusi bagi pupuk kimia yang mengurangi biaya input bagi petani. Potensi pengembangannyapun semakin besar karena nilai hasil pertanian organik jauh lebih besar dibandingkan dengan pertanian biasa. Selain itu, pemasok pertanian organik masih sedikit sehingga ada peluang besar bagi yang memanfaatkannya.

Manfaat ketiga adalah bokhasi. Bokashi mirip dengan kompos, namun komponen utamanya adalah jerami padi atau limbah pertanian lainnya yang diolah menjadi pupuk. Penggunaanya pun mirip dengan kompos namun cara membuatnya sedikit lebih lama daripada kompos. Keempat adalah biogas. Biogas adalah sebuah sistem dari bakteri pembentuk gas metan secara anaerob dengan memanfaatkan bahan-bahan organik. Sumber utama bakteri pembentuk gas metan adalah hewan ruminansia. Dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber bakteri gas metan maka akan didapatkan sumber energi yang murah, ramah lingkungan dan terbarukan. Dari 1 ekor sapi maka energi biogas yang diperoleh setara dengan memasak 2-3 jam penuh. Bisa dibayangkan jika sapi di Indonesia yang jumlahnya 10 juta bisa digunakan sebagai sumber energi biogas? Akan banyak manfaat yang bisa diperoleh darinya. Selain menghasilkan biogas, reaktor biogas juga menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat organik yang siap digunakan. Pupuk organik yang dihasilkan dari reaktor biogas memiliki nilai yang lebih tinggi karena manfaatnya lebih tinggi dibandingkan dengan kompos. Biogas juga berperan dalam memutus siklus penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena kotoran ternak yang mengandung penyakit akan masuk ke dalam reaktor yang anaerob. Hanya bakteri penghasil gas metanlah yang mampu hidup di dalamnya dan hampir semua organisme aerob termasuk mikroorganisme penyakit akan mati. Oleh karena wajar jika biogas dapat dijadikan pemutus rantai penyakit.

Kelima adalah urine ternak dan limbah cair lainnya dari yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk cair. Limbah cair paling banyak dihasilkan dari peternakan sapi perah, namun peternakan yang lain juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Kegunaan pupuk cair banyak untuk pupuk tanaman hias yang diberikan secara semprot atau kegunaan lainnya. Manfaat terakhir adalah kotoran ternak sebagai pakan ternak. Kotoran ternak yang bisa digunakan sebagai pakan ternak adalah kotoran ayam karena kandungan protein kotoran ayam yang masih tinggi. Begitu juga kotoran kambing juga layak dijadikan pakan ternak. Cara pemanfaatannya adalah kotoran ternak diberikan mikroorganisme dekomposisi dan di simpan selama waktu tertentu yang kemudian ditepungkan untuk siap digunakan. Karena nilai proteinnya masih tinggi maka tepung kotoran ternak bisa dijadikan substitusi jagung, kedele atau sumber protein lainnya yang biasa digunakan sebagai pakan ternak. Namun pemanfaatan kotoran ternak sebagai pakan masih belum banyak dilakukan karena adanya nilai kepantasan bagi yang mengkonsumsi.

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan bagaimana sistem pertanian terpadu bekerja. Pertanian menghasilkan hasil utama yang bisa dimanfaatkan langsung oleh petani. Namun hasil samping pertanian menjadi input bagi peternakan. Petani juga bisa mendapatkan hasil utama peternakan dan hasil samping peternakan menjadi input bagi pertanian. Ketersediaan input dari dalam sistem pertanian terpadu sangat memberikan manfaat bagi petani dan lingkungan. Dan alamlah yang memberikan contoh dalam menerapkan keseimbangan sistem pertanian terpadu.

Model sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM telah dikembangkan dengan cukup baik oleh Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) di Bali serta beberapa wilayah sentra pertanian di Indonesia.
Memadukan budl.daya tanaman, perkebunan,petemakan, perikanan, dan pengolahan daur limbah secara selaras, serasi, dan berkesinambungan.
Budi daya tanaman yang dipilih adalah tanaman semusim dan tahunan, misalnya padi, palawija, buah-buahan, sayur-sayuran, cengkeh, kopi, kelapa, dan sebagainya.
Kebutuhan input budi daya tanaman menggunakan prinsip penggunaan masukan luar rendah (low external input), misalnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida seminimal mungkin atau bahkan tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida sama sekali.
Limbah organik dari kotoran temak dan sisa-sisa tanaman difermentasikan dengan teknologi EM menjadi pupuk organik terfermentasi atau bokhasi dalam waktu yang cepat.
Bokhasi dapat digunakan sebagal pupuk pertanian dan pakan ternak atau ikan.
Kotoran ayam dan kotoran kambing juga dapat difermentasi dengan teknologi EM menjadi pakan temak (bokhasi pakan temak) ayam, babi, dan itik.
Ide dasar pemanfaatan kotoran temak sebagai bokhasi pakan temak adalah karena kotoran ayam masih mengandung protein sebesar 14%, sedangkan kotoran kambing masih mengandung protein sebesar 12% dan serat kasar sebesar 80%, jika dibandingkan dengan hijauan pakan ternak (Wididana, 1999).
Model pertanian terpadu dengan teknologi EM dapat mengurangi masukan energi darl luar sistern pertanian untuk menghasilkan produk pertanian.
Proses fermentasi dapat menaikkan kandungan nutrisi pakan temak yang berasal dari kotoran temak. Sehingga masukan energi dari luar sistem pertanian dapat diperkecil atau ditiadakan sama sekali.
Demikian juga dalam bidang budi daya tanaman, limbah tanaman yang terbuang dapat dimanfaatkan kemball sebagai pupuk melalui proses fermentasi.

Hakekat Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan penghasilan.

Pengertian Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat Indonesia. Dalam segi ekonomi pertanian terpadu sangat menguntungkan bagi masyarakat karena output yang dihasilkan lebih tinggi dan sistem pertanian terpadu ini tidak merusak lingkungan karena sistem ini ramah terhadap lingkungan. Output dari pertanian terpadu juga bisa digunakan Selain itu limbah pertanian juga dapat dimanfaatkan dengan mengolahnya menjadi biomassa. Bekas jerami, batang jagung dan tebu memiliki potensi biomas yang besar.

Pertanian terpadu merupakan konsep pemanfaatan lahan yang tersedia semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk pertanian yang beraneka ragam dengan kualitas tinggi. Hasil yang beragam dari tiap komoditas pertanian tersebut diolah kembali untuk sumber masukan energi dalam melakukan aktivitas pertanian lainnya. Pemanfaatan komponen-komponen pertanian yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yaitu berupa peningkatan hasil produksi yang bersifat ramah lingkungan. Konsep pertanian terpadu ini juga merupakan upaya petani dalam memperbaiki sifat tanah dengan penambahan input bahan organik dari dalam sistem pertanian itu sendiri.

Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di alam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik yang dihasilkan dalam sistem pertanian terpadu ini memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah. Meningkatkan kapasitas sangga tanah.

Penerapan Pertanian Terpadu

Usaha yang dipakai dalam menerapkan pertanian terpadu adalah dengan menggabungkan dua subsistem utama yaitu peternakan dan pertanian. Ternak dapat dipelihara sebagai bagaian yang integral dalam system pertanian tersebut. Analisis input pada peternakan ini adalah kebutuhan pakan sapi sebanyak 50 kilogram per hari. Pakan yang diberikan pada sapi peternakan tersebut adalah jerami dan shorgum. Terkadang untuk menambah nutrisi pakan jerami biasanya ditambah dengan pakan konsentrat berupa campuran jagung giling dan katul. Jagung giling dapat di ganti dengan ubi kayu. Pemberian konsentrat tersebut sebanyak 1% dari berat bobot pakan. Karena kebutuhan pakan yang cukup banyak, terkadang input dari dalam belum mampu memenuhi sehingga sebagian kebutuhan mendatangkan pakan dari luar. Sedangkan air tidak terlalu diperhitungkan karena sapi biasanya mendapatkan air dari campuran pakan yang telah diberikan.

Analisis output dari peternakan berupa pupuk kandang berupa urin dan feces yang dihasilkan oleh sapi. Dalam satu tahun sapi dapat menghasilkan pupuk kandang sekitar 5,4 ton dengan rincian tiap hari menghasilkan 15 kilogram kotoran. Dikaitkan dengan kebutuhan lahan, informasi yang didapat bahwa sejumlah lima ekor sapi mampu mencukupi kebutuhan pupuk organik selama satu tahun. Agar kotoran dapat menjadi pupuk kandang biasanya diakukan dekomposisi selama 4 bulan agar pupuk kandang dapat langsung digunakan pada lahan pertanian. Selain output dari hasil pupuk kandang, peternakan tersebut juga mendapatkan output dari hasil penjualan ternak. 

Pemilihan sapi sebagai subsistem utama pertanian terpadu tersebut sangat tepat. Sapi dapat digunakan sebagai sumber pemenuh kebutuhan hara bagi pertanian lain. Sebagai pertimbangan bahwa pada tahun pertama pertanian tersebut memiliki 5 ekor sapi, kemudian pada tahun kedua dan ketiga berturut-turut sebanyak 10 dan 15 ekor. Meningkat di tahun ke 4 berjumlah 17 ekor. Dari ke 17 ekor sapi itu terdiri dari jenis Simental, Limousin dan Berangus. Dari jumlah tersebut sapi dapat dijual sebagian untuk membantu pemasukan petani. Sisanya berjumlah 8 ekor sapi tetap dipertahankan untuk pemenuhan kebutuhan hara dan investasi petani ke depan. Keunggulan lainnya adalah sapi dapat berkembang biak dalam waktu yang singkat. Pemeliharaan sapi dengan penggemukan hanya dengan waktu pemeliharaan 8-12 bulan. Hasil pupuk kandang dari peternakan yaitu dalam satu hektar lahan pertanian tersebut dapat dicukupi kebtutuhan haranya oleh lima ekor sapi. Satu ekor sapi dapat memproduksi 15 kilogram kotoran tiap hari sehingga dalam setahun dapat mencapai 5, 4 ton kotoran yang dimanfaatkan sebagai pupuk.

Sistem pertanian dalam sistem pertanian terpadu berupa penanaman secara multiple cropping. Jenis pertanian yang diusahakan adalah penanaman tanaman musiman jagung, ketela pohon, cabai, kacang tanah dan sawi serta tanaman keras berupa jati dan sengon. Sistem tumpangsari tumbuhan dan ternak pada umumnya banyak dipraktekkan dengan tanaman perkebunan. Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal, namun belum banyak mendapat perhatian. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput diatasnya merupakan komponen kedua. Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa integrasi antara tanaman perkebunan dan peternakan dapat meningkatkan kualitas tanah, produksi kelapa, produksi kopra, hasil buah sawit segar dan keuntungan ekonomis serta meningkatkan hasil ternak, menurunkan biaya penyiangan dan mempermudah pengumpulan buah kelapa.

Keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain : 

tersedianya tanaman peneduh bagi ternak sehingga dapat mengurangi stress karena panas, 
meningkatkan kesuburan tanah melalui proses kembaliya air seni dan feces ke dalam tanah, 
meningkatkan kualitas pakan ternak, membatasi pertumbuhan gulma, 
mengurangi penggunaan herbisida, 
meningkatkan hasil tanaman perkebunan dan 
meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya. Input yang diberikan pada pertanian ini adalah bahan organik yang berasal dari seresah daun, jerami, atau hasil sampingan peternakan sapi yang telah terdekomposisi. 
Pengolahan feses dan urin sapi masih dengan bantuan petani, biasanya dilakukan penambahan MARROS Bio-Activa yang berfungsi sebagai akselerator pematangan feses dan urin agar dapat dijadikan pupuk bagi tanaman.

Jerami juga dapat dikomposkan menjadi pupuk kompos bagi tanaman. Meskipun jerami tersebut tidak diberi biodekomposer, tetapi telah ada biodekomposer alami (pelaku/aktor yang merombak bahan organik secara alami). Bedanya dengan biodekomposer yang ditambahkan, kemampuannya sudah lebih terseleksi akan lebih cepat terurai. Pada prinsipnya proses pelapukan adalah suatu proses alamiah dlm rangka mikroba(dekomposer) memanfaatkan jerami sebagai sumber energinya, untuk membangun biomassa. Untuk pertumbuhan dan perkembangan butuh rasio C, N, P. Input lain yaitu berkaitan dengan pengendalian hama dan penyakit digunakan taktik pengendalian hayati. Pengendalian ini dengan menggunakan senyawa atraktan, berupa metyl eugenol. Taktik ini berfungsi untuk menarik serangga lalat buah jantan melalui aromanya. Sehingga lalat akan terkecoh dan masuk dalam perangkap.

Output yang dihasilkan adalah hasil pertanian utama seperti untuk tanaman jagung dapat menghasilkan kira–kira 4-5 ton selama 3 tahun, dengan harga jual Rp 2000/kilogram. Ketela pohon dapat menghasilkan lebih dari 9 kg/ batang. Cabe merah dapat menghasilkan ½ kg satu tanaman dengan harga Rp 2000/kg. Sawi dapat menghasilkan 3 kg / m3 dengan luas lahan 8000 m3 dan harga jual Rp 1000/ kg. Selain itu terdapat hasil sampingan berupa seresah daun, rumput, dan brangkasan yang berguna untuk pakan sapi pada peternakan disana, atau dimanfaatkan untuk cadangan pupuk musim tanam berikutnya.

Pertanian Terpadu…….Kenapa Tidak???

1). Tidak ada keraguan mengenai manfaat dari Sistem Pertanian Terpadu baik bagi petani, lingkungan maupun negara

2). Sistem Pertanian Terpadu merupakan strategi terbaik mengatasi kelangkaan sumberdaya pertanian baik modal, pupuk, pestisida untuk meningkatkan produksi agar dapat mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat.

3). Dengan Pertanian terpadu, hampir semua aktivitas pertanian secara ekonomi dapat menguntungkan dan secara ekologi berkelanjutan

4). Dengan Sitem Pertanian Terpadu dapat menjawab tuntutan kosnumen yang sadar mengenai pentingnya kelstarian lingkungan, kesehatan dan keamanan pangan, dan kesejahteraan tenaga kerja

Pengabaian konsep sistem pertanian terpadu, baik karena kedunguan atau karena prasangka bodoh akan menyebabkan kebanyaka petani tetap miskin dan kehilangan semua manfaat yang semestinya diperoleh dari sumberdaya alam yang sebenarnya lebih dari cukup untuk memenuhi hak-hak azasi mereka.

Pemeliharaan Penutup Tanah Pada Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman penutup tanah pada kebun kelapa sawit pada kelapa sawit yang belum menghasilkan berfungsi menahan air yang masuk ke dalam tanah lebih lama, sehingga kelembaban tanah terjaga dengan baik. Tanaman penutup tanah yang dapat ditanam di lokasi perkebunan kelapa sawit adalah jenis tanaman kacang-kacangan, diantaranya Centrosema pubescens, Pueraria javanica, dan Calopogonium mucunoides. 

Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis). Setiap hektar lahandapat ditanami tanaman penutup tanah sebanyak 4 kg Peuraria javanica, 8 kg Centrosema pubessent dan 8 kg Collopogonium muconoides. 

Penanamannya dilakukan dengan cara membuat larikan sebanyak 5 – 7 setiap gawangan, kemudian biji ditaburkan dalam larikan dan ditutup. Sebelum ditanam, biji kacang-kacangan dicampur dulu dengan pupuk Agrophos dengan perbandingan 1 : 1. Penanaman tanaman kacang-kacangan ini sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.Rotasi/pergiliran pemeliharaan penutup tanah dilakukan 2 – 3 minggu. 

Penanaman tanaman kacang-kacangan untuk penutup tanah pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma pada tanaman penutup tanah kacangan ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi areal kebun sawit agar tetap murni kacangan dengan cara menyingkirkan semua jenis gulma yang tumbuh di areal kacangan tersebut. 

Teknik Pengendalian Gulma; Teknik pengendalian gulma pada areal kacangan yang ada di perkebunan sawit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mencabut atau membersihkan semua gulma yang tumbuh di antara tanaman penutup tanah kacangan dengan rotasi yang teratur dengan memakai garuk.

2. Membersihkan semua gulma yang tumbuh di piringan pohon secara teratur dengan alat garuk sehingga piringan pohon selalu bersih dan tidak mengganggu perakaran tanaman pokok.

3. Membalik dengan tangan atau memotong sulur akcangan yang amsuk ke piringan atau yang membelit daun dan pohon kelapa sawit.

4. Mendongkel gulma berkayu yang tumbuh pada areal penutup tanah kacangan. 

Tingkat Penyiangan Gulma; Berbagai tingkat penyiangan gulma yang dikenal adalah sebagai berikut :

1. Po : Penyiangan yang dilakukan dengan menyingkirkan semua gulma dari permukaan tanah, sehingga tanah benar-benar bersih dari tanaman selain tanaman pokok. 

2. P1 : Penyiangan dilaksanakan dengan mencabut semua gulma yang tumbuh di antara penutup tanah kacangan sehingga akan diperoleh areal penutup tanah kacangan 100 %. Dilaksanakan pada umur tanaman 0 – 6 bulan dengan rotasi 2 minggu.

3. P2 : Penyiangan yang dilaksanakan dengan mencabut gulma yang tumbuh di antara penutup tanah kacangan sampai keadaan penutup tanahnya terdiri campuran kacangan ± 85 % dan rumput lunak ± 15 %. Dilaksanakan pada umur tanaman 7 – 12 bulan dengan rotasi 3 minggu.

4. P3 : Penyiangan yang dilakukan dengn mencabut gulma yang tumbuh di antara penutup tanah/kacangan dan menyingkirkan rumput-rumputan lunak lainnya yang tumbuh menggerombol di antara penutup tanah, sampai keadaan penutup tanah terdiri dari tanaman kacangan ± 70 % dan rumput lunak ± 30 %. Dilaksanakan pada umur tanaman 7-12 bulan apabila P2 tidak dapat dilaksanakan dengan rotasi 3 minggu. 

5. P4 : Penyiangan dengan mencangkul atau mendongkel gulma perdu (Mikania, Euphatorium, Mimosa dll) yang tumbuh diantara tanaman kacang-kacangan penutup tanah yang telah yang telah bercampur dengan rumput lunak. Dilaksanakan pada umur tanaman 13 – 30 bulan dengan rotasi 4 minggu.

6. P5 : Penyiangan yang dilaksanakan dengan membabat sampai batas tinggi yang dikehendaki (± 30 cm) di atas permukaan tanah segala jenis gulma kecuali alang-alang yang perlakuannya tetap di-wiping serta mendongkel sampai ke akar-akarnya, tumbuhan liar perdu yang berkayu keras. Dalam kondisi ini terlihat bahwa penutup tanah kacangan yang tinggal sedikit sekali bercampur dengan rumput lunak

Wiping alang-alang dilakukan secara rutin agar areal tanaman selalu dalam kondisi bebas alang-alang. Wiping alang-alang menggunakan herbisida glyphosat dengan konsentrasi 0,5 %. Areal bebas alang-alang dosis pemakaian herbisida 6 – 10 cc/ha/rotasi 

Untuk melaksanakan wiping alang-alang bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Larutkan herbisida yang digunakan glyphosat konsentrasi 0,5 %.

2. Kain lap dicelupkan ke larutan, diperas sedikit sebelum diangkat dari ember agar tidak terlalu banyak larutan yang menetes terbuang ke tanah.

3. Kain lap diperas sedikit pada pangkal batang alang-alang tersebut. Selanjutnya kain lap ditarik ke atas untuk membasahi daun alang-alang.

4. Untuk menandai alang-alang yang sudah diwiping, ujung daun alang-alang dipotong sedikit.

5. Rotasi wiping alang-alang pada suatu areal harus terjamin ketepatan waktunya.

6. Pengawasan yang teliti menjadi faktor penting untuk keberhasilan pengendalian alang-alang

Olahan Limbah Sawit Menambah Pendapatan

Pohon kelapa sawit pada dasarnya ada 4 kelompok /bagian yang dapat dimanfaatkan yaitu daging buah, biji sawit tandan kosong dan batang pohon. Dari keempat kelompok tersebut hanya bagian daging buah dan biji sawit yang menghasilkan minyak. Daging buah menghasilkan minyak sawit, sedangkan biji sawit menghasilkan minyak inti. Sedangkan bagian bagian lain seperti sabut, endapan lumpur, cangkang, bungkil, tandan kosong maupun maupun batang pohon, sering dianggapnya sebagai limbah kelapa sawit. Limbah tersebut ternyata kalau diolah akan menghasilkan uang yang dapat menambah penghasilan ataupun dapat menekan biaya usaha tani.

Berdasarkan hasil penelitian, Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, seperti berikut ini.

1. Sabut 

Sabut dapat digunakan untuk pulp kertas bubur untuk pembuatan kertas , energi /tenaga maupun papan partikel 

2. Sludge atau Endapan Lumpur 

Sludge yang dihasilkan dari pabrik biasanya berupa lumpur. Endapan lumpur tersebut dapat digunakan untuk makanan ternak, sabun maupun pupuk 

3. Cangkang

Cangkang atau yang sering disebut tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selain itu dapat digunakan untuk bahan pengisi , maupun papan partikel . 

4. Bungkil

Bungkil dapat digunakan untuk makanan ternak maupun pebuatan pupuk organik.

5. Tandan kosong

Tandan kosong dapat digunakan untuk : 

a) Pulp Kertas, kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat; 

b) Pupuk, pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah Pemanfaatan Limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi; 

c) Kompos, pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Hasil kompos yang dihasilkan mudah diserap oleh tanaman. Disamping itu tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.00 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCl; 2,2 ton kiersit; dan 0,7 ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9; 

d) Serat, tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri; 

e) Batang pohon dan pelepah, batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap; 

f) Batang pohon, batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.

Masa Panen dan Penanganan Panen Kelapa Sawit

Masa Panen dan Penanganan Panen Kelapa Sawit

Produktivitas ; produktivitas tanaman kelapa sawit varietas Tenera (128 pokok/hektar) secara umum pada lahan klas S1, S2 dan S3 dalam siklus umur 3 – 25 tahun, untuk lahan klas S1 rata-rata produksi 24 ton/ha/tahun, jumlah tandan 11/pokok/tahun, rata-rata berat tandan 21 kg; lahan klas S2 rata-rata produksi 22 ton/ha/tahun, jumlah tandan 10/pokok/tahun, rata-rata berat tandan 20 kg; lahan klas S3 rata-rata produksi 20 ton/ha/tahun, jumlah tandan 10/pokok/tahun, rata-rata berat tandan 19 kg;

Pematangan Buah ; proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah, setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen, fase pematangan buah dimulai dan ditandai oleh hal-hal sebagai berikut ; perubahan karbohidrat menjadi gula ditandai dengan rasa manis pada inti sawit dan daging buah; perombakan hemiselulose menjadi sakarida sederhana ditandai dengan ikatan antar serat yang berkurang dan tekstur yang lunak; perubahan warna buah dari semula berwarna hitam kehijauan berubah menjadi hijau kekuningan kemudian berubah kembali menjadi oranye / jingga; Fisik buah berubah yang mula-mula hitam mengkilat berubah menjadi suram.

Setelah terjadi perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol, buah mulai lepas dari tandannya, proses ini terjadi lebih cepat pada kondisi panas terik matahari dan yang diikuti hujan.

Kriteria matang panen

Tanaman belum menghasilkan dapat dialihkan menjadi areal tanaman menghasilkan bila memenuhi syarat 60 % atau lebih tanaman telah matang panen; berat janjang (tandan) 4 kilogram atau lebih.

Buah yang telah matang akan terlepas dari tandannya (membrondol, kondisi ini merupakan tanda kematangan buah, semakin banyak buah yang membrondol berarti buah senakin matang, untuk mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan, ditetapkan kriteria matang panen. 

Kandungan minyak dalam tandan maksimal

Tujuan utama budi daya kelapa sawit adalah produksi minyak dan inti sawit, ukuran yang digunakan adalah jumlah minyak dan inti sawit per hektar bukan berat tandan per hektar. Ukuran kematangan buah adalah kandungan minyak dalam tandan, dianjurkan buah yang dipanen adalah buah brondol, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena adanya kesulitan pengutipan brondolan sehingga persentase asam lemak bebas kemungkinan besar menjadi tinggi.

Kandungan asam lemak bebas rendah

Umumnya konsumen menghendaki minyak dan inti sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang rendah, hal ini dapat diperoleh jika buah yang dipanen masih mentah, memotong buah mentah menimbulkan masalah di PKS yaitu rendahnya efisiensi ekstraksi minyak dan inti sawit.Biaya panen yang ekonomis ; merupakan salah satu komponen biaya produksi antara lain dipengaruhi oleh ; Umur Tanaman, tanaman muda lebih mudah dipanen daripada tanaman tua. Tanaman muda dipanen menggunakan “dodos”, sementara tanaman tua menggunakan “egrek”. 

Karena itu basis borong panen tanaman muda lebih besar dari pada tanaman tua, tanaman tua lebih banyak mengandung brondolan dari pada tanaman muda dan membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk mengutip brondolan yang biasanya berserakan di sekitar pohon; Topografi areal, pelaksanaan panen pada tanah miring lebih sulit dibandingkan dengan panen pada tanah datar, hal ini berpengaruh pada ongkos panen. Kesalahan penetapan criteria matang panen pada tanah miring dapat menyebabkan efisiensi pengutipan brondolan menjadi rendah; Kematangan Buah, buah mentah lebih mudah dipanen karena brondolan yang terdapat di piringan setelah tandan dipotong sangat kecil, sementara pada buah lewat matang jumlah brondolan di piringan lebih banyak sehingga membutuhkan tenaga tambahan; Kemampuan pemanen, untuk melakukan panen dipengaruhi oleh kondisi fisik pemanen, agar mencapai target para pemanen seringkali dibantu oleh istri dan anak-anaknya.

Berdasarkan uraian diatas, biaya panen menjadi rendah bila yang dipanen buah mentah karena pengumpulan brondolan lebih mudah dilakukan, namun memanen buah mentah tidak dapat “dilaksanakan” karena rendemen minyak lebih rendah. Karena itu kriteria matang panen ditetapkan 1 brondolan per kilogram tandan buah segar, itupun tergantung areal tanam dan umur tanaman.

Klasifikasi Minyak Kelapa Sawit | Petani Hebat

Tangki pengendap (klarifikasi) bersinambung CST (continues settling tank) model vertikal telah kembali digunakan, tetapi setelah dilengkapi dengan pengaduk. Tangki tersebut berbentuk silinder vertikal dengan kerucut terbalik di bawahnya tempat menampung sementara endapan sisa serabut halus, pasir, tanah, dan lain-lain. 

Minyak kasar, yang telah diencerkan dan dipanaskan serta telah disaring melalui pipa ke bagian tanah tangki, yaitu di bawah bidang batas lapisan minyak dan lapisan air drab. Minyak yang mengapung di bagian atas dikutip melalui dua pipa limpahan (skimmer) yang ujungnya berbentuk kerucut terbalik yang ketiganya dapat distel. Drub dikeluarkan dari bagian bawah tangki sedikit di atas dasar lingkaran dari kerucut tangki melalui suatu pipa vertikal yang ujungnya terbuka, bibir luapannya sedikit lebih tinggi dari bibir kerucut luapan minyak, ketinggainnyapun dapat distel. Dalam keadaan setimbang beda tinggi keduanya sekitar 15 cm, yag harus dicari secara trial dan error, dengan beda tinggi seperti ini tebal lapisan minyak akan mencapai lebih kurang 1,5 m.

Pemisahan pasir ; 

Minyak yang keluar dari srew press melalui oil gutter dialirkan ke dalam sand tank dengan tujuan untuk mendapatkan pasir.

Penyaringan bahan padat ; 

Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20 – 40 mesh untuk memisahkan bahan asing seperti, pasir, serabut, dan bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Untuk mengetahui ketepatan penambahan air pengencer , setiap dua jam sekalin diambil sampel crude oil sebelum masuk vibrating screen, selanjutnya menggunakan hand centrifuge (electric centrifuge) dapat diketahui komposisi, minyak NOS (non oily solid), dan air. Komposisi yang tepat diperoleh jika perbandingan minyak dan sludge 1 : 2 (konvensional) dan jika dengan decanter perbandingan minyak dan sludge 1 : 1. Minyak kasar yang telah disaring dialirkan kedalam crude oil tank dan suhu dipertahankan 90 – 95 0C , selanjutnya crude oil dipompa ke settling tank.

Pemisahan minyak dengan sludge settling tank/clarifier tank ; 

fungsi settling tank adalah utuk mengendapkan sludge (minyak kotor atau lumpur) yang terkandung dalam crude oil , temperatur minyak dalam settling tank harus dipertahankan 90 – 95 0C, minyak yang berada dilapisan atas dikutip dengan bantuan skimmer ke oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung minyak di alirkan ke sludge tank, secara periodik sesuai kondisi masing-masing pabrik, sludge dan pasir didasar bejana harus dibuang (flushed out) agar pemisah minyak dapat berjalan dengan baik.

Pemurnian minyak (oil purifier) ; 

fungsi oil purifier adalah untuk memisahkan sludge yang melayang (emulsi) dalam minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak sehingga kadar kotoran minyak produksi menjadi < 0,002 %, suhu minyak dalam oil purifier 90 – 95 0C, selanjutnya minyak dari oil purifier dimasukkan kedalam vacuum oil dryer.

Pengeringan minyak ( oil dryer) ; 

Minyak dari oil purifier dengan suhu 90 – 95 0C di pompa dan ditampung dalam float tank untuk seterusnya diisap oleh vacuum dryer, dibawah pelampung terpasang toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan kedalam bejana vacuum dryer sehingga kehampaan dalam vacuum dryer tetap terkendali ( < 50 TORR ), selanjutnya melalui nozzle minyak akan disemburkan kedalam bejana sehingga penguapan air menjadi lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana , digunakan float valve di bagian bawah bejana. 

Penimbunan minyak produksi ; 

Minyak yang terkumpul didasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah, selanjutnya dipompakan ke tangki timbun, pada tanki timbun secara periodik dilakukan pengurasan mengikuti prosedur pencucian tangki, suhu penyimpanan hendaknya 40 – 50 0 C

Pembukaan Lahan Semak Belukar Tanpa Bakar

Untuk membuka lahan tanpa bakar pada areal semak belukar, perlakuannya hampir sama dengan cara pembukaan lahan tanpa bakar pada areal hutan dan areal peremajaan kelapa sawit. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta teknis pelaksanaan dalam pembukaan lahan tanpa bakar pada areal semak belukar tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara yang digunakan. Ada tiga cara membuka lahan pada areal semak belukar yaitu cara manual, mekanis dan kombinasi antara manual-mekanis-khemis.

Cara manual, yaitu kegiatan pembukaan lahan dengan tahapan sebagai berikut : 

Membabat rintisan yaitu memotong dan membabat vegetasi dengan mengguna-kan parang; 
Menebang dan merencek (mencincang) batang kayu yang besar dengan menggunakan parang, kapak atau gergaji; 
Membuat pancang jalur, yaitu jalur tanam yang dibuat menurut jarak antar barisan tanaman, yang dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan jalur tanam; 
Membersihkan Jalur Tanam, yaitu membersihkan hasil rencekan yang ditempatkan dintara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang, sehingga didapatkan jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan.

Cara mekanis

cara ini dilakukan untuk areal yang memiliki topografi datar dan berombak. Cara penebangan umumnya dilakukan dengan traktor dengan tahapan sebagai berikut: 

Membabat rintisan, yaitu membabat semak dan kayu yang mempunyai ketinggian 40cm; 
Menebang, yaitu menebang pohon yang besar maupun yang kecil dengan menggunakan traktor. Penebangan sebaiknya dengan diikuti penumbangan pohon berikut akarnya. Pohon ditebang kearah luar agar tidak menghalangi jalannya traktor; 
Merencek, dilakukan dengan memotong dan mencincang (merencek) cabang dan ranting pohon yang telah ditebang; 
Membuat pancang jalur yang dibuat menurut arah antar barisan tanaman yang dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan jalur tanam; 
Membersihkan jalur tanam, dengan membuang hasil rencekan batang/pohon dan ditempatkan pada lahan diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang.

Cara kombinasi antara manual-mekanis-khemis, cara ini dapat dikombinasikan dengan cara khemis melalui pemanfaatan herbisida pada saat pembukaan lahan perkebunan maupun saat penanaman melalui penyemprotan semak belukar dengan menggunakan paraquat, triasukfuron, gilifosfat maupun jenis bahan kimia lainnya. Dengan memperhatikan aspek kesehatan serta lingkungan, dan dalam penggunaannya dilaksanakan dengan bijaksana sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Pemanfaatan limbah pembukaan lahan

Limbah hasil penebangan/rencekan semak belukar dapat dimanfaatkan sebagai kompos, dengan cara pembuatannya sebagai berikut:

1. Bahan-bahan dan komposisi terdiri dari: a) limbah hasil tebangan berupa serasah yang terdiri dari paku-pakuan dan gulma sebanyak 80%; b) pupuk kandang (10%); pupuk kandnag (10%); c) dedak/bekatul (10%); d) EM 4 (100ml); d) Molase/gula 25 gram.

2. Cara pembuatan sebagai berikut : 

Limbah hasil tebangan dicampur dengan pupuk kandang dan dedak;
EM4, molase/gula dan air, kemudian dilarutkan ; 
Campuran 1 diaduk dengan campuran 2 kemudian ditutup pakai plastik; 
Setelah tiga hari diaduk supaya prosesnya sempurna, kemudian ditutup kembali; dan 
Setelah warnanya merata kecoklatan dan gembur, kemudian diangin-anginkan. Setelah dingin/suhunya normal, maka kompos siap dipakai atau dikemas dalam kantong plastik untuk dipergunakan, disimpan atau dijual.

Pembukaan Lahan Pada Areal Peremajaan Kebun Kelapa Sawit

Untuk membuka lahan pada areal peremajaan kebun sawit, hendaknya dilakukan dengan mengolah lahan tanpa membakar. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta teknis pelaksanaan dalam pembukaan lahan pada areal kebun sawit ini tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara yang digunakan. Ada dua cara membuka lahan pada areal peremajaan kebun sawit yaitu cara kombinasi antara manual-mekanis dan mekanis.

Cara kombinasi antara manual-mekanis

Kegiatan yang dilakukan pada areal peremajaan kebun sawit sebagai berikut : 

1) Perencanaan penanaman, yaitu dengan membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan, ketersediaan masin-mesin dan peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya; 

2) Membuang Ganoderma, pada areal yang terserang ganoderma, perlu ditebang, dibuang jauh dari areal tanaman baru dan dibersihkan; 

3) Membuat Pancang Jalur, untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan, jalur pemanenan dan saluran draenasi; 

4) Pembuatan Jalan dan saluran draenasi, pembuatan jalan pengumpulan/pengawasan atau saluran draenasi sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon sawit lama. Bila saluran lama masih sesuai dengan letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran baru; 

5) Menebang dan merencek, dilakukan pada pohon sawit lama dengan menggunakan kapak; 

6) Membersihkan jalur tanam, hasil rencekan ditumpuk diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang. Dengan demikian diperoleh jalur yang bersih dari potongan-potongan kayu; 

7) Membajak dan menggaru, setelah dilakukan penebangan dan pembersihan, kemudian dilakukan pembajakan dan menggaru tanah untuk memperbaiki kondisi tanah serta memudahkan penanaman; 

8) Pembuatan teras dan teknik konservasi, dilakukan pada areal yang bertopografi bergelombang/berbukit kemudian dibuat terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air. 

Pada lahan dengan tingkat kelerengan lebih dari 10% perlu dibuat teras tanaman dengan lebar 4 meter. Teras harus mengikuti garis countur. Pada lahandengan tingkat kemiringan 5-10°, teras dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m.

Cara mekanis

Diakukan pada areal yang memilki topografi datar atau berombak. Penebangan pohon sawit dilakukan dengan traktor dengan tahapan sebagai berikut: 

1) Perencanaan penanaman, yaitu dengan membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan, ketersediaan masin-mesin dan peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya; 

2) Membuang Ganoderma, pada areal yang terserang ganoderma, perlu ditebang, dibuang jauh dari areal tanaman baru dan dibersihkan; 

3) Membuat Pancang Jalur, dibuat untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan, jalur pemanenan dan saluran draenasi; 

4) Pembuatan Jalan dan saluran draenasi, pembuatan jalan pengumpulan/pengawasan atau saluran draenasi sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon sawit lama. Bila saluran lama tidak sesuai dengan letak saluran baru maka saluran lama ditutup dengan tanah dan saluran baru dibuat sesuai dengan letak pancang jalur. Bila saluran lama masih sesuai dengan letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran baru; 

5) Menebang dan merencek, dilakukan pada pohon sawit lama dengan menggunakan excavator; 

6) Membersihkan jalur tanam, hasil rencekan ditumpuk diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang. Dengan demikian diperoleh jalur yang bersih dari potongan-potongan kayu; 

7) Membajak dan menggaru, setelah dilakukan penebangan dan pembersihan, kemudian dilakukan pembajakan dan menggaru tanah untuk memperbaiki kondisi tanah serta memudahkan penanaman; 

8) Pembuatan teras dan teknik konservasi, dilakukan pada areal yang bertopografi bergelombang/berbukit kemudian dibuat terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air. 

Pada lahan dengan tingkat kelerengan lebih dari 10% perlu dibuat teras tanaman dengan lebar 4 meter. Teras harus mengikuti garis countur. Pada lahandengan tingkat kemiringan 5-10°, teras dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m.

Sumber : Pedoman Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Bakar, Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta, 2007 dan Dari berbagai sumber.

Tumpangsari Tanam Kakao Dengan Tanaman Lain

Tumpangsari antara kakao dengan kelapa merupakan kombinasi yang cukup memuaskan bila dibadingkan dengan tanaman lain, namun demikian tumpang sari dengan tanaman lain selain kelapa masih dapat dilakukan dengan perhitungan yang matang. sehingga tidak menimbulkan kerugian.

Tumpangsari Kakao dengan Kelapa Sawit :

Pemakaian tanaman kelapa sawit sebagai penaung kakao menunjukkan hasil yang kurang efektif. Variasi jumlah baris kakao antar kelapa sawit sangat mempengaruhi hasil produksi kakao. Tata tanam yang memberikan hasil optimal adalah kelapa sawit dengan jarak tanam 10 x 7 m diselang-seling dengan kakao berjarak tanam 10 x 2,5 m. Dengan tata tanam demikian akan memperbaiki interaksi antar kedua jenis tanaman tersebut dan tidak terjadi persaingan yang merugikan.

Tumpangsari kakao dengan Karet

Tumpang sari kakao dengan karet pada populasi normal menunjukkan penaungan yang berat bagi kakao yang nampak dari hasil buahnya menjadi sangat rendah. Pada tanaman karet yang berumur 30 tahun dengan jarak tanam 3 x 7 m menunjukkan penerusan cahaya oleh tajuk karet hanya sebesar 33,58% – 48,95% terhadap penyinaran langsung.

Kakao yang ditanam di antara dua lajur karet pada jarak dalam baris 3 m menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang sehat. Namun hasil buah pada umur 3,5 tahun hanya sekitar 3,69 – 4,60 buah per pohon per semester. Sampai umur 3,5 tahun tersebut tidak terdapat adanya gejala keracunan kakao oleh karet tua.

Tumpangsari Kakao dengan Kapuk Randu

Kapuk randu (Ceiba pentandra) sebenarnya berpotensi sebagai tanaman penaung kakao. Akan tetapi fungsi penaungnya kurang baik karena cahaya yang diteruskan terlalu banyak disebabkan oleh tanaman ini menggugurkan daunnya secara periodik. Tajuknya yang tinggi menimbulkan resiko kerusakan tajuk kakao karena kejatuhan cabang-cabangnya yang patah. Kapuk randu juga telah terbukti dapat menjadi inang berbagai jenis hama dan penyakit kakao.

Tumpangsari Kakao dengan Petai.

Terdapat kelemahan pada tanaman petai (Parkia speciosa) apabila digunakan untuk tumpang sari dengan kakao. Petai pertumbuhannya lambat serta tajuknya tinggi dan besar. Tajuknya yang tinggi menimbulkan risiko kerusakan tajuk kakao karena kejatuhan cabang-cabangnya yang patah. Percabangan petai yang tidak teratur membuat daunnya menyebar tidak merata, akibatnya cahaya yang diteruskan terlalu banyak sehingga fungsi penaungnya terhadap kakao kurang baik.

Tumpangsari Kakao dengan Pinang.

Tanaman pinang (Areca catechu) mempunyai tajuk yang tinggi. Pada jarak tanam 4 x 4 m, sistem perakarannya tidak tumpang-tindih dengan sistem perakaran kakao. Dengan menggunakan pola setengah dari populasi normal tersebut, hasil pinang per pohon pun meningkat dan baik.

Tumpagsari Kakao dengan Tanaman Kayu.

Model pengembangan kakao semi intensif dengan sistem agroforestry dimana budidaya tanaman perkebunan dikombinasikan dengan pergiliran tanaman kayu-kayuan yang lazim disebut dengan pola konservasi. Pola konservasi ini bertujuan untuk memperoleh kondisi fisik dan daya dukung lahan. Dengan model tersebut produktivitas kakao tidak maksimal, tetapi pekebun memperoleh kompensasi dari hasil tanaman penaung yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kelangsungan usaha taninya lebih terjamin.

Pengembangan diversifikasi kakao dengan tanaman kayu industri juga mendukung fungsi hutan sebagai penyangga lingkungan. Beberapa spesies tanaman kayu yang tidak memerlukan perawatan intensif dan telah diusahakan bersama dengan kakao adalah sengon (Paraseriantes falcataria), jati (Tectona grandis), dan mahoni (Mahagony sp.). Peningkatan populasi tanaman penghasil kayu disarankan ditanam di lahan yang kesesuaiannya S3 (sesuai dengan banyak kendala) untuk komoditas kakao.

Tumpangsari Kakao dengan Pisang.

Pisang (Musa sp.) sering dipilih sebagai penaung tanaman kakao muda karena fungsi penaungnya yang baik dan sangat mudah ditanam serta memberikan pendapatan yang tinggi. Tanaman pisang akan memberikan penaungan setelah berumur 6 – 9 bulan. Setelah berumur satu tahun, tanaman pisang mulai berbuah dan dapat memberikan hasil produksi 1.000 tandan per hektar selama satu tahun.

Pertumbuhan kakao muda dipengaruhi oleh cultivar pisang yang ditanam. Sosok (habitus) pisang yang lebih kecil menyebabkan intensitas cahaya yang diterima kakao lebih tinggi sehingga pertumbuhan kakao yang ditanam di bawahnya lebih lambat dilihat dari tolok ukur diameter batang kakao.

Dari aspek populasi, pisang tidak menampakkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kakao muda. Justru dari aspek pendapatan, semakin tinggi populasi pisang maka semakin besar pendapatannya. Dengan pertimbangan teknis dan ekonomis, jarak tanam pisang 3 x 6 m adalah yang paling optimum untuk kakao yang jarak tanamnya 3 x 3 m.

Keuntungan lain yang penting adalah batang pisang merupakan mulsa yang efektif dalam mengonservasi kelembaban tanah. Selain melembabkan, limbah tanaman pisang juga mengandung unsur hara antara lain K, Ca, N, SO4, dan P.

Sumber: Budidaya & Pasca Panen KAKAO.oleh Elna Karmawati, Zainal Mahmud, M. Syakir, Joni Munarso, Ketut Ardana, dan Rubiyo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010.

Ulat Api (Darna trima Mr., Thosea asigna Mr., dan Setora nitens Wlk.)

Ulat api (Darna trima Mr, Thosea asigna Mr, dan Setora nitens Wlk) adalah salah satu hama penting bagi beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, teh, dan kakao. Ulat yang dalam bahasa Ingris lebih dikenal dengan istilah Nettle Caterpilar ini, memiliki jenis-jenis yang sering merugikan bagi usaha budidaya perkebunan. Jenis-jenis tersebut antara lain Darna trima Mr., Thosea asigna Mr., dan Setora nitens Wlk.

Darna trima Mr.

Siklus hidup ulat api dari jenis Darna trima Mr. dimulai dari fase telur selama 3 sd 5 hari, kemudian fase larva yang dibagi 7 instar selama 36 sd 33 hari, dan fase pupa selama 10 sd 14 hari. Larva ulat api jenis ini berwarna hijau kekuning-kuningan hingga coklat. Setelah menetas, larva muda yang masih berada dalam instar 1 mulai memakan jaringan epidermis bagian bawah dari daun tanaman yang diserang hingga daun menjadi transparan dan nekrosis. Pada instar kedua, serangan ulat daun menjadi sangat ganas dengan memakan semua daun hingga habis dan menyisakan tulang daunnya saja. Untuk kelapa sawit, titik ambang kendali ulat api dari jenis Darna trima Mr. Adalah 30 ulat per pelepah untuk tanaman belum menghasilkan dan 60 ulat per pelepah untuk tanaman menghasilkan.

Thosea asigna Mr.

Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, ulat api dari jenis Thosea asigna Mr. membutuhkan waktu antara 86 sd 109 hari dengan periode larva antara 45 sd 59 hari. Larva Thosea asigna Mr. berwarna hijau kekuning-kuningan dan memiliki garis lebar memanjang dengan 3 bercak coklat atau ungu abu-abu. Setelah menetas, larva T. asigna muda yang masih dalam instar 1 membentuk koloni dan memakan hanya bagian bawah epidermis daun saja. Setelah mencapai instar 4, larva mengisolasikan diri dan memakan semua bagian daun hingga jumlah yang sangat besar, yakni 4-5 helai daun. Pada kelapa sawit, ulat api jenis ini umumnya tersebar pada pelepah daun ke 9 sampai 25 dari duduk daun.

Setora nitens Wlk.

Siklus hidup Setora nitens Wlk berlangsung antara 40 sd 70 hari dengan periode larva hingga instar ke 9 selama 18 sd 32 hari. Larva Setora nitens Wlk muda hidup dalam koloni dan memakan bagian bawah jaringan epidermis daun. Pada fase selanjutnya, larva memakan semua daun dengan menyisakan hanya tulang daunnya saja. Larva Setora nitens Wlk dewasa berwarna hijau agak jingga dan memiliki median ungu yang memanjang dan terputus-putus. Serangan berat Setora nitens Wlk biasanya terjadi saat musim kemarau dan mencapai ambang kendalinya pada fase tanaman sawit belum menghasilkan ketika populasinya mencapai 5 larva per pelepah daun dan pada fase tanaman sawit menghasilkan ketika populasinya mencapai 10 larva per pelepah.

Semua jenis ulat api diatas dapat dikendalikan secara kimia melalui aplikasi insektisida kontak maupun sistemik seperti Decis 2,5 EC, Hostathion 40 EC, dan Thiodan 35 EC.

Tanah Podzolik Merah Kuning | Petani Hebat

Tanah Podzolik Merah Kuning

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon Bt dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah. 

Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maliku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.