INFO SAWIT, KUALA LUMPUR – Direktur Bagian Ekonomi dan Pembangunan Industri Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), Balu Nambiappan, mengatakan pembuat kebijakan industri minyak sawit perlu menyelaraskan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan dalam waktu dekat ini dan harus melakukan perubahan mendasar untuk mencapai pertumbuhan kokoh dalam periode menengah dan jangka panjang.

“Untuk terus memimpin pasar dan bersaing dalam bisnis global, perusahaan-perusahaan harus berupaya menangani risiko harga produksi, atau membeli komoditas hulu, persediaan dan penjualan produk hilir serta meningkatkan efisiensi dengan mengoptimalkan dan menimbang tara logistik dan siklus musiman,” katanya Kamis malam.

Dia mengatakan ekspor minyak sawit merupakan yang terbesar dalam kalangan minyak nabati dunia dan daya saingnya masih tak tertandingi.

“Minyak sawit dalam jumlah konsumsi minyak makan meningkat dengan konsisten dalam dekade terakhir dan aliran ini diharapkan berlanjut pada masa depan.

“Peningkatan pesat penggunaan pada dekade lalu, dalam kedua sektor makanan dan industri, merupakan bukti daya saing minyak sawit sebagai minyak nabati,” ujar Balu.

Bagi industri minyak sawit, kelestarian merupakan kunci keberhasilan, katanya, sambil menambahkan pengawasan perusahaan dan praktek pertanian yang baik harus dipupuk sebagai bagian dari hasil bisnis atau budaya dalam perusahaan.

Lebih lanjut ia menyebutkan, sebagaimana dilansir Bernama, minyak sawit diperkirakan malahan lebih dominan pada tahun-tahun akan datang menyusul produktivitas dan daya saingnya.

“Namun, ia juga akan menghadapi kampanye bahkan lebih negatif, dan penurunan aliran harga serta pembatasan perdagangan dikenakan oleh negara-negara importir yang membutuhkan restrukturisasi minyak sawit dalam konteks minyak dan lemak dunia,” sebutnya. (T3)

INFO SAWIT, PANGAKALANKERINCI – Kondisi ekonomi para petani kelapa sawit di Kecamatan Bandar Petalangan, Pelalawan, Provinsi Riau, sangat memprihatinkan setelah harga tandan buah segar (TBS) jatuh ke titik terendah.

Oleh karena itu, untuk menambah pendapatan para petani mencoba berkebun sayur dan membudidayakan ikan yang baik, meskipun hanya berbekal sedikit informasi.

Seperti ditulis GoRiau, sejak beberapa bulan lalu, Darman salah satunya, telah memulai usaha bertanam sayur dan memelihara berbagai jenis ikan kolam di sekitar pekarangan rumahnya.

“Karena harga jual sawit dan karet tak bisa diandalkan, saya dengan beberapa petani lain berpikir untuk mencari sumber penghasilan lain,” kata Darman, Minggu.

Diungkapannya, hasil kebun sayur, kini sudah mulai merambah ke beberapa pasar di Kecamatan Bandar Petalangan dan Pangkalan Kuras. Begitu juga kolam ikan nila dan lele dumbo, telah memperlihatkan hasil awal yang cukup menggembirakan. (T3)

INFO SAWIT, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, September 2015 merupakan puncak keterpurukan harga minyak sawit mentah (CPO) Global sepanjang enam tahun terakhir.

Hal ini dapat terlihat dari harga rata-rata CPO sepanjang September yang hanya berada di US$ 526,9 /ton, atau turun 2,3% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 539,3 /ton.

“Sepanjang September harga CPO global bergerak di kisaran US$ 500 – US$ 580 per metrik ton. Selama tiga pekan harga stagnan di kisaran US$ 500 – US$ 520 per metrik ton,” kata Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan dalam siaran pers yang diterima InfoSAWIT, Senin.

Ia menjelaskan, harga baru mulai bergeliat pada pekan terakhir September yang mencapai US$ 580 /ton di akhir bulan sebagai hasil dari spekulasi El Nino yang menguat dan produksi yang menurun serta sentimen positif dimana Pertamina mulai membeli biodiesel dari produsen.

Sentimen positif ini terus berlanjut dimana dapat dilihat harga CPO global terus bergerak naik sepekan pertama pada Oktober ini yang bergerak di kisaran US$ 580 – US$ 595/ton.

“GAPKI memperkirakan harga harian CPO sampai akhir Oktober akan bergerak di kisaran US$ 570 – US$ 600 per metrik ton dengan harapan Pertamina tetap pada komitmen untuk terus menyerap biodiesel,” ujarnya. (T3)