Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Mengatasi OPT Pada Pembibitan Kelapa Sawit

Perkembangan pembangunan perkebunan di wilayah Kalimantan Barat yang semakin luas, diiringi dengan resiko meningkatnya perkembangan berbagai hama dan penyakit sehingga menjadi kendala di dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan di Kalimantan Barat yang berkembang dengan pesat adalah kelapa sawit. Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2010, lahan kelapa sawit di Kalimantan Barat adalah 750.948 hektar dengan produktivitas mencapai 2.447 kg per hektar per tahun. Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) kelapa sawit terjadi sejak dari periode benih, pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM).

Pen

Budidaya Tanaman Pisang Raja Bulu



Advertisements

Budidaya Tanaman Pisang Raja Bulu

Pisang ini merupakan salah satu jenis pisang raja yang ukurannya sedang dan gemuk. Bentuk buahnya melengkung dengan pangkal buah agak bulat. Kulitnya tebal berwarna kuning berbintik cokelat. Daging buahnya sangat manis, berwarna kuning kemerahan, bertekstur lunak, dan tidak berbiji.

Panjang buah antara 12-18 cm dengan bobot rata-rata 110-120 gr. Setiap pohon biasanya dapat menghasilkan rata-rata sekitar 90 buah.

Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, ‘puree’, bir (Afrika), cuka, atau didehidrasi.

Daun pisang digunakan untuk menggosok lantai, sebagai alas ‘kastrol’ tempat membuat nasi ‘liwet’, dan sebagai pembungkus berbagai makanan.

Serat untuk membuat kain dapat diperoleh dari batang semunya. Bagian-bagian vegetatif beserta buah-buah yang tidak termanfaatkan digunakan sebagai pakan ternak; bagian-bagian vegetatif itu khusus dimanfaatkan jika pakan ternak dan air sulit diperoleh (batang semu itu banyak mengandung air).

Tanaman pisang (atau daun dan buahnya) juga memegang peranan dalam upacara-upacara adat, misalnya di Indonesia, untuk upacara pernikahan, ketika mendirikan rumah, dan upacara keagamaan setempat.

Dalam pengobatan, daun pisang yang masih tergulung digunakan sebagai obat sakit dada dan sebagai tapal dingin untuk kulit yang bengkak atau lecet. Air yang keluar dari pangkal batang yang ditusuk digunakan untuk disuntikkan ke dalam saluran kencing untuk mengobati penyakit raja singa, disentri, dan diare, air ini juga digunakan untuk menyetop rontoknya rambut dan merangsang pertumbuhan rambut.

Cairan yang keluar dari akar bersifat anti-demam dan memiliki daya pemulihan kembali. Dalam bentuk tepung, pisang digunakan dalam kasus anemia dan casa letih pada umumnya, serta untuk yang kekurangan gizi. Buah yang belum matang merupakan sebagian dari diet bagi orang yang menderita penyakit batuk darah (haemoptysis) dan kencing manis.

Dalam keadaan kering, pisang bersifat antisariawan usus. Buah yang matang sempurna merupakan makanan mewah jika dimakan pagi-pagi sekali. Tepung yang dibuat dari pisang digunakan untuk gangguan pencernaan yang disertai perut kembung dan kelebihan asam.

Syarat Tumbuh

Dengan pertumbuhannya yang sangat cepat dan terus-menerus, yang akan mengakibatkan hasil yang tinggi, pisang memerlukan tempat tumbuh di iklim tropik yang hangat dan lembap. Walaupun begitu, pisang ini sangat menarik sehingga orang menanamnya juga persis di batas daerah ekologinya, yang di tempat itu kecepatan tumbuh rata-ratanya hanya dapat mendukung hasil yang minim saja.

Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Di sentra-sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15 derajat celcius dengan jangka – waktu yang cukup lama, suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27 derajat celcius, dan suhu maksimumnya 38 derajat celcius.

Di dataran tinggi daerah ekuator, pisang tak dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1.600 m dpl. Kebutuhan akan penyinaran belum dipahami benar. Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn). Dalam keadaan cuaca berawan atau di bawah naungan ringan, daur pertumbuhannya sedikit panjang dan tandannya lebih kecil.

Pisang sangat sensitif terhadap angin kencang, yang akan merobek-robek daunnya, menyebabkan distorsi tajuk dan dapat merobohkan pohonnya. – Diperlukan pasokan air yang ajek; untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan hendaknya 200-220 mm, dan kelembapan tanahnya jangan kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan, jadi sebagian besar lahan memerlukan pengairan tambahan. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Kesuburan yang tinggi akan sangat menguntungkan dan kandungan bahan organiknya. hendaknya 3% atau lebih. Tanaman pisang toleran terhadap pH 4,5-7,5.

Pedoman Budidaya Pisang Raja Bulu 

Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun pedang-lah yang lebih disenangi petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya (tanaman induk). Bonggol atau potongan bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Bonggol ini biasanya dibelah dua dan direndam dalam air panas (52° C) atau dalam larutan pestisida untuk membunuh nematoda dan penggerek penggerek sebelum ditanamkan. Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui ujung pucuk yang bebas-penyakit. 

Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran. Penanaman pada umumnya dilakukan pada awal musim hujan. Bahan perbanyakan biasanya ditanamkan sedalam 30 cm. Pisang dapat dijadikan tanaman utama atau tanaman pencampur pada sistem tumpang sari. 

Pisang biasanya ditanam sebagai tanaman perawat (nurse drop) untuk tanaman muda coklat, kopi, lada, dan sebagainya. Juga dapat digunakan sebagai tanaman sela pada perkebunan karet atau kelapa sawit yang baru dibangun, atau ditanam di bawah pohon-pohon kelapa yang telah dewasa. Jika ditanam sebagai tanaman utama, pisang biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman semusim. Pemeliharaan Penyiangan berulang-uiang diperlukan sampai pahon-pohon pisang dapat menaungi dan menekan gulma. Gulma diberantas dengan cara-cara mekanik (dibabat, dibajak, dan sebagainya) atau dengan tangan: Herbisida pratumbuh cukup efektif, dan jika tanaman telah mencapai tinggi 1,5 m atau lebih, dapat digunakan herbisida kontak. Pisang memerlukan sejumlah besar hara. 

Di pekarangan pemakaian pupuk kandang dan kompos dianjurkan, yang dikombinasikan dengan 0,25 kg urea dan kalium nitrat (muriate of potash) setiap tiga bulan untuk masing-masing rumpun. Pengairan diperlukan di areal yang memiliki musim kemarau panjang, tetapi juga jika curah hujannya kurang dari 200-220 mm bulan. Air dapat dialirkan melalui parit atau disemprotkan; kini pengairan-tetesan (drip irrigation) telah banyak diterima. 

Selama putaran pemangkasan ringan, daun-daun yang layu dipotong agar diperoleh mulsa dan untuk menghindari sumber infeksi melalui penyakit-penyakit daun. Di perkebunan skala komersial beberapa tindakan lain dilakukan untuk mempertahankan produktivitas yang tinggi dan untuk menjamin buah berkualitas baik untuk pasatan (ekspor). 

Tindakan-tindakan itu mencakup pembuangan anakan, pembuangan tunggui-tunggul, pemotongan jantung pisang, dan pengurangan tandan buah. Setiap 6-12 minggu tanaman pisang dibuangi anakannya, hanya ditinggalkan satu tanaman induk (yang sedang berbuah), satu batang anakan (yang tertua), dan dalam hal tanaman-sirung (ratoons), satu tanaman cucu. Pada kepadatan yang rendah, setiap rumpun dapat berisi 2 batang induk berikut 2 anakannya. Jadi, untuk menghindari berjejalnya batang, dan untuk mengatur panen yang berurutan dalam setiap rumpun, satu anakan disisakan pada satu pohon induk setiap 6-10 bulan (atau lebih untuk daerah beriklun sejuk) untuk menghasilkan tandan berikutnya. Hanya anakan yang sehat dan tertancap dalam yang boleh disisakan. 

Penyangga atau tali dapat memberikan dukungan tambahan bagi tanaman yang berisi tandan buah; topangan ini akan menghindarkan tanarnan dari patahnya batang karena keberatan oleh tandan. Jantung pisang hendaknya segera dibuang setelah 2 sisir terakhir dari tandan itu muncul. Pada waktu yang bersamaan, satu atau dua sisir terakhir mungkin perlu dibuang untuk meningkatkan panjangnya masing-masing buah pisang yang tersisa, dan tandan itu mungkin perlu dikarungi. Karung itu dapat berupa kantung plastik yang telah diberi insektisida, maksudnya untuk menghindari kerusakan oleh serangga, burung, debu, dan sebagainya, dan untuk menaikkan suhu tandan, memajukan pertumbuhan buah, terutama untuk daerah beriklim dingin.

Panen dan Pasca Panen

Panen Buah pisang dipanen ketika masih mentah. Tingkat kematangan diperkirakan dari adanya siku-siku pada individu buah; buah yang penampang melintangnya lebih bulat berarti lebih matang. Sewaktu berat buah meningkat dengan cepat sejalan dengan menghilangnya siku-siku pada buah, buah pisang juga menjadi lebih rentan terhadap kerusakan selama pengangkutan, dan buah itu tidak dapat bertahan lama, karenanya harus dipetik lebih awal. 

Untuk memanen pisang diperlukan dua orang, si pemanen dan si pengumpul. Si pengumpul menyandang bantalan bahu untuk menahan jatuhnya tandan setelah si pemanen menusuk batang pisang dengan parang, sehingga bagian atas pohon beserta tandannya merunduk. Diperlukan satu galah bambu untuk menopang tandan sampai menyentuh bantalan di bahu. Setelah tandan itu merendah dengan cara begitu, si pemanen memotong gagang tandan dengan menyisakan sebagian gagang yang masih berada pada tandan, yang digunakan sebagai pegangan. 

Tandan-tandan itu kemudian diangkut dengan hati-hati ke ruangan pengepakan melalui sistem kabel atau dengan gerobak yang ditarik oleh traktor. Penanganan Pasca Panen Tandan yang telah dipanen kemudian dipotong menurut sisiran, dan bekas-bekas bunga pada sisiran itu dibuangi, sisiran dicuci, disortir, dan dipak dalarn kotak-kotak karton. 

Sebagai tambahan, buah pisang itu diperlakukan dengan fungisida untuk menghindari busuknya sisiran buah itu. Daya simpan pisang mentah berkisar antara 21-30 hari pada suhu 13-15° C. Kalsium karbida (CaC2) atau larutan etefon dapat digunakan untuk mematangkan buah tua-mentah. Pada perlakuan kalsium karbida, buah pisang dikenai bahan ini selama 24-36 jam dalam sebuah wadah tertutup, sedangkan pada perlakuan etefon, pencelupan selama 5 menit sudah cukup efektif. Pada pengusahaan secara komersial besar-besaran digunakan gas etilena. Pisang diperlakukan selama 24 jam dalam kamar tertutup yang berisi etilena dan suhunya dipertahankan 14-18° C. Setiap 24 jam sekali kamar dibuka untuk ventilasi sampai buah-buah pisang itu mencapai warna yang disenangi konsumen

Incoming search terms:

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa (Tinjauan Pustaka)



Advertisements

Tanaman kelapa termasuk tanaman yang memiliki ukuran batang dari sedang sampai tinggi berkisar antara 10-20 m dan terkadang dapat juga mencapai 30 m. batang tanaman kelapa berdiameter hingga 50 cm dan berbentuk lurus atau juga dapat berbelok tergantung pada kondisi lahan tanaman kelapa ditanam. Tanaman kelapa memiliki syarat tumbuh dengan toleransi yang relative luas tetapi berkembang optimal pada kondisi tanah yang memiliki fraksi tanah yang banyak dan dalam, serta pH antara 5,5 sampai dengan 8. Walaupun mampu tumbuh pada ketinggian di atas 1200mdpl untuk daerah tropis dan 900 mdpl pada daerah subtropis, pada umumnya tanaman kelapa dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada ketinggian 600 mdpl atau di bawahnya (Allen, 1989). 

Kesesuaian lahan secara kuantitatif adalah penilaian kesesuaian lahan secara fisik dilanjutkan dengan penilaian kesesuaian lahan secara ekonomi. Hasil evaluasi lahan secara ekonomi akan memberikan gambaran keuntungan atau resiko kerugian dari suatu komoditas yang diusahakan di suatu areal pada tingkat manajemen tertentu. Kesesuaian lahan secara ekonomi akan menunjukkan keberhasilan suatu komoditas yang diusahakan tidak hanyak diekspresikan oleh produksi fisik ton per ha, tetapi juga dari aspek komersial (Djaenudin et al., 2006). 

Kelas kesesuaian lahan untuk pertanaman kelapa pada dasarnya didasarkan atas horizon di mana tanaman kelapa akan ditanam, sifat fisika tanah, dan kemampuan tanah dalam menahan air. Kebaradaan air di dala tanah merupakan dasar pengkelasan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa karena berpengaruh terhadap penggunaan air khususnya ketika masa kekeringan. Air tanah tersedia juga berpengaruh terhadap luas daun tanaman kelapa dan kapasitas penyimpanan air di batang yang keduanya berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Perbedaan varietas tanaman kelapa juga memiliki perbedaan dalam kebutuhan air tanaman yang juga nantinya berpengaruh terhadap kesesuain lahan yang diperlukan tanaman kelepa (Madurapperuna and Jayasekara, 2009).

Tanaman perkebunan (kelapa) tumbuh baik pada gambut dangkal sampai gambut dalam (1-3 m). Ketebalan gambut lebih dari 3 m tidak disarankan untuk pertanian, dan lebih sesuai untuk kawasan hutan lindung atau konservasi. Pengembangan tanaman kelapa terutama kelapa hubrida di lahan gambut pasang surut banyak dilakukan di Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan (Mahmud dan Allolerung, 1998). 

Kelapa mempunyai persyaratan tumbuh dengan selang sifat yang relative lebar, sehingga dapat tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi, dengan iklim basah (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) maupun iklim kering (Sulawesi dan Nusa Tenggara). Dalam criteria kesesuaian lahan dinyatakan bahwa kelapa dapat tumbuh pada daerah dengan temperature tahunan rata-rata 20-350 C dengan suhu optimal 25-280 C, dan curah hujan 1.000-5.000 mm/tahun atau paling sesuai 2.000-3.000 mm/tahun. Meskipun demikian, pada umumnya tanaman kelapa (terutama kelapa hibrida) tidak dapat betahan apabila bulan kering lebih dari 6 bulan (Abdurachman dan Mulyani, 2003). 

Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: pengugnaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe penggunaan lahan (Land Utilization Type) yaitu jenis-jenis oenggunaan lahan yang diuraikan secara lebih detail karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Setiap jenis penggunaan lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan merupakan tingkat kategori dar klasifikasi penggunaan lahan, tetapi mengacu pada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya di bawah kategori penggunaan lahan secara umum, karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi, dan keluarannya (Coleman dan Mechlich, 1957).

Refferensi:

Abdurachman, A., A. Mulyani, dan K. Gandasasmita. 1998. Kesesuaian lahan untuk pengembangan beberapa tanaman perkebunan di Indonesia dalam prosiding pertemuan komisi penelitian pertanian bidang perkebunan. peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan tanaman perkebunan: kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, lada, pala, jambu mete. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Bogor 4: 20-41. 

Allen, J.A. 1989. Arecaceae (Palm Family). Paul Smiths College, New York. 

Coleman, N. T., dan A. Mechlich. 1957. Soil in the Yearbook of Agriculture. The United States Government Printing Office, Washington D.C. 

Djaenudin, D., M. Hendrisman, dan Z. Zaini. 2006. Kesesuaian lahan secara kuantitatif untuk tanaman jagung, kedelai, kakao, dan kelapa di daerah Tanjung Bintang, Provinsi Lampung. Jurnal Tanah Tropika 12: 61-68. 

Madurrapperuma W.S. and C. Jayasekara 2009. Estimation of water use of mature coconut cultivars grown in the low country intermediate zone using the compensation heat pulse method. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka 37: 175-186. 

Mahmud, Z. dan D. Allolerung. 1988. Teknologi peremajaan, rehabilitas, dan perluasan tanaman kelapa dalam prosiding pertemuan komisi penelitian pertanian bidang perkebunan. peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan tanaman perkebunan: kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, lada, pala, jambu mete. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Bogor 4: 116-130.

Incoming search terms:

Tanah Organosol | Petani Hebat

Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya pelapukan-pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis tanaman. Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. 

Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan dan pembusukan bahan organik khususnya dari tanaman yang sudah mati. Humus sangat subur untuk pertanian. Kandungan bahan organik yang tinggi membuat tanah humus berwarna kehitam-hitaman. Humus banyak dimanfaatka untuk media pertanaman kelapa, nanas, dan padi. Persebarannya banyak terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua. 

Tanah gambut adalah tanah hasil pemb

Tanah Podzolik Merah Kuning | Petani Hebat

Tanah Podzolik Merah Kuning

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon Bt dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah. 

Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digun

Ulat Api (Darna trima Mr., Thosea asigna Mr., dan Setora nitens Wlk.)

Ulat api (Darna trima Mr, Thosea asigna Mr, dan Setora nitens Wlk) adalah salah satu hama penting bagi beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, teh, dan kakao. Ulat yang dalam bahasa Ingris lebih dikenal dengan istilah Nettle Caterpilar ini, memiliki jenis-jenis yang sering merugikan bagi usaha budidaya perkebunan. Jenis-jenis tersebut antara lain Darna trima Mr., Thosea asigna Mr., dan Setora nitens Wlk.

Darna trima Mr.

Siklus hidup ulat api dari jenis Darna trima Mr. dimulai dari fase telur selama 3 sd 5 hari, kemudian fase larva yang dibagi 7 instar selama 36 sd 33 hari, dan fase pupa selama 10 sd 14 hari. Larva ulat api jenis ini berwarna hijau kekuning-kuningan

Tumpangsari Tanam Kakao Dengan Tanaman Lain



Advertisements

Tumpangsari antara kakao dengan kelapa merupakan kombinasi yang cukup memuaskan bila dibadingkan dengan tanaman lain, namun demikian tumpang sari dengan tanaman lain selain kelapa masih dapat dilakukan dengan perhitungan yang matang. sehingga tidak menimbulkan kerugian.

Tumpangsari Kakao dengan Kelapa Sawit :

Pemakaian tanaman kelapa sawit sebagai penaung kakao menunjukkan hasil yang kurang efektif. Variasi jumlah baris kakao antar kelapa sawit sangat mempengaruhi hasil produksi kakao. Tata tanam yang memberikan hasil optimal adalah kelapa sawit dengan jarak tanam 10 x 7 m diselang-seling dengan kakao berjarak tanam 10 x 2,5 m. Dengan tata tanam demikian akan memperbaiki interaksi antar kedua jenis tanaman tersebut dan tidak terjadi persaingan yang merugikan.

Tumpangsari kakao dengan Karet

Tumpang sari kakao dengan karet pada populasi normal menunjukkan penaungan yang berat bagi kakao yang nampak dari hasil buahnya menjadi sangat rendah. Pada tanaman karet yang berumur 30 tahun dengan jarak tanam 3 x 7 m menunjukkan penerusan cahaya oleh tajuk karet hanya sebesar 33,58% – 48,95% terhadap penyinaran langsung.

Kakao yang ditanam di antara dua lajur karet pada jarak dalam baris 3 m menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang sehat. Namun hasil buah pada umur 3,5 tahun hanya sekitar 3,69 – 4,60 buah per pohon per semester. Sampai umur 3,5 tahun tersebut tidak terdapat adanya gejala keracunan kakao oleh karet tua.

Tumpangsari Kakao dengan Kapuk Randu

Kapuk randu (Ceiba pentandra) sebenarnya berpotensi sebagai tanaman penaung kakao. Akan tetapi fungsi penaungnya kurang baik karena cahaya yang diteruskan terlalu banyak disebabkan oleh tanaman ini menggugurkan daunnya secara periodik. Tajuknya yang tinggi menimbulkan resiko kerusakan tajuk kakao karena kejatuhan cabang-cabangnya yang patah. Kapuk randu juga telah terbukti dapat menjadi inang berbagai jenis hama dan penyakit kakao.

Tumpangsari Kakao dengan Petai.

Terdapat kelemahan pada tanaman petai (Parkia speciosa) apabila digunakan untuk tumpang sari dengan kakao. Petai pertumbuhannya lambat serta tajuknya tinggi dan besar. Tajuknya yang tinggi menimbulkan risiko kerusakan tajuk kakao karena kejatuhan cabang-cabangnya yang patah. Percabangan petai yang tidak teratur membuat daunnya menyebar tidak merata, akibatnya cahaya yang diteruskan terlalu banyak sehingga fungsi penaungnya terhadap kakao kurang baik.

Tumpangsari Kakao dengan Pinang.

Tanaman pinang (Areca catechu) mempunyai tajuk yang tinggi. Pada jarak tanam 4 x 4 m, sistem perakarannya tidak tumpang-tindih dengan sistem perakaran kakao. Dengan menggunakan pola setengah dari populasi normal tersebut, hasil pinang per pohon pun meningkat dan baik.

Tumpagsari Kakao dengan Tanaman Kayu.

Model pengembangan kakao semi intensif dengan sistem agroforestry dimana budidaya tanaman perkebunan dikombinasikan dengan pergiliran tanaman kayu-kayuan yang lazim disebut dengan pola konservasi. Pola konservasi ini bertujuan untuk memperoleh kondisi fisik dan daya dukung lahan. Dengan model tersebut produktivitas kakao tidak maksimal, tetapi pekebun memperoleh kompensasi dari hasil tanaman penaung yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kelangsungan usaha taninya lebih terjamin.

Pengembangan diversifikasi kakao dengan tanaman kayu industri juga mendukung fungsi hutan sebagai penyangga lingkungan. Beberapa spesies tanaman kayu yang tidak memerlukan perawatan intensif dan telah diusahakan bersama dengan kakao adalah sengon (Paraseriantes falcataria), jati (Tectona grandis), dan mahoni (Mahagony sp.). Peningkatan populasi tanaman penghasil kayu disarankan ditanam di lahan yang kesesuaiannya S3 (sesuai dengan banyak kendala) untuk komoditas kakao.

Tumpangsari Kakao dengan Pisang.

Pisang (Musa sp.) sering dipilih sebagai penaung tanaman kakao muda karena fungsi penaungnya yang baik dan sangat mudah ditanam serta memberikan pendapatan yang tinggi. Tanaman pisang akan memberikan penaungan setelah berumur 6 – 9 bulan. Setelah berumur satu tahun, tanaman pisang mulai berbuah dan dapat memberikan hasil produksi 1.000 tandan per hektar selama satu tahun.

Pertumbuhan kakao muda dipengaruhi oleh cultivar pisang yang ditanam. Sosok (habitus) pisang yang lebih kecil menyebabkan intensitas cahaya yang diterima kakao lebih tinggi sehingga pertumbuhan kakao yang ditanam di bawahnya lebih lambat dilihat dari tolok ukur diameter batang kakao.

Dari aspek populasi, pisang tidak menampakkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kakao muda. Justru dari aspek pendapatan, semakin tinggi populasi pisang maka semakin besar pendapatannya. Dengan pertimbangan teknis dan ekonomis, jarak tanam pisang 3 x 6 m adalah yang paling optimum untuk kakao yang jarak tanamnya 3 x 3 m.

Keuntungan lain yang penting adalah batang pisang merupakan mulsa yang efektif dalam mengonservasi kelembaban tanah. Selain melembabkan, limbah tanaman pisang juga mengandung unsur hara antara lain K, Ca, N, SO4, dan P.

Sumber: Budidaya & Pasca Panen KAKAO.oleh Elna Karmawati, Zainal Mahmud, M. Syakir, Joni Munarso, Ketut Ardana, dan Rubiyo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010.

Incoming search terms:

Pembukaan Lahan Pada Areal Peremajaan Kebun Kelapa Sawit



Advertisements

Untuk membuka lahan pada areal peremajaan kebun sawit, hendaknya dilakukan dengan mengolah lahan tanpa membakar. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta teknis pelaksanaan dalam pembukaan lahan pada areal kebun sawit ini tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara yang digunakan. Ada dua cara membuka lahan pada areal peremajaan kebun sawit yaitu cara kombinasi antara manual-mekanis dan mekanis.

Cara kombinasi antara manual-mekanis

Kegiatan yang dilakukan pada areal peremajaan kebun sawit sebagai berikut : 

1) Perencanaan penanaman, yaitu dengan membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan, ketersediaan masin-mesin dan peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya; 

2) Membuang Ganoderma, pada areal yang terserang ganoderma, perlu ditebang, dibuang jauh dari areal tanaman baru dan dibersihkan; 

3) Membuat Pancang Jalur, untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan, jalur pemanenan dan saluran draenasi; 

4) Pembuatan Jalan dan saluran draenasi, pembuatan jalan pengumpulan/pengawasan atau saluran draenasi sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon sawit lama. Bila saluran lama masih sesuai dengan letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran baru; 

5) Menebang dan merencek, dilakukan pada pohon sawit lama dengan menggunakan kapak; 

6) Membersihkan jalur tanam, hasil rencekan ditumpuk diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang. Dengan demikian diperoleh jalur yang bersih dari potongan-potongan kayu; 

7) Membajak dan menggaru, setelah dilakukan penebangan dan pembersihan, kemudian dilakukan pembajakan dan menggaru tanah untuk memperbaiki kondisi tanah serta memudahkan penanaman; 

8) Pembuatan teras dan teknik konservasi, dilakukan pada areal yang bertopografi bergelombang/berbukit kemudian dibuat terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air. 

Pada lahan dengan tingkat kelerengan lebih dari 10% perlu dibuat teras tanaman dengan lebar 4 meter. Teras harus mengikuti garis countur. Pada lahandengan tingkat kemiringan 5-10°, teras dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m.

Cara mekanis

Diakukan pada areal yang memilki topografi datar atau berombak. Penebangan pohon sawit dilakukan dengan traktor dengan tahapan sebagai berikut: 

1) Perencanaan penanaman, yaitu dengan membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan mempertimbangkan lingkup pekerjaan, ketersediaan masin-mesin dan peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya; 

2) Membuang Ganoderma, pada areal yang terserang ganoderma, perlu ditebang, dibuang jauh dari areal tanaman baru dan dibersihkan; 

3) Membuat Pancang Jalur, dibuat untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan, jalur pemanenan dan saluran draenasi; 

4) Pembuatan Jalan dan saluran draenasi, pembuatan jalan pengumpulan/pengawasan atau saluran draenasi sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon sawit lama. Bila saluran lama tidak sesuai dengan letak saluran baru maka saluran lama ditutup dengan tanah dan saluran baru dibuat sesuai dengan letak pancang jalur. Bila saluran lama masih sesuai dengan letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran baru; 

5) Menebang dan merencek, dilakukan pada pohon sawit lama dengan menggunakan excavator; 

6) Membersihkan jalur tanam, hasil rencekan ditumpuk diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang. Dengan demikian diperoleh jalur yang bersih dari potongan-potongan kayu; 

7) Membajak dan menggaru, setelah dilakukan penebangan dan pembersihan, kemudian dilakukan pembajakan dan menggaru tanah untuk memperbaiki kondisi tanah serta memudahkan penanaman; 

8) Pembuatan teras dan teknik konservasi, dilakukan pada areal yang bertopografi bergelombang/berbukit kemudian dibuat terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air. 

Pada lahan dengan tingkat kelerengan lebih dari 10% perlu dibuat teras tanaman dengan lebar 4 meter. Teras harus mengikuti garis countur. Pada lahandengan tingkat kemiringan 5-10°, teras dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m.

Sumber : Pedoman Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Bakar, Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta, 2007 dan Dari berbagai sumber.

Incoming search terms:

Pembukaan Lahan Semak Belukar Tanpa Bakar



Advertisements

Untuk membuka lahan tanpa bakar pada areal semak belukar, perlakuannya hampir sama dengan cara pembukaan lahan tanpa bakar pada areal hutan dan areal peremajaan kelapa sawit. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta teknis pelaksanaan dalam pembukaan lahan tanpa bakar pada areal semak belukar tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara yang digunakan. Ada tiga cara membuka lahan pada areal semak belukar yaitu cara manual, mekanis dan kombinasi antara manual-mekanis-khemis.

Cara manual, yaitu kegiatan pembukaan lahan dengan tahapan sebagai berikut : 

Membabat rintisan yaitu memotong dan membabat vegetasi dengan mengguna-kan parang; 
Menebang dan merencek (mencincang) batang kayu yang besar dengan menggunakan parang, kapak atau gergaji; 
Membuat pancang jalur, yaitu jalur tanam yang dibuat menurut jarak antar barisan tanaman, yang dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan jalur tanam; 
Membersihkan Jalur Tanam, yaitu membersihkan hasil rencekan yang ditempatkan dintara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang, sehingga didapatkan jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan.

Cara mekanis

cara ini dilakukan untuk areal yang memiliki topografi datar dan berombak. Cara penebangan umumnya dilakukan dengan traktor dengan tahapan sebagai berikut: 

Membabat rintisan, yaitu membabat semak dan kayu yang mempunyai ketinggian 40cm; 
Menebang, yaitu menebang pohon yang besar maupun yang kecil dengan menggunakan traktor. Penebangan sebaiknya dengan diikuti penumbangan pohon berikut akarnya. Pohon ditebang kearah luar agar tidak menghalangi jalannya traktor; 
Merencek, dilakukan dengan memotong dan mencincang (merencek) cabang dan ranting pohon yang telah ditebang; 
Membuat pancang jalur yang dibuat menurut arah antar barisan tanaman yang dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan jalur tanam; 
Membersihkan jalur tanam, dengan membuang hasil rencekan batang/pohon dan ditempatkan pada lahan diantara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang.

Cara kombinasi antara manual-mekanis-khemis, cara ini dapat dikombinasikan dengan cara khemis melalui pemanfaatan herbisida pada saat pembukaan lahan perkebunan maupun saat penanaman melalui penyemprotan semak belukar dengan menggunakan paraquat, triasukfuron, gilifosfat maupun jenis bahan kimia lainnya. Dengan memperhatikan aspek kesehatan serta lingkungan, dan dalam penggunaannya dilaksanakan dengan bijaksana sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Pemanfaatan limbah pembukaan lahan

Limbah hasil penebangan/rencekan semak belukar dapat dimanfaatkan sebagai kompos, dengan cara pembuatannya sebagai berikut:

1. Bahan-bahan dan komposisi terdiri dari: a) limbah hasil tebangan berupa serasah yang terdiri dari paku-pakuan dan gulma sebanyak 80%; b) pupuk kandang (10%); pupuk kandnag (10%); c) dedak/bekatul (10%); d) EM 4 (100ml); d) Molase/gula 25 gram.

2. Cara pembuatan sebagai berikut : 

Limbah hasil tebangan dicampur dengan pupuk kandang dan dedak;
EM4, molase/gula dan air, kemudian dilarutkan ; 
Campuran 1 diaduk dengan campuran 2 kemudian ditutup pakai plastik; 
Setelah tiga hari diaduk supaya prosesnya sempurna, kemudian ditutup kembali; dan 
Setelah warnanya merata kecoklatan dan gembur, kemudian diangin-anginkan. Setelah dingin/suhunya normal, maka kompos siap dipakai atau dikemas dalam kantong plastik untuk dipergunakan, disimpan atau dijual.

Incoming search terms:

Klasifikasi Minyak Kelapa Sawit | Petani Hebat

Tangki pengendap (klarifikasi) bersinambung CST (continues settling tank) model vertikal telah kembali digunakan, tetapi setelah dilengkapi dengan pengaduk. Tangki tersebut berbentuk silinder vertikal dengan kerucut terbalik di bawahnya tempat menampung sementara endapan sisa serabut halus, pasir, tanah, dan lain-lain. 

Minyak kasar, yang telah diencerkan dan dipanaskan serta telah disaring melalui pipa ke bagian tanah tangki, yaitu di bawah bidang batas lapisan minyak dan lapisan air drab. Minyak yang mengapung di bagian atas dikutip melalui dua pipa limpahan (skimmer) yang ujungnya berbentuk kerucut terbalik yang ketiganya dapat distel. Drub dikeluarkan dari bagian bawah tangki sedi