Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Sawit Indonesia – Analisis Dna Dalam Program Pemuliaan Kelapa Sawit



Bagi praktisi kelapa sawit, telah dipahami bahwa penggunaan varietas unggul dalam usaha perkebunan kelapa sawit merupakan suatu hal yang mutlak. Penggunaan varietas unggul akan menjamin digunakannya bahan tanaman tenera, dan bukan dura atau pisifera (dengan level tertentu sesuai standar nasional) di perkebunan.

Telah dilaporkan bahwa penggunaan bahan tanaman kelapa sawit jenis tenera meningkatkan hasil panen secara signifikan dibandingkan dengan penggunaan bahan tanaman jenis lain. Selain jaminan berupa jenis bahan tanaman tenera, varietas unggul kelapa sawit, yang merupakan varietas yang terdaftar di pemerintah, secara umum memiliki karakter yang menonjol, yang menguntungkan bagi petani.

Varietas unggul kelapa sawit merupakan hasil persilangan terkontrol antara pohon induk (jenis dura) dan pohon bapak (jenis pisifera) yang terpilih melalui program pemuliaan. Program pemuliaan kelapa sawit secara konvensional memerlukan waktu yang panjang, karena untuk menyelesaikan satu siklus seleksi, diperlukan waktu sekitar 10 tahun umur kelapa sawit. Jika program pemuliaan tidak terarah dengan baik, maka bisa diperkirakan bahwa pencapaian tujuan pemuliaan akan didapat dalam jangka waktu yang sangat lama. Disinilah diperlukannya suatu teknologi yang dapat membantu program pemuliaan kelapa sawit untuk memperoleh tujuan yang diharapkan dengan maksimal, dengan waktu yang lebih cepat.

Teknologi DNA merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu program pemuliaan kelapa sawit. Hal ini dapat dipahami, karena pada dasarnya ilmu pemuliaan berpangkal pada pengetahuan genetika, sedangkan DNA merupakan cetak biru pewarisan sifat mahluk hidup, hal yang merupakan dasar ilmu genetika. Informasi DNA yang diperoleh melalui teknologi DNA yang diintegrasikan dalam program pemuliaan kelapa sawit, akan merupakan panduan bagi para pemulia untuk menentukan metode, persilangan, pemilihan tetua dan kegiatan pemuliaan lainnya.

Teknologi DNA berkembang dengan pesatnya pada beberapa dekade terakhir. Telah ditemukan beberapa teknik marka DNA yang dapat digunakan untuk analisis sidik jari DNA dan marka yang diperbantukan dalam proses seleksi. Sebut saja Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP), Simple Sequence Repeat (SSR) dan Single Nucleotide Polymorphism (SNP). Masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga pemilihan teknik yang digunakan dalam analisis DNA dalam program pemuliaan dapat disesuaikan dengan tujuan analisis dan ketersediaan sumber daya. Pada prinsipnya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, teknik yang dipilih adalah teknik yang menghasilkan data yang reliable dan mudah dalam aplikasinya.

Ketersediaan plasma nutfah dengan keragaman yang tinggi merupakan modal yang penting bagi pemulia untuk mencapai hasil yang maksimal dan marka DNA dapat digunakan dalam manajemen plasma nutfah kelapa sawit. Teknologi tersebut dapat membantu pemeliharaan kesinambungan koleksi inti plasma nutfah yang efisien dengan cara menghindari duplikasi serta mengidentifikasi keragaman koleksi dan calon koleksi baru sehingga memaksimalkan keragaman koleksi. Dengan analisis DNA, pemulia akan terbantu dalam hal penentuan persilangan yang akan menghasilkan populasi keturunan yang beragam atau yang seragam, disesuaikan dengan tujuan persilangan.

Marka DNA juga bisa membantu pemulia kelapa sawit dalam hal verifikasi persilangan buatan. Dalam persilangan buatan, ada kemungkinan  terjadi kesalahan di beberapa tahapan kegiatan. Analisis sidik jari DNA dari tetua dan keturunannya akan menunjukkan apakah sampel tanaman yang diuji merupakan hasil persilangan dari tetua tertentu. Hal ini sangat penting untuk pengujian-pengujian varietas baru dan konfirmasi silsilah varietas unggul yang dirilis.

Marka DNA yang terpaut dengan sifat kelapa sawit tertentu, juga bisa diperbantukan dalam proses seleksi. Marka tersebut bisa digunakan untuk mendeteksi sifat kelapa sawit sejak masih di pembibitan, atau sebelum sifat tersebut terekspresi,sehingga bisa digunakan untuk menyeleksi sedini mungkin tanaman yang memiliki sifat tertentu, guna menghemat biaya dan waktu. Sebagai salah satu contoh adalah jika kita bisa menggunakan marka DNA penanda ketebalan cangkang kelapa sawit. Sebelum tanaman memproduksi buah (misalnya ketika masih di pembibitan), kita dapat mengidentifikasi apakah tanaman kita adalah dura, tenera atau pisifera. Tanpa bantuan identifikasi tersebut, jika terjadi kekeliruan penanaman jenis kelapa sawit, setidaknya akan mengorbankan waktu, tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan hingga kita menyadari kekeliruan tersebut pada saat tanaman telah berbuah .

Keberadaan laboratorium DNA adalah hal yang diperlukan dalam aplikasi teknologi DNA. Pada laboratorium tersebut, dilakukan ekstraksi DNA dan analisis lanjutannya untuk menghasilkan profil DNA sampel. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan salah satu protokol analisis DNA yang telah banyak digunakan secara luas, karena kelebihan-kelebihannya dalam menghasilkan profil DNA. Sebagian produsen benih unggul kelapa sawit di Indonesia, telah memiliki laboratorium DNA untuk melakukan penelitian genom kelapa sawit atau untuk melakukan uji rutin guna menghasilkan informasi DNA yang diperlukan dalam program pemuliaan kelapa sawit. Diharapkan bahwa kemajuan hasil penelitian genom kelapa sawit dan aplikasi dari penelitian tersebut dalam program pemuliaan kelapa sawit, akan menghasilkan varietas-varietas unggul baru yang akan lebih memajukan perkelapasawitan di Indonesia.

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Analisis Dna Dalam Program Pemuliaan Kelapa Sawit



Advertisements

Bagi praktisi kelapa sawit, telah dipahami bahwa penggunaan varietas unggul dalam usaha perkebunan kelapa sawit merupakan suatu hal yang mutlak. Penggunaan varietas unggul akan menjamin digunakannya bahan tanaman tenera, dan bukan dura atau pisifera (dengan level tertentu sesuai standar nasional) di perkebunan.

Telah dilaporkan bahwa penggunaan bahan tanaman kelapa sawit jenis tenera meningkatkan hasil panen secara signifikan dibandingkan dengan penggunaan bahan tanaman jenis lain. Selain jaminan berupa jenis bahan tanaman tenera, varietas unggul kelapa sawit, yang merupakan varietas yang terdaftar di pemerintah, secara umum memiliki karakter yang menonjol, yang menguntungkan bagi petani.

Varietas unggul kelapa sawit merupakan hasil persilangan terkontrol antara pohon induk (jenis dura) dan pohon bapak (jenis pisifera) yang terpilih melalui program pemuliaan. Program pemuliaan kelapa sawit secara konvensional memerlukan waktu yang panjang, karena untuk menyelesaikan satu siklus seleksi, diperlukan waktu sekitar 10 tahun umur kelapa sawit. Jika program pemuliaan tidak terarah dengan baik, maka bisa diperkirakan bahwa pencapaian tujuan pemuliaan akan didapat dalam jangka waktu yang sangat lama. Disinilah diperlukannya suatu teknologi yang dapat membantu program pemuliaan kelapa sawit untuk memperoleh tujuan yang diharapkan dengan maksimal, dengan waktu yang lebih cepat.

Teknologi DNA merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu program pemuliaan kelapa sawit. Hal ini dapat dipahami, karena pada dasarnya ilmu pemuliaan berpangkal pada pengetahuan genetika, sedangkan DNA merupakan cetak biru pewarisan sifat mahluk hidup, hal yang merupakan dasar ilmu genetika. Informasi DNA yang diperoleh melalui teknologi DNA yang diintegrasikan dalam program pemuliaan kelapa sawit, akan merupakan panduan bagi para pemulia untuk menentukan metode, persilangan, pemilihan tetua dan kegiatan pemuliaan lainnya.

Teknologi DNA berkembang dengan pesatnya pada beberapa dekade terakhir. Telah ditemukan beberapa teknik marka DNA yang dapat digunakan untuk analisis sidik jari DNA dan marka yang diperbantukan dalam proses seleksi. Sebut saja Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP), Simple Sequence Repeat (SSR) dan Single Nucleotide Polymorphism (SNP). Masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga pemilihan teknik yang digunakan dalam analisis DNA dalam program pemuliaan dapat disesuaikan dengan tujuan analisis dan ketersediaan sumber daya. Pada prinsipnya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, teknik yang dipilih adalah teknik yang menghasilkan data yang reliable dan mudah dalam aplikasinya.

Ketersediaan plasma nutfah dengan keragaman yang tinggi merupakan modal yang penting bagi pemulia untuk mencapai hasil yang maksimal dan marka DNA dapat digunakan dalam manajemen plasma nutfah kelapa sawit. Teknologi tersebut dapat membantu pemeliharaan kesinambungan koleksi inti plasma nutfah yang efisien dengan cara menghindari duplikasi serta mengidentifikasi keragaman koleksi dan calon koleksi baru sehingga memaksimalkan keragaman koleksi. Dengan analisis DNA, pemulia akan terbantu dalam hal penentuan persilangan yang akan menghasilkan populasi keturunan yang beragam atau yang seragam, disesuaikan dengan tujuan persilangan.

Marka DNA juga bisa membantu pemulia kelapa sawit dalam hal verifikasi persilangan buatan. Dalam persilangan buatan, ada kemungkinan  terjadi kesalahan di beberapa tahapan kegiatan. Analisis sidik jari DNA dari tetua dan keturunannya akan menunjukkan apakah sampel tanaman yang diuji merupakan hasil persilangan dari tetua tertentu. Hal ini sangat penting untuk pengujian-pengujian varietas baru dan konfirmasi silsilah varietas unggul yang dirilis.

Marka DNA yang terpaut dengan sifat kelapa sawit tertentu, juga bisa diperbantukan dalam proses seleksi. Marka tersebut bisa digunakan untuk mendeteksi sifat kelapa sawit sejak masih di pembibitan, atau sebelum sifat tersebut terekspresi,sehingga bisa digunakan untuk menyeleksi sedini mungkin tanaman yang memiliki sifat tertentu, guna menghemat biaya dan waktu. Sebagai salah satu contoh adalah jika kita bisa menggunakan marka DNA penanda ketebalan cangkang kelapa sawit. Sebelum tanaman memproduksi buah (misalnya ketika masih di pembibitan), kita dapat mengidentifikasi apakah tanaman kita adalah dura, tenera atau pisifera. Tanpa bantuan identifikasi tersebut, jika terjadi kekeliruan penanaman jenis kelapa sawit, setidaknya akan mengorbankan waktu, tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan hingga kita menyadari kekeliruan tersebut pada saat tanaman telah berbuah .

Keberadaan laboratorium DNA adalah hal yang diperlukan dalam aplikasi teknologi DNA. Pada laboratorium tersebut, dilakukan ekstraksi DNA dan analisis lanjutannya untuk menghasilkan profil DNA sampel. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan salah satu protokol analisis DNA yang telah banyak digunakan secara luas, karena kelebihan-kelebihannya dalam menghasilkan profil DNA. Sebagian produsen benih unggul kelapa sawit di Indonesia, telah memiliki laboratorium DNA untuk melakukan penelitian genom kelapa sawit atau untuk melakukan uji rutin guna menghasilkan informasi DNA yang diperlukan dalam program pemuliaan kelapa sawit. Diharapkan bahwa kemajuan hasil penelitian genom kelapa sawit dan aplikasi dari penelitian tersebut dalam program pemuliaan kelapa sawit, akan menghasilkan varietas-varietas unggul baru yang akan lebih memajukan perkelapasawitan di Indonesia.

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Pemuliaan Kelapa Sawit : Teknologi Merakit Varietas Unggul



Perkembangan industri kelapa sawit Indonesia yang menakjubkan selama 20 tahun terakhir tidak terlepas dari peran bahan tanaman di dalamnya. Meski hanya berkontribusi 7%-8% dari total biaya produksi, namun keberadaan bahan tanaman sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu perkebunan. Pemilihan bahan tanaman dengan kualitas unggul menjamin tingkat produksi yang stabil untuk masa ekonomi selama 25 tahun.  Karakter unggul varietas kelapa sawit dapat dilihat dari mutu genetis (potensi hasil tinggi), mutu fisiologis (daya tumbuh), dan mutu morfologis (keseragaman dan higienitas benih). 

Pemerintah Indonesia telah merilis 37 varietas kelapa sawit dengan berbagai karakter unggulan yang menyertainya. Varietas-varietas ini berasal dari 9 produsen benih (8 produsen dalam negeri, 1 produsen dari luar negeri), yang umumnya berlokasi di wilayah Sumatera. Dengan kapasitas produksi sekitar 225 juta benih per tahun, dan pilihan yang semakin beragam, sebenarnya tidak ada alasan bagi pekebun untuk  tidak menggunakan benih yang telah bersertifikasi secara resmi. Namun demikian, kesulitan dalam distribusi dan akses untuk mendapatkan benih unggul  masih sering terjadi khususnya di remote area, seperti area pengembangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Upaya dari produsen benih melalui sistem waralaba bibit diharapkan mampu untuk mengurangi kesenjangan akses dalam mendapat benih kelapa sawit unggul.

Bagaimana sebuah varietas unggul kelapa sawit dirakit? Perakitan varietas unggul kelapa sawit dilakukan melalui proses yang sangat panjang, tenaga ahli dari berbagai bidang ilmu, lokasi pengujian yang luas, serta biaya yang tidak sedikit. Kegiatan perakitan ini memadukan antara teknologi, seni dan intuisi dalam proses persilangan, pengujian, seleksi, dan perbanyakan. Kita mengenal kegiatan perakitan varietas unggul ini sebagai aktivitas pemuliaan tanaman. Dalam proses pemuliaan kelapa sawit, setidaknya terdapat empat komponen yang menjadi persyaratan,  yaitu: 

(1) material genetik dengan variasi sifat didalamnya, dikenal sebagai populasi dasar; 

(2) tujuan pemuliaan, yakni ideotype tanaman dengan sifat/karakter yang diinginkan; 

(3) metode seleksi, cara menguji dan memilih individu/populasi untuk sifat yang diinginkan; 

(4) reproduksi, metode perbanyakan benih/bahan tanaman dari individu hasil seleksi. 

1. MATERIAL GENETIK

Empat benih kelapa sawit jenis dura yang diintroduksi oleh kolonial Belanda pada tahun 1848 di Kebun Raya Bogor, dan kemudian dikembangkan di daerah Deli, Sumatera Utara menjadi populasi dasar hampir seluruh program pemuliaan kelapa sawit di dunia.  Populasi ini dikenal sebagai dura Deli, yang memiliki karakter cangkang yang tebal, bobot tandan yang besar, dan jumlah tandan yang sedikit. Penemuan sifat ketebalan cangkang pada kelapa sawit pada 1941, yang berkorelasi dengan tingkat produksi minyak menjadi tonggak dasar untuk pelibatan populasi tenera/pisifera dalam program pemuliaan kelapa sawit. Populasi tenera/pisifera yang digunakan dalam pemuliaan kelapa sawit di Indonesia umumnya diintroduksi dari Afrika (Zaire, Kamerun, Nigeria, dan Pantai Gading). Populasi ini memiliki karakter cangkang yang tipis untuk tenera, non cangkang pada pisifera, bobot tandan yang rendah, dan jumlah tandan yang banyak. Kedua populasi, dura dan tenera/pisifera, memiliki sifat-sifat yang saling komplemen yang dibutuhkan dalam perakitan varietas unggul.

2. TUJUAN PEMULIAAN

Produksi minyak yang tinggi masih menjadi fokus utama dalam program pemuliaan kelapa sawit. Fokus lainnya adalah merakit varietas yang memiliki sifat ketahanan/toleransi terhadap penyakit, khususnya Ganoderma. Seiring dengan tuntutan konsumen yang menaruh perhatian kepada faktor kualitas minyak, tujuan pemuliaan juga diarahkan untuk merakit varietas dengan kandungan beta karoten dan asam lemak tak jenuh yang tinggi, dan tambahan komponen minor lainnya seperti tocopherol dan tocotrienol. Karakter-karakter yang memudahkan untuk panen, seperti tanaman dengan laju pertumbuhan meninggi yang lambat, tangkai tandan yang panjang, buah yang tidak mudah memberondol, dan perbedaan warna buah yang jelas antara tandan mentah dan tandan matang juga mulai menjadi perhatian para pemulia kelapa sawit.

3. METODE SELEKSI

Metode klasik

Seleksi awal pada populasi dasar dilakukan dengan memilih individu terbaik berdasarkan karakter produksi minyak yang tinggi. Pemilihan individu berproduksi minyak tinggi dilakukan berdasarkan karakter komponen hasil yang mudah diidentifikasi secara morfologi dan cepat dalam analisis laboratorium, seperti karakter persentase mesokarp pada buah. Karakter ini memiliki tingkat heritabilitas yang tinggi, selalu diwariskan dari tetua kepada turunannya. Individu-individu terpilih tersebut selanjutnya saling disilangkan untuk mengeksploitasi sifat-sifat terbaik mengikuti strategi seleksi yang telah ditetapkan.

Saat ini dikenal dua strategi seleksi yang digunakan secara luas, yakni reciprocal recurrent selection (RRS), dan family/individuals palm selection (FIPS). RRS bertujuan untuk mengeksploitasi heterosis pada persilangan antara orijin-orijin tertentu. Material genetik pada strategi RRS dibagi menjadi dua grup heterotik, A dan B, yang memiliki sifat-sifat komplementer (melengkapi) di antara keduanya. Metode RRS memiliki keterbatasan dengan adanya inbreeding depression di masing-masing grup (A dan B) sebagai akibat proses silang dalam (selfing) yang berulang kali.  Strategi FIPS bertujuan untuk menseleksi tetua berdasarkan nilai fenotipik dan daya gabung umumnya. Bila ada satu individu terpilih, maka individu lain yang masih dalam satu famili juga dapat dipilih. 

Di dalam setiap strategi pemuliaan, terdapat proses pengujian di lapang untuk mengetahui daya hasil dari persilangan antar tetua. Pengujian dilakukan dengan menanam hasil persilangan berdasarkan  desain percobaan tertentu di berbagai lokasi. Pengujian dilakukan minimal 7 tahun, untuk mengetahui keragaan pertumbuhan saat masa belum menghasilkan (sekitar 3 tahun)  dan keragaan produksi (tanaman menghasilkan, TM) selama 4 tahun.  Pada masa pengujian ini, berbagai paramater seleksi diamati, khususnya yang berkaitan dengan hasil dan komponen hasil, toleransi terhadap penyakit, dan kualitas minyak yang dihasilkan. Persilangan terbaik dengan produksi minyak yang tinggi selanjutnya dipilih untuk diperbanyak. Reproduksi/perbanyakan benih dari persilangan terbaik dilakukan melalui persilangan terkontrol (controlled pollination) dari kedua tetua, dan juga melalui teknik kultur jaringan. (Bersambung)

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Pemuliaan Kelapa Sawit : Teknologi Merakit Varietas Unggul



Advertisements

Perkembangan industri kelapa sawit Indonesia yang menakjubkan selama 20 tahun terakhir tidak terlepas dari peran bahan tanaman di dalamnya. Meski hanya berkontribusi 7%-8% dari total biaya produksi, namun keberadaan bahan tanaman sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu perkebunan. Pemilihan bahan tanaman dengan kualitas unggul menjamin tingkat produksi yang stabil untuk masa ekonomi selama 25 tahun.  Karakter unggul varietas kelapa sawit dapat dilihat dari mutu genetis (potensi hasil tinggi), mutu fisiologis (daya tumbuh), dan mutu morfologis (keseragaman dan higienitas benih). 

Pemerintah Indonesia telah merilis 37 varietas kelapa sawit dengan berbagai karakter unggulan yang menyertainya. Varietas-varietas ini berasal dari 9 produsen benih (8 produsen dalam negeri, 1 produsen dari luar negeri), yang umumnya berlokasi di wilayah Sumatera. Dengan kapasitas produksi sekitar 225 juta benih per tahun, dan pilihan yang semakin beragam, sebenarnya tidak ada alasan bagi pekebun untuk  tidak menggunakan benih yang telah bersertifikasi secara resmi. Namun demikian, kesulitan dalam distribusi dan akses untuk mendapatkan benih unggul  masih sering terjadi khususnya di remote area, seperti area pengembangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Upaya dari produsen benih melalui sistem waralaba bibit diharapkan mampu untuk mengurangi kesenjangan akses dalam mendapat benih kelapa sawit unggul.

Bagaimana sebuah varietas unggul kelapa sawit dirakit? Perakitan varietas unggul kelapa sawit dilakukan melalui proses yang sangat panjang, tenaga ahli dari berbagai bidang ilmu, lokasi pengujian yang luas, serta biaya yang tidak sedikit. Kegiatan perakitan ini memadukan antara teknologi, seni dan intuisi dalam proses persilangan, pengujian, seleksi, dan perbanyakan. Kita mengenal kegiatan perakitan varietas unggul ini sebagai aktivitas pemuliaan tanaman. Dalam proses pemuliaan kelapa sawit, setidaknya terdapat empat komponen yang menjadi persyaratan,  yaitu: 

(1) material genetik dengan variasi sifat didalamnya, dikenal sebagai populasi dasar; 

(2) tujuan pemuliaan, yakni ideotype tanaman dengan sifat/karakter yang diinginkan; 

(3) metode seleksi, cara menguji dan memilih individu/populasi untuk sifat yang diinginkan; 

(4) reproduksi, metode perbanyakan benih/bahan tanaman dari individu hasil seleksi. 

1. MATERIAL GENETIK

Empat benih kelapa sawit jenis dura yang diintroduksi oleh kolonial Belanda pada tahun 1848 di Kebun Raya Bogor, dan kemudian dikembangkan di daerah Deli, Sumatera Utara menjadi populasi dasar hampir seluruh program pemuliaan kelapa sawit di dunia.  Populasi ini dikenal sebagai dura Deli, yang memiliki karakter cangkang yang tebal, bobot tandan yang besar, dan jumlah tandan yang sedikit. Penemuan sifat ketebalan cangkang pada kelapa sawit pada 1941, yang berkorelasi dengan tingkat produksi minyak menjadi tonggak dasar untuk pelibatan populasi tenera/pisifera dalam program pemuliaan kelapa sawit. Populasi tenera/pisifera yang digunakan dalam pemuliaan kelapa sawit di Indonesia umumnya diintroduksi dari Afrika (Zaire, Kamerun, Nigeria, dan Pantai Gading). Populasi ini memiliki karakter cangkang yang tipis untuk tenera, non cangkang pada pisifera, bobot tandan yang rendah, dan jumlah tandan yang banyak. Kedua populasi, dura dan tenera/pisifera, memiliki sifat-sifat yang saling komplemen yang dibutuhkan dalam perakitan varietas unggul.

2. TUJUAN PEMULIAAN

Produksi minyak yang tinggi masih menjadi fokus utama dalam program pemuliaan kelapa sawit. Fokus lainnya adalah merakit varietas yang memiliki sifat ketahanan/toleransi terhadap penyakit, khususnya Ganoderma. Seiring dengan tuntutan konsumen yang menaruh perhatian kepada faktor kualitas minyak, tujuan pemuliaan juga diarahkan untuk merakit varietas dengan kandungan beta karoten dan asam lemak tak jenuh yang tinggi, dan tambahan komponen minor lainnya seperti tocopherol dan tocotrienol. Karakter-karakter yang memudahkan untuk panen, seperti tanaman dengan laju pertumbuhan meninggi yang lambat, tangkai tandan yang panjang, buah yang tidak mudah memberondol, dan perbedaan warna buah yang jelas antara tandan mentah dan tandan matang juga mulai menjadi perhatian para pemulia kelapa sawit.

3. METODE SELEKSI

Metode klasik

Seleksi awal pada populasi dasar dilakukan dengan memilih individu terbaik berdasarkan karakter produksi minyak yang tinggi. Pemilihan individu berproduksi minyak tinggi dilakukan berdasarkan karakter komponen hasil yang mudah diidentifikasi secara morfologi dan cepat dalam analisis laboratorium, seperti karakter persentase mesokarp pada buah. Karakter ini memiliki tingkat heritabilitas yang tinggi, selalu diwariskan dari tetua kepada turunannya. Individu-individu terpilih tersebut selanjutnya saling disilangkan untuk mengeksploitasi sifat-sifat terbaik mengikuti strategi seleksi yang telah ditetapkan.

Saat ini dikenal dua strategi seleksi yang digunakan secara luas, yakni reciprocal recurrent selection (RRS), dan family/individuals palm selection (FIPS). RRS bertujuan untuk mengeksploitasi heterosis pada persilangan antara orijin-orijin tertentu. Material genetik pada strategi RRS dibagi menjadi dua grup heterotik, A dan B, yang memiliki sifat-sifat komplementer (melengkapi) di antara keduanya. Metode RRS memiliki keterbatasan dengan adanya inbreeding depression di masing-masing grup (A dan B) sebagai akibat proses silang dalam (selfing) yang berulang kali.  Strategi FIPS bertujuan untuk menseleksi tetua berdasarkan nilai fenotipik dan daya gabung umumnya. Bila ada satu individu terpilih, maka individu lain yang masih dalam satu famili juga dapat dipilih. 

Di dalam setiap strategi pemuliaan, terdapat proses pengujian di lapang untuk mengetahui daya hasil dari persilangan antar tetua. Pengujian dilakukan dengan menanam hasil persilangan berdasarkan  desain percobaan tertentu di berbagai lokasi. Pengujian dilakukan minimal 7 tahun, untuk mengetahui keragaan pertumbuhan saat masa belum menghasilkan (sekitar 3 tahun)  dan keragaan produksi (tanaman menghasilkan, TM) selama 4 tahun.  Pada masa pengujian ini, berbagai paramater seleksi diamati, khususnya yang berkaitan dengan hasil dan komponen hasil, toleransi terhadap penyakit, dan kualitas minyak yang dihasilkan. Persilangan terbaik dengan produksi minyak yang tinggi selanjutnya dipilih untuk diperbanyak. Reproduksi/perbanyakan benih dari persilangan terbaik dilakukan melalui persilangan terkontrol (controlled pollination) dari kedua tetua, dan juga melalui teknik kultur jaringan. (Bersambung)

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Membangun Pasar Domestik Sawit Indonesia



Sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah (CPO) di dunia, Indonesia selalu menjadi parameter pertumbuhan bisnis CPO global. Tak hanya faktor ketersedian, melainkan juga produksi CPO yang dihasilkan melalui proses produksi yang sustainability.

Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) yang digadang-gadang sebagai produk CPO yang telah tersertifikasi sustainable, kini jadi parameter bagi perdagangan CPO global yang berlabel sustainable. Keberadaan CSPO yang melalui proses audit berdasarkan prinsip dan kriteria RSPO yang sudah ditetapkan oleh auditor independen. 

Sejak kehadiran RSPO tahun 2004 hingga pertengahan tahun 2012, menunjukkan indikator keberhasilan pihak perkebunan kelapa sawit di dunia, yang mampu mendapatkan sertifikasi dari auditor independen lebih dari 6 juta ton CSPO dengan luas lahan perkebunan yang telah tersertifikasi hampir mencapai 1,5 juta hektare (ha).

Secara bersamaan, pasar hijau yang diharapkan mampu menyerap keberadaan CSPO, ternyata tidak mampu menunjukkan pertumbuhan yang sama. Berdasarkan data yang dirilis RSPO pada bulan Oktober 2012, sejak dihasilkannya suplai CSPO pada tahun 2008 sebesar 363 ribu ton, hanya terserap pasar sebesar 2,7%. Setahun berikutnya, suplai CSPO meningkat hingga 1,357 juta ton dengan penyerapan pasar hanya sebesar 25,3%.

Tahun 2010, suplai CSPO kian bertambah mencapai 2,773 juta ton, dengan penyerapan pasar sebesar 46,2%. Hingga akhir tahun 2011, produksi CSPO sudah mencapai 4,798 juta ton sedangkan pasar hanya mampu menyerap hingga 52%. 

Padahal, luas perkebunan yang telah tersertifikasi sebesar 1,131 juta ha dengan kapasitas produksi mencapai 5,57 juta ton. Dimana, sebagian besar prestasi yang diraih berasal dari Indonesia, dengan memberikan kontribusi lebih dari 40%. 

Hingga pertengahan 2012, Indonesia mampu berkontribusi hingga 48% dari total luas lahan yang tersertifikasi sebesar 1,302 juta ha, dengan produksi CSPO mencapai 6,30 juta ton. Posisi ini sekaligus menunjukkan keberadaan Indonesia sebagai produsen terbesar CSPO di dunia dan akan terus makin membesar.

Gambaran diatas, dapat menjadi tolok ukur bagi seluruh stakeholder perkelapasawitan global termasuk Indonesia. Dimana, faktor ketersedian produk yang sustainable tidak sejalan dengan pertumbuhan pasar hijau yang telah tersedia.

Indonesia Hasilkan CISPO Melalui ISPO

Tahun 2011, menjadi momentum pelaksanaan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dimana keberadaan Pemerintah Indonesia menjadi pelaku utama bagi kegiatan sertifikasi yang bersifat mandatory (wajib) bagi pelaku perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Pasalnya, pelaksanaan ISPO berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011, tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau ISPO.

Otomatis, seluruh perkebunan kelapa sawit di indonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan aturan yang diharapkan mampu menghasilkan Certified Indonesian Sustainable Palm Oil (CISPO). Pasalnya, keberadaan CISPO berdasarkan audit yang dilakukan lembaga independen yang berasal dari lembaga sertifikasi yang terdaftar di Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Pelaksanaan ISPO diperkuat dengan adanya pedoman pelaksanaan ISPO yang terdiri dari 29 ketentuan, terdiri dari 15 Undang-undang, 8 Peraturan Presiden, 1 Keputusan Presiden, 1 Instruksi Presiden dan 4 Peraturan Menteri Pertanian. Sehingga, diharapkan mampu membangun perkebunan kelapa sawit melalui praktik budidaya yang sustainable.

Sejatinya, proses ISPO akan dilakukan terhadap 1.212 perusahaan perkebunan. Dimana sebanyak 186 kebun masih dalam tahap pembangunan dan perkebunan yang sudah operasional mencapai 1.026 kebun. Belum lagi, rata-rata pertumbuhan perkebunan baru, setiap tahunnya bakalan mencapai 200 ribu ha.

Sehingga membutuhkan semangat dan kerja keras, guna melakukan sertifikasi terhadap perkebunan kelapa sawit yang lokasinya tersebar dari Aceh hingga Papua. Tahun 2011, Indonesia memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit sebesar 8,9 juta ha, dimana produksi CPO mencapai 22,5 juta ton dan CPKO mencapai 5 juta ton.

Apabila ISPO dapat dilakukan terhadap semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia, maka tahun 2014, Indonesia diperkirakan memiliki potensi produksi CISPO sebesar 30,6 juta ton yang berasal dari luas lahan diperkirakan bakal mencapai 9,9 juta ha.

Tentunya, produksi CISPO harus mendapatkan prioritas guna terserap di pasar global termasuk Indonesia. Sejatinya, berbagai peluang pasar harus dibuka, guna terserapnya produksi CISPO oleh pasar domestik.

Bangun Pasar Domestik

Kebuntuan pasar hijau global, yang hanya mampu menyerap sebesar 52% dari produksi CSPO tahun 2011 yang mencapai 4,8 juta ton, harus menjadi pembelajaran bagi Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan produksi CSPO tidak serta merta mendorong pertumbuhan pasar hijau yang akan menyerapnya.

Kendati RSPO merupakan lembaga sukarela yang terdiri dari berbagai sektor usaha. Namun, kecenderungan sektor usaha lainnya, hanya menunggu dan memiliki komitmen pembelian yang masih sangat jauh dari harapan. 

Sejatinya, pasar domestik Indonesia merupakan pasar terdekat CSPO dan CISPO. Pasalnya, produksi yang dihasilkan berdasarkan prinsip dan kriteria sustainability ini akan menemui kebuntuan pasar global yang sama. Sehingga Pemerintah Indonesia juga harus mendorong industri turunan CPO di Tanah Air supaya menggunakan produk tersertifikasi sustainable sebagai bahan baku produksinya.

Seperti industri minyak goreng yang merupakan potensi pasar terbesar di Indonesia, harus menggunakan CISPO sebagai bahan baku. Pasalnya, kapasitas terpasang refineri mencapai lebih dari 30 juta ton/tahun di tahun 2011. Dengan utilitasi sebesar 70%, setidaknya terdapat potensi pasar CISPO sebesar 21 juta ton.

Refineri dapat menjadi pintu masuk bagi industri turunan CPO lainnya seperti oleokimia, specialty fats dan sebagainya. Sehingga peluang kebuntuan pasar CISPO dapat terelakan dan bisa diatasi dengan baik.

Tak hanya refineri, Pemerintah Indonesia juga dapat mendorong keberadaan industri biodiesel supaya berproduksi kembali. Berdasarkan data dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), kapasitas terpasang pada tahun 2010 sudah mencapai lebih dari 3 juta ton/tahun. Sehingga, apabila mekanisme bahan baku, pasar dan pembelian dapat diatur dengan baik, setidaknya dapat membuka peluang pasar CISPO menjadi lebih besar.

Setidaknya, kepercayaan bangsa Indonesia yang berdaulat dapat diperoleh kembali. Dengan keberadaan produksi CPO yang tersertifikasi makin membesar, sehingga membuka peluang bagi industri turunan lainnya guna lebih berkembang. Sejalan dengan kemampuan bangsa ini menciptakan berbagai potensi untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih maju di masa depan, berlandaskan prinsip dan kriteria sustainability. Semoga.

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Membangun Pasar Domestik Sawit Indonesia



Advertisements

Sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah (CPO) di dunia, Indonesia selalu menjadi parameter pertumbuhan bisnis CPO global. Tak hanya faktor ketersedian, melainkan juga produksi CPO yang dihasilkan melalui proses produksi yang sustainability.

Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) yang digadang-gadang sebagai produk CPO yang telah tersertifikasi sustainable, kini jadi parameter bagi perdagangan CPO global yang berlabel sustainable. Keberadaan CSPO yang melalui proses audit berdasarkan prinsip dan kriteria RSPO yang sudah ditetapkan oleh auditor independen. 

Sejak kehadiran RSPO tahun 2004 hingga pertengahan tahun 2012, menunjukkan indikator keberhasilan pihak perkebunan kelapa sawit di dunia, yang mampu mendapatkan sertifikasi dari auditor independen lebih dari 6 juta ton CSPO dengan luas lahan perkebunan yang telah tersertifikasi hampir mencapai 1,5 juta hektare (ha).

Secara bersamaan, pasar hijau yang diharapkan mampu menyerap keberadaan CSPO, ternyata tidak mampu menunjukkan pertumbuhan yang sama. Berdasarkan data yang dirilis RSPO pada bulan Oktober 2012, sejak dihasilkannya suplai CSPO pada tahun 2008 sebesar 363 ribu ton, hanya terserap pasar sebesar 2,7%. Setahun berikutnya, suplai CSPO meningkat hingga 1,357 juta ton dengan penyerapan pasar hanya sebesar 25,3%.

Tahun 2010, suplai CSPO kian bertambah mencapai 2,773 juta ton, dengan penyerapan pasar sebesar 46,2%. Hingga akhir tahun 2011, produksi CSPO sudah mencapai 4,798 juta ton sedangkan pasar hanya mampu menyerap hingga 52%. 

Padahal, luas perkebunan yang telah tersertifikasi sebesar 1,131 juta ha dengan kapasitas produksi mencapai 5,57 juta ton. Dimana, sebagian besar prestasi yang diraih berasal dari Indonesia, dengan memberikan kontribusi lebih dari 40%. 

Hingga pertengahan 2012, Indonesia mampu berkontribusi hingga 48% dari total luas lahan yang tersertifikasi sebesar 1,302 juta ha, dengan produksi CSPO mencapai 6,30 juta ton. Posisi ini sekaligus menunjukkan keberadaan Indonesia sebagai produsen terbesar CSPO di dunia dan akan terus makin membesar.

Gambaran diatas, dapat menjadi tolok ukur bagi seluruh stakeholder perkelapasawitan global termasuk Indonesia. Dimana, faktor ketersedian produk yang sustainable tidak sejalan dengan pertumbuhan pasar hijau yang telah tersedia.

Indonesia Hasilkan CISPO Melalui ISPO

Tahun 2011, menjadi momentum pelaksanaan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dimana keberadaan Pemerintah Indonesia menjadi pelaku utama bagi kegiatan sertifikasi yang bersifat mandatory (wajib) bagi pelaku perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Pasalnya, pelaksanaan ISPO berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011, tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau ISPO.

Otomatis, seluruh perkebunan kelapa sawit di indonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan aturan yang diharapkan mampu menghasilkan Certified Indonesian Sustainable Palm Oil (CISPO). Pasalnya, keberadaan CISPO berdasarkan audit yang dilakukan lembaga independen yang berasal dari lembaga sertifikasi yang terdaftar di Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Pelaksanaan ISPO diperkuat dengan adanya pedoman pelaksanaan ISPO yang terdiri dari 29 ketentuan, terdiri dari 15 Undang-undang, 8 Peraturan Presiden, 1 Keputusan Presiden, 1 Instruksi Presiden dan 4 Peraturan Menteri Pertanian. Sehingga, diharapkan mampu membangun perkebunan kelapa sawit melalui praktik budidaya yang sustainable.

Sejatinya, proses ISPO akan dilakukan terhadap 1.212 perusahaan perkebunan. Dimana sebanyak 186 kebun masih dalam tahap pembangunan dan perkebunan yang sudah operasional mencapai 1.026 kebun. Belum lagi, rata-rata pertumbuhan perkebunan baru, setiap tahunnya bakalan mencapai 200 ribu ha.

Sehingga membutuhkan semangat dan kerja keras, guna melakukan sertifikasi terhadap perkebunan kelapa sawit yang lokasinya tersebar dari Aceh hingga Papua. Tahun 2011, Indonesia memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit sebesar 8,9 juta ha, dimana produksi CPO mencapai 22,5 juta ton dan CPKO mencapai 5 juta ton.

Apabila ISPO dapat dilakukan terhadap semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia, maka tahun 2014, Indonesia diperkirakan memiliki potensi produksi CISPO sebesar 30,6 juta ton yang berasal dari luas lahan diperkirakan bakal mencapai 9,9 juta ha.

Tentunya, produksi CISPO harus mendapatkan prioritas guna terserap di pasar global termasuk Indonesia. Sejatinya, berbagai peluang pasar harus dibuka, guna terserapnya produksi CISPO oleh pasar domestik.

Bangun Pasar Domestik

Kebuntuan pasar hijau global, yang hanya mampu menyerap sebesar 52% dari produksi CSPO tahun 2011 yang mencapai 4,8 juta ton, harus menjadi pembelajaran bagi Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan produksi CSPO tidak serta merta mendorong pertumbuhan pasar hijau yang akan menyerapnya.

Kendati RSPO merupakan lembaga sukarela yang terdiri dari berbagai sektor usaha. Namun, kecenderungan sektor usaha lainnya, hanya menunggu dan memiliki komitmen pembelian yang masih sangat jauh dari harapan. 

Sejatinya, pasar domestik Indonesia merupakan pasar terdekat CSPO dan CISPO. Pasalnya, produksi yang dihasilkan berdasarkan prinsip dan kriteria sustainability ini akan menemui kebuntuan pasar global yang sama. Sehingga Pemerintah Indonesia juga harus mendorong industri turunan CPO di Tanah Air supaya menggunakan produk tersertifikasi sustainable sebagai bahan baku produksinya.

Seperti industri minyak goreng yang merupakan potensi pasar terbesar di Indonesia, harus menggunakan CISPO sebagai bahan baku. Pasalnya, kapasitas terpasang refineri mencapai lebih dari 30 juta ton/tahun di tahun 2011. Dengan utilitasi sebesar 70%, setidaknya terdapat potensi pasar CISPO sebesar 21 juta ton.

Refineri dapat menjadi pintu masuk bagi industri turunan CPO lainnya seperti oleokimia, specialty fats dan sebagainya. Sehingga peluang kebuntuan pasar CISPO dapat terelakan dan bisa diatasi dengan baik.

Tak hanya refineri, Pemerintah Indonesia juga dapat mendorong keberadaan industri biodiesel supaya berproduksi kembali. Berdasarkan data dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), kapasitas terpasang pada tahun 2010 sudah mencapai lebih dari 3 juta ton/tahun. Sehingga, apabila mekanisme bahan baku, pasar dan pembelian dapat diatur dengan baik, setidaknya dapat membuka peluang pasar CISPO menjadi lebih besar.

Setidaknya, kepercayaan bangsa Indonesia yang berdaulat dapat diperoleh kembali. Dengan keberadaan produksi CPO yang tersertifikasi makin membesar, sehingga membuka peluang bagi industri turunan lainnya guna lebih berkembang. Sejalan dengan kemampuan bangsa ini menciptakan berbagai potensi untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih maju di masa depan, berlandaskan prinsip dan kriteria sustainability. Semoga.

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Teguh Patriawan, Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan Kamar Dagang Dan Industri (Kadin): Solusi Menghadapi Gejolak Pangan



Tiap tahun, peningkatan kebutuhan pangan semakin tinggi sebagai dampak dari pertumbuhan jumlah pendududuk Indonesia sepanjang beberapa tahun terakhir. Perluasan lahan pertanian dan perkebunan menjadi solusi supaya Indonesia dapat memenuhi konsumsi pangan dari dalam negeri. 

Dalam tiga tahun terakhir, peningkatan volume dan impor pangan Indonesia untuk beberapa komoditi seperti gandum, jagung, beras, kedelai dan tepung terigu, terus meningkat signifikan. Kekurangan komoditi pangan tadi seringkali menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan ekonomi bahkan politik lantaran komoditi tersebut menjadi bahan baku utama makanan masyarakt Indonesia. Sepanjang 2011-2012, duit yang mesti dikeluarkan untuk impor pangan diperkirakan capai Rp 135 triliun. 

Sebagai contoh, beberapa bulan lalu publik sempat dikejutkan dengan menghilangnya tempe dan tahu di pasar tradisional. Padahal, kita semua tahun makanan ini menjadi panganan utama masyarakat kelas menengah bawah untuk mencukupi kebutuhan perut sehari-hari.  Dapat ditebak, kondisi membuat pemerintah menjadi objek kecaman dan tudingan karena dinilai tidak mampu menjaga suplai kedelai di dalam negeri. Masalahnya, hampir 90% lebih kebutuhan kedelai dipasok dari luar negeri karena petani kedelai lokal belum dapat mengoptimalkan produksi kedelai. Negara eksportir utama kedelai ke Indonesia antara lain Amerika Serikat, Kanada, Malaysia, Ukraina, dan Cina.

Secara jangka panjang, pasokan kedelai impor membuat tergantung dunia industri bahkan masyarakat yang notabene akan beresiko bagi ketersediaannya di dalam negeri. Sebab, ketika ada gejolak harga kedelai di pasar dunia akan menyebabkan harga kedelai di dalam negeri juga meningkat sehingga mempengaruhi harga makanan berbasis kedelai. 

 Kekhawatiran kurangnya suplai pangan di dalam negeri sangatlah mencemaskan pemerintah dan masyarakat. Hal ini sangatlah beralasan apabila melihat produksi pangan yang tidak sebanding untuk mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan perkembangan penduduk Indonesia tumbuh 99% dari 1971-2010. Pada 1971, jumlah penduduk Indonesia baru mencapai 119,2 juta jiwa lalu tahun 2010 angka populasi naik signifikan menjadi 237,6 juta jiwa. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 243 juta jiwa pada  2015, yang diperkirakan kebutuhan berasnya mencapai 33,78 juta ton. Diperkirakan tahun 2030,  jumlah penduduk Indonesia dapat meningkat hingga 425 juta jiwa dengan kebutuhan beras sebanyak 59 juta ton. 

Sebagai negara yang dahulu bercorak agraris, pada kenyataannya luas lahan pertanian masing terbilang kecil jika dibandingkan jumlah penduduk. Dalam laporan Bank Dunia pada 2009, luas lahan pertanian hanya 29,59% dari total luas areal daratan. Lahan pertanian ini ditujukan memenuhi kebutuhan pangan 237,4 juta jiwa penduduk Indonesia. Jumlah lahan pertanian Indonesia lebih kecil dari total luas daratan dibandingkan negara lain seperti Inggris 73%, Jerman 48,5%, Italia 45,5%, Polandia 53%, Portugal 37,8% Belanda 57%, Perancis 53%, Spanyol 56% dan Amerika Serikat 45%.

Kendala paling utama, lahan pertanian terus menyusut seiring dengan pemekaran wilayah di Indonesia dan terus bertambahnya jumlah penduduk. Penyebabnya, pemekaran wilayah tingkat kabupaten, kota dan provinsi akan memerlukan lahan yang cukup besar. Badan Pusat Statistik melansir jumlah kabupaten telah mencapai 404 kabupaten pada 2010, yang naik dari tahun 2000 berjumlah 268 kabupaten. Begitupula dengan jumlah kota yang bertambah menjadi 98 kota pada 2010 dari tahun 2000 sebanyak 73 kota.

Tetapi, penambahan luas lahan pertanian sekarang ini terbilang sulit dilakukan kalaupun bisa itu hanya dijalankan untuk skala kecil. Padahal luas daratan Indonesia mencapai 181 juta hektare di mana lahan pertanian baru seluas 48 juta hektare. Sisanya ini dikategorikan kawasan hutan yang seluas 130 juta hektare. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan dari total luas kawasan hutan tadi, hutan konservasi seluas 26,8 juta hektare, hutan lindung 28,8 juta hektare, hutan produksi seluas 32,6 juta hektare, hutan produksi terbatas mencapai 24,4 juta hektare, dan hutan produksi dapat dikonversi mencapai 17,9 juta hektare.  

Untuk itulah, luas lahan pertanian harus ditingkatkan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pangan di masa depan. Sebab, peningkatan luas areal pertanian yang stagnan bahkan cenderung menurun yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor bahan pokok pangan seperti beras, kedelai, dan gula. Mengingat, areal yang dibuka untuk lahan pertanian dan perkebunan baru mencapai 30%. 

Caranya, pemerintah bersama pelaku usaha dapat memanfaatkan hutan produksi dapat dikonversi dan areal penggunaan lain (APL) dalam memperluas lahan pertanian. Langkah ini penting dilakukan supaya produktivitas pertanian dapat ditingkatkan sehingga masalah pangan dapat diantisipasi. Perlu dipikirkan, lahan terlantar yang berupa  ilalang atau semak belukar dapat digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Di lain pihak, kawasan hutan tetap tidak boleh dihilangkan begitu saja seperti yang terjadi di kawasan Uni Eropa. 

Selain itu, lahan pertanian yang sudah ada sebaiknya tak beralih fungsi untuk kepentingan lain karena butuh usaha besar supaya dapat mencetak lahan pertanian. Pencetakan lahan pertanian dapat ditujukan kepada wilayah Kalimantan dengan pertimbangan populasi penduduk di Jawa sangatlah padat. Kebijakan ini merupakan bagian dari pemerataan pembangunan yang tidak hanya terfokus kepada Pulau Jawa. 

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Teguh Patriawan, Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan Kamar Dagang Dan Industri (Kadin): Solusi Menghadapi Gejolak Pangan



Advertisements

Tiap tahun, peningkatan kebutuhan pangan semakin tinggi sebagai dampak dari pertumbuhan jumlah pendududuk Indonesia sepanjang beberapa tahun terakhir. Perluasan lahan pertanian dan perkebunan menjadi solusi supaya Indonesia dapat memenuhi konsumsi pangan dari dalam negeri. 

Dalam tiga tahun terakhir, peningkatan volume dan impor pangan Indonesia untuk beberapa komoditi seperti gandum, jagung, beras, kedelai dan tepung terigu, terus meningkat signifikan. Kekurangan komoditi pangan tadi seringkali menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan ekonomi bahkan politik lantaran komoditi tersebut menjadi bahan baku utama makanan masyarakt Indonesia. Sepanjang 2011-2012, duit yang mesti dikeluarkan untuk impor pangan diperkirakan capai Rp 135 triliun. 

Sebagai contoh, beberapa bulan lalu publik sempat dikejutkan dengan menghilangnya tempe dan tahu di pasar tradisional. Padahal, kita semua tahun makanan ini menjadi panganan utama masyarakat kelas menengah bawah untuk mencukupi kebutuhan perut sehari-hari.  Dapat ditebak, kondisi membuat pemerintah menjadi objek kecaman dan tudingan karena dinilai tidak mampu menjaga suplai kedelai di dalam negeri. Masalahnya, hampir 90% lebih kebutuhan kedelai dipasok dari luar negeri karena petani kedelai lokal belum dapat mengoptimalkan produksi kedelai. Negara eksportir utama kedelai ke Indonesia antara lain Amerika Serikat, Kanada, Malaysia, Ukraina, dan Cina.

Secara jangka panjang, pasokan kedelai impor membuat tergantung dunia industri bahkan masyarakat yang notabene akan beresiko bagi ketersediaannya di dalam negeri. Sebab, ketika ada gejolak harga kedelai di pasar dunia akan menyebabkan harga kedelai di dalam negeri juga meningkat sehingga mempengaruhi harga makanan berbasis kedelai. 

 Kekhawatiran kurangnya suplai pangan di dalam negeri sangatlah mencemaskan pemerintah dan masyarakat. Hal ini sangatlah beralasan apabila melihat produksi pangan yang tidak sebanding untuk mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan perkembangan penduduk Indonesia tumbuh 99% dari 1971-2010. Pada 1971, jumlah penduduk Indonesia baru mencapai 119,2 juta jiwa lalu tahun 2010 angka populasi naik signifikan menjadi 237,6 juta jiwa. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 243 juta jiwa pada  2015, yang diperkirakan kebutuhan berasnya mencapai 33,78 juta ton. Diperkirakan tahun 2030,  jumlah penduduk Indonesia dapat meningkat hingga 425 juta jiwa dengan kebutuhan beras sebanyak 59 juta ton. 

Sebagai negara yang dahulu bercorak agraris, pada kenyataannya luas lahan pertanian masing terbilang kecil jika dibandingkan jumlah penduduk. Dalam laporan Bank Dunia pada 2009, luas lahan pertanian hanya 29,59% dari total luas areal daratan. Lahan pertanian ini ditujukan memenuhi kebutuhan pangan 237,4 juta jiwa penduduk Indonesia. Jumlah lahan pertanian Indonesia lebih kecil dari total luas daratan dibandingkan negara lain seperti Inggris 73%, Jerman 48,5%, Italia 45,5%, Polandia 53%, Portugal 37,8% Belanda 57%, Perancis 53%, Spanyol 56% dan Amerika Serikat 45%.

Kendala paling utama, lahan pertanian terus menyusut seiring dengan pemekaran wilayah di Indonesia dan terus bertambahnya jumlah penduduk. Penyebabnya, pemekaran wilayah tingkat kabupaten, kota dan provinsi akan memerlukan lahan yang cukup besar. Badan Pusat Statistik melansir jumlah kabupaten telah mencapai 404 kabupaten pada 2010, yang naik dari tahun 2000 berjumlah 268 kabupaten. Begitupula dengan jumlah kota yang bertambah menjadi 98 kota pada 2010 dari tahun 2000 sebanyak 73 kota.

Tetapi, penambahan luas lahan pertanian sekarang ini terbilang sulit dilakukan kalaupun bisa itu hanya dijalankan untuk skala kecil. Padahal luas daratan Indonesia mencapai 181 juta hektare di mana lahan pertanian baru seluas 48 juta hektare. Sisanya ini dikategorikan kawasan hutan yang seluas 130 juta hektare. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan dari total luas kawasan hutan tadi, hutan konservasi seluas 26,8 juta hektare, hutan lindung 28,8 juta hektare, hutan produksi seluas 32,6 juta hektare, hutan produksi terbatas mencapai 24,4 juta hektare, dan hutan produksi dapat dikonversi mencapai 17,9 juta hektare.  

Untuk itulah, luas lahan pertanian harus ditingkatkan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pangan di masa depan. Sebab, peningkatan luas areal pertanian yang stagnan bahkan cenderung menurun yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor bahan pokok pangan seperti beras, kedelai, dan gula. Mengingat, areal yang dibuka untuk lahan pertanian dan perkebunan baru mencapai 30%. 

Caranya, pemerintah bersama pelaku usaha dapat memanfaatkan hutan produksi dapat dikonversi dan areal penggunaan lain (APL) dalam memperluas lahan pertanian. Langkah ini penting dilakukan supaya produktivitas pertanian dapat ditingkatkan sehingga masalah pangan dapat diantisipasi. Perlu dipikirkan, lahan terlantar yang berupa  ilalang atau semak belukar dapat digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Di lain pihak, kawasan hutan tetap tidak boleh dihilangkan begitu saja seperti yang terjadi di kawasan Uni Eropa. 

Selain itu, lahan pertanian yang sudah ada sebaiknya tak beralih fungsi untuk kepentingan lain karena butuh usaha besar supaya dapat mencetak lahan pertanian. Pencetakan lahan pertanian dapat ditujukan kepada wilayah Kalimantan dengan pertimbangan populasi penduduk di Jawa sangatlah padat. Kebijakan ini merupakan bagian dari pemerataan pembangunan yang tidak hanya terfokus kepada Pulau Jawa. 

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Kontribusi Kelapa Sawit Sebagai Pilar Perekonomian Bangsa



Makna Pilar Ekonomi
Pilar, lazimnya secara bahasa, dapat digambarkan sebagai tiang yang besar dan kokoh untuk menyangga beban sehingga terwujud suatu unit bangunan yang berfungsi menaungi atau melindungi penghuninya.  Pilar memiliki peran yang sangat sentral dan menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh akan berakibat robohnya bangunan yang disangganya. Demikian pula halnya dengan bangunan bangsa dan negara, membutuhkan pilar yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera. Pilar bagi suatu bangsa dan negara juga dapat berupa sistem yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut olehnya yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sementara itu dalam konteks perekonomian Indonesia, yang dapat diharapkan menjadi pilar adalah sektor-sektor atau lapangan usaha tertentu yang memberikan kontribusi dalam perolehan Produk Domestik Bruto (PDB). Aspek lain yang dapat dijadikan pendukung pilar perekonomian diantaranya adalah yang dapat memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dan nilai ekspor.

Program pembangunan perekonomian bangsa Indonesia oleh Pemerintah RI dituangkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang sesudah melewati lima kali Pelita (25 tahun), harapan tersebut belum tercapai akibat krisis finansial pada tahun 1997 yang berlanjut dengan krisis ekonomi. 

Namun demikian kita pantas bersyukur, karena sektor pertanian pada saat tersebut menjadi salah satu penyelamat utama perekonomian di Indonesia. Berbicara mengenai peranan sektor pertanian pada saat krisis tersebut, tidak akan lengkap jika tidak melibatkan peranan subsektor perkebunan khususnya kelapa sawit. 

Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Indonesia

Dipandang dari segi sejarah pada masa lalu, peranan (share) sektor pertanian dalam sebagian indikator ekonomi Indonesia digambarkan dengan peranannya dalam perolehan PDB, penyerapan tenaga kerja dan perolehan hasil ekspor dan lain-lain adalah sebagai berikut.

Pertama. Peranannya dalam PDB pada awal berdirinya NKRI cukup besar (>50%), namun dengan adanya upaya pembangunan sektor-sektor yang lebih maju (misalnya industri dan jasa) menyebabkan kecenderungan terjadinya penurunan peranan pertanian; pada tahun 1960, 1973, 1980, 1990, 2004 berturut-turut adalah 54%, 41%, 24,8% 19,6% dan 14,3%. Dalam kurun waktu lebih dari empat dasawarsa terlihat bahwa peranan sektor pertanian pada tahap awal relatif besar mulai lebih dari 50% menjadi hanya tinggal sekitar 14%. 

Dalam penelusuran data sekunder lebih lanjut (2009-2011), yang diterbitkan oleh berbagai institusi misalnya Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian, dengan informasi yang lebih lengkap secara nominal, bahwa produksi minyak sawit (CPO) pada tahun 2009 mencapai 19,3 juta ton; dengan asumsi harga CPO pasar lokal rata-rata Rp7 juta per ton, maka nilai produknya adalah Rp135,3trilyun. Sementara itu nilai PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total atas dasar harga berlaku, berturut-turut adalah Rp857,2 trilyun, Rp5.141,4 trilyun dan Rp5.606,2 trilyun; sehingga peranan produksi minyak sawit terhadap PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total berturut-turut adalah 15,8%, 2,6% dan 2,4%. 

Jika perkembangan PDB ini terus dilakukan pengamatan, terlihat bahwa dari waktu ke waktu selalu mengalami pertumbuhan, sebagaimana PDB (total) atas harga berlaku, pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp6.436,3 trilyun, dan PDB 2011 naik menjadi Rp7.427,1 trilyun. Selama tahun 2011, semua sektor (lapangan usaha) pendukung bidang ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,7%, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9,2%, Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6,8%, Sektor Jasa-Jasa dan Sektor Konstruksi masing-masing 6,7%, Sektor Industri Pengolahan 6,2%, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,8%, Sektor Pertanian 3,0%, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,4%. 

Pada tahun 2011 (sampai dengan Triwulan III), PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) tumbuh sebesar 3,07%, di mana tingkat pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 yang hanya 2,86%. Pertumbuhan tersebut berasal dari sub sektor perkebunan (6,06%), disusul dengan sub sektor peternakan (4,23%), dan sub sektor tanaman pangan (1,93%). Kontribusi PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) terhadap PDB nasional pada tahun 2011 tersebut mencapai 11,88%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 11,49%. Data terkait menunjukkan pula bahwa kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB nasional nonmigas adalah 2,9%. Selanjutnya data BPS juga menunjukkan, nilai PDB sektor perkebunan terus mengalami peningkatan dengan laju antara 9,42% hingga 11,68% per tahun.

Pertumbuhan PDB (seluruh sektor) tanpa migas pada tahun 2011 mencapai 6,9% dan pertumbuhan PDB secara keseluruhan besarnya 6,5%. Untuk menjamin kontinyuitas pertumbuhan sektor pertanian (sebagai komponen bidang ekonomi) di masa mendatang, maka investasi yang ditanamkan meliputi Investasi PMDN sebanyak 274 proyek, dengan nilai Rp.8,23triliun; PMA 246 proyek, dengan nilai US$1,03 milyar (angka s/d 30 September 2011).

Kedua. Peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 1961, sektor pertanian mampu menampung 73,3% tenaga kerja kemudian pada tahun 1971 dan 1980 berturut-turut dapat menyerap  64,2% dan 54,8%. Selanjutnya selama periode 1988-1993 dan 1994-2005 sektor ini berturut-turut mampu menyerap rata-rata 54,4% dan 44,2%. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja sangat besar karena sekitar 50% dari tenaga kerja yang tersedia dapat dipekerjakannya. Untuk informasi jumlah secara absolut, bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2011 mencapai 39,3juta orang (angka s/d Agustus 2011).

Selanjutnya, penyerapan tenaga kerja di subsektor perkebunan kelapa sawit juga cukup besar; dengan asumsi setiap sepuluh ha luas lahan perkebunan diperlukan rata-rata 4 orang tenaga kerja lapangan, maka perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 2011 seluas sekitar 8,9 juta ha akan dapat menyerap sekitar 3,5 juta orang, dan ditambah lagi di bagian pengangkutan, pengolahan dan laboratorium akan menyerap 500 ribu orang. Jika dihitung juga tenaga kerja administrasi kebun, panen, angkutan, pengolahan dan laboratorium secara total kebutuhan tenaga kerja pada subsektor perkebunan kelapa sawit dapat mencapai 4,5 juta orang.  

Ketiga. Dalam perolehan hasil ekspor seluruh komoditi, peranan pertanian pada tahun 1970, 1971 dan 1973 berturut-turut adalah 44%, 37% dan 49%. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang diadopsi oleh sektor riil menyebabkan peranan ekspor pertanian mengalami penurunan meskipun secara absolut nilai ekspor pertanian tetap meningkat. Sebagai contoh perkembangan ekspor hasil pertanian pada tahun 2009, meskipun peranannya hanya tinggal sekitar 24% tetapi nilai ekspornya mencapai US$23,04 milyar. 

Ekspor hasil pertanian ini pada 2009-2010 juga mengalami peningkatan, yaitu pada 2009 nilainya sebesar US$23,04 milyar, meningkat menjadi US$32,52 milyar pada 2010. Selanjutnya peranan ekspor pertanian terhadap ekspor non migas pada kurun waktu 2009 dan 2010 berturut-turut adalah adalah 23,6% dan 25,1%. Kemudian peranan ekspor pertanian terhadap ekspor keseluruhan pada 2009 dan 2010 berturut-turut adalah adalah 19,8% dan 20,6%.

Untuk komoditas minyak sawit yang merupakan komponen sektor pertanian, pada 2009 nilai ekspor CPO dan PKO beserta produk turunannya mencapai US$ 11,6 milyar; sementara itu nilai ekspor non migas dan ekspor keseluruhan berturut-turut adalah US$97,5 milyar dan US$116,5 milyar. Hal ini berarti  kontribusi minyak sawit (khususnya CPO dan PKO serta produk turunannya) terhadap nilai ekspor non migas dan ekspor secara keseluruhan adalah sekitar 11,9% dan 10%. 

Selanjutnya pada 2011, volume ekspor produk CPO tercatat meningkat sebesar 5,7% dibanding pada 2010. Volume ekspor CPO juga meningkat dari 15,656 juta ton pada 2010 menjadi 16,5 juta ton. Jika diasumsikan rata-rata harga ekspor CPO selama 2011 yang dihitung berdasar asumsi bahwa harga CPO adalah US$ 1.000 per ton, maka perkiraan nilai ekspor CPO mencapai US$16,5 milyar. Menurut GAPKI, perkiraan target produksi CPO Indonesia pada tahun 2011 mencapai 23,5 juta ton CPO. 

Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor lemak dan minyak nabati (termasuk CPO) periode Januari-November 2011 mencapai US$19,717 milyar, meningkat dari periode yang sama tahun 2010 yaitu sebesar US$14,164 milyar. Informasi catatan neraca perdagangan juga mengalami surplus, yaitu sebesar US$17,02 milyar (angka s/d September 2011).

Data pada Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian juga menunjukkan bahwa nilai ekspor hasil subsektor perkebunan mengalami peningkatan dari US$21,58 milyar pada tahun 2009 menjadi US$30,7 milyar, atau dengan laju 42,26% per tahun. Sedangkan penerimaan negara yang dihasilkan dari industri sawit dalam bentuk lain, misalnya  bea keluar, pajak penghasilan badan, pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai dan lain-lainnya, yang jumlahnya cukup besar. (Bersambung…)

Oleh: Teguh Wahyono Dan Rizki Amalia, Peneliti Sosial Ekonomi Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan (Bagian Pertama)

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous

Sawit Indonesia – Kontribusi Kelapa Sawit Sebagai Pilar Perekonomian Bangsa



Advertisements

Makna Pilar Ekonomi
Pilar, lazimnya secara bahasa, dapat digambarkan sebagai tiang yang besar dan kokoh untuk menyangga beban sehingga terwujud suatu unit bangunan yang berfungsi menaungi atau melindungi penghuninya.  Pilar memiliki peran yang sangat sentral dan menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh akan berakibat robohnya bangunan yang disangganya. Demikian pula halnya dengan bangunan bangsa dan negara, membutuhkan pilar yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera. Pilar bagi suatu bangsa dan negara juga dapat berupa sistem yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut olehnya yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sementara itu dalam konteks perekonomian Indonesia, yang dapat diharapkan menjadi pilar adalah sektor-sektor atau lapangan usaha tertentu yang memberikan kontribusi dalam perolehan Produk Domestik Bruto (PDB). Aspek lain yang dapat dijadikan pendukung pilar perekonomian diantaranya adalah yang dapat memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dan nilai ekspor.

Program pembangunan perekonomian bangsa Indonesia oleh Pemerintah RI dituangkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang sesudah melewati lima kali Pelita (25 tahun), harapan tersebut belum tercapai akibat krisis finansial pada tahun 1997 yang berlanjut dengan krisis ekonomi. 

Namun demikian kita pantas bersyukur, karena sektor pertanian pada saat tersebut menjadi salah satu penyelamat utama perekonomian di Indonesia. Berbicara mengenai peranan sektor pertanian pada saat krisis tersebut, tidak akan lengkap jika tidak melibatkan peranan subsektor perkebunan khususnya kelapa sawit. 

Peranan Kelapa Sawit dalam Perekonomian Indonesia

Dipandang dari segi sejarah pada masa lalu, peranan (share) sektor pertanian dalam sebagian indikator ekonomi Indonesia digambarkan dengan peranannya dalam perolehan PDB, penyerapan tenaga kerja dan perolehan hasil ekspor dan lain-lain adalah sebagai berikut.

Pertama. Peranannya dalam PDB pada awal berdirinya NKRI cukup besar (>50%), namun dengan adanya upaya pembangunan sektor-sektor yang lebih maju (misalnya industri dan jasa) menyebabkan kecenderungan terjadinya penurunan peranan pertanian; pada tahun 1960, 1973, 1980, 1990, 2004 berturut-turut adalah 54%, 41%, 24,8% 19,6% dan 14,3%. Dalam kurun waktu lebih dari empat dasawarsa terlihat bahwa peranan sektor pertanian pada tahap awal relatif besar mulai lebih dari 50% menjadi hanya tinggal sekitar 14%. 

Dalam penelusuran data sekunder lebih lanjut (2009-2011), yang diterbitkan oleh berbagai institusi misalnya Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian, dengan informasi yang lebih lengkap secara nominal, bahwa produksi minyak sawit (CPO) pada tahun 2009 mencapai 19,3 juta ton; dengan asumsi harga CPO pasar lokal rata-rata Rp7 juta per ton, maka nilai produknya adalah Rp135,3trilyun. Sementara itu nilai PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total atas dasar harga berlaku, berturut-turut adalah Rp857,2 trilyun, Rp5.141,4 trilyun dan Rp5.606,2 trilyun; sehingga peranan produksi minyak sawit terhadap PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total berturut-turut adalah 15,8%, 2,6% dan 2,4%. 

Jika perkembangan PDB ini terus dilakukan pengamatan, terlihat bahwa dari waktu ke waktu selalu mengalami pertumbuhan, sebagaimana PDB (total) atas harga berlaku, pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp6.436,3 trilyun, dan PDB 2011 naik menjadi Rp7.427,1 trilyun. Selama tahun 2011, semua sektor (lapangan usaha) pendukung bidang ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,7%, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9,2%, Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6,8%, Sektor Jasa-Jasa dan Sektor Konstruksi masing-masing 6,7%, Sektor Industri Pengolahan 6,2%, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,8%, Sektor Pertanian 3,0%, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,4%. 

Pada tahun 2011 (sampai dengan Triwulan III), PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) tumbuh sebesar 3,07%, di mana tingkat pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 yang hanya 2,86%. Pertumbuhan tersebut berasal dari sub sektor perkebunan (6,06%), disusul dengan sub sektor peternakan (4,23%), dan sub sektor tanaman pangan (1,93%). Kontribusi PDB sektor pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) terhadap PDB nasional pada tahun 2011 tersebut mencapai 11,88%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 11,49%. Data terkait menunjukkan pula bahwa kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB nasional nonmigas adalah 2,9%. Selanjutnya data BPS juga menunjukkan, nilai PDB sektor perkebunan terus mengalami peningkatan dengan laju antara 9,42% hingga 11,68% per tahun.

Pertumbuhan PDB (seluruh sektor) tanpa migas pada tahun 2011 mencapai 6,9% dan pertumbuhan PDB secara keseluruhan besarnya 6,5%. Untuk menjamin kontinyuitas pertumbuhan sektor pertanian (sebagai komponen bidang ekonomi) di masa mendatang, maka investasi yang ditanamkan meliputi Investasi PMDN sebanyak 274 proyek, dengan nilai Rp.8,23triliun; PMA 246 proyek, dengan nilai US$1,03 milyar (angka s/d 30 September 2011).

Kedua. Peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 1961, sektor pertanian mampu menampung 73,3% tenaga kerja kemudian pada tahun 1971 dan 1980 berturut-turut dapat menyerap  64,2% dan 54,8%. Selanjutnya selama periode 1988-1993 dan 1994-2005 sektor ini berturut-turut mampu menyerap rata-rata 54,4% dan 44,2%. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja sangat besar karena sekitar 50% dari tenaga kerja yang tersedia dapat dipekerjakannya. Untuk informasi jumlah secara absolut, bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2011 mencapai 39,3juta orang (angka s/d Agustus 2011).

Selanjutnya, penyerapan tenaga kerja di subsektor perkebunan kelapa sawit juga cukup besar; dengan asumsi setiap sepuluh ha luas lahan perkebunan diperlukan rata-rata 4 orang tenaga kerja lapangan, maka perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 2011 seluas sekitar 8,9 juta ha akan dapat menyerap sekitar 3,5 juta orang, dan ditambah lagi di bagian pengangkutan, pengolahan dan laboratorium akan menyerap 500 ribu orang. Jika dihitung juga tenaga kerja administrasi kebun, panen, angkutan, pengolahan dan laboratorium secara total kebutuhan tenaga kerja pada subsektor perkebunan kelapa sawit dapat mencapai 4,5 juta orang.  

Ketiga. Dalam perolehan hasil ekspor seluruh komoditi, peranan pertanian pada tahun 1970, 1971 dan 1973 berturut-turut adalah 44%, 37% dan 49%. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang diadopsi oleh sektor riil menyebabkan peranan ekspor pertanian mengalami penurunan meskipun secara absolut nilai ekspor pertanian tetap meningkat. Sebagai contoh perkembangan ekspor hasil pertanian pada tahun 2009, meskipun peranannya hanya tinggal sekitar 24% tetapi nilai ekspornya mencapai US$23,04 milyar. 

Ekspor hasil pertanian ini pada 2009-2010 juga mengalami peningkatan, yaitu pada 2009 nilainya sebesar US$23,04 milyar, meningkat menjadi US$32,52 milyar pada 2010. Selanjutnya peranan ekspor pertanian terhadap ekspor non migas pada kurun waktu 2009 dan 2010 berturut-turut adalah adalah 23,6% dan 25,1%. Kemudian peranan ekspor pertanian terhadap ekspor keseluruhan pada 2009 dan 2010 berturut-turut adalah adalah 19,8% dan 20,6%.

Untuk komoditas minyak sawit yang merupakan komponen sektor pertanian, pada 2009 nilai ekspor CPO dan PKO beserta produk turunannya mencapai US$ 11,6 milyar; sementara itu nilai ekspor non migas dan ekspor keseluruhan berturut-turut adalah US$97,5 milyar dan US$116,5 milyar. Hal ini berarti  kontribusi minyak sawit (khususnya CPO dan PKO serta produk turunannya) terhadap nilai ekspor non migas dan ekspor secara keseluruhan adalah sekitar 11,9% dan 10%. 

Selanjutnya pada 2011, volume ekspor produk CPO tercatat meningkat sebesar 5,7% dibanding pada 2010. Volume ekspor CPO juga meningkat dari 15,656 juta ton pada 2010 menjadi 16,5 juta ton. Jika diasumsikan rata-rata harga ekspor CPO selama 2011 yang dihitung berdasar asumsi bahwa harga CPO adalah US$ 1.000 per ton, maka perkiraan nilai ekspor CPO mencapai US$16,5 milyar. Menurut GAPKI, perkiraan target produksi CPO Indonesia pada tahun 2011 mencapai 23,5 juta ton CPO. 

Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor lemak dan minyak nabati (termasuk CPO) periode Januari-November 2011 mencapai US$19,717 milyar, meningkat dari periode yang sama tahun 2010 yaitu sebesar US$14,164 milyar. Informasi catatan neraca perdagangan juga mengalami surplus, yaitu sebesar US$17,02 milyar (angka s/d September 2011).

Data pada Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian juga menunjukkan bahwa nilai ekspor hasil subsektor perkebunan mengalami peningkatan dari US$21,58 milyar pada tahun 2009 menjadi US$30,7 milyar, atau dengan laju 42,26% per tahun. Sedangkan penerimaan negara yang dihasilkan dari industri sawit dalam bentuk lain, misalnya  bea keluar, pajak penghasilan badan, pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai dan lain-lainnya, yang jumlahnya cukup besar. (Bersambung…)

Oleh: Teguh Wahyono Dan Rizki Amalia, Peneliti Sosial Ekonomi Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan (Bagian Pertama)

Kami Juga Menyediakan Produk – Produk Unggulan dibawah ini

Kacangan Jenis CM Berat 1 kg

kacang kacangan penutup tanah (legume cover crops) dengan berbagai jenis ini merupakan tumbuhan yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen sehingga kadar kelembapan tanah akan tetap terjaga. Fungsi dan kestabilan kelembapan ini biasanya dibutuhkan pada masa pertumbuhan pohon karet dan pohon sawit atau sejenisnya dalam

Selengkapnya

Raja Latex Pluss – Solusi Meningkatkan Hasil Sadap Karet, Mati Getah, Kulit Keras Pada Batang Karet

Pengeluaran Getah disadap 2 x lipat atau 40 – 70 % dan meningkatkan kandungan getah kering dan yang mati getah atau kekeringan bisa normal karena ada kandungan vitamin 40 % yang tidak dimiliki obat poles selain Raja Latex Pluss dan enzim 48 %

Selengkapnya

Jual Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Dari segi imbal hasil, secara umum bisnis kebun sawit memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan property rumah, kHUSUS bAGI ANDA YANG MENCARI BENIH SAWIT UNGGUL KAMI MENYEDIAKANNYA. Kami Menyediakan Benih Sawit Lonsum, PPKS, dan Socfindo

Selengkapnya

NPK HUMAGROW HUMID ACID : 6-30-6 PLUS SPesial Khusus Pupuk Karet Dan Sawit, dan Tanaman Lainnya

Kelebihan Pupuk NPK Humagrow yaitu : Memperbaiki Unsur Unsur tanah dan tanaman keras, yang bisa menghasilkan 2 kali lipat dari hasil sebelumnya 1. Memperbaiki dan meningkatkan dan membentuk pertumbuhan Akar yang kuat 2. Tanah lebih Remah dan lebih lama menahan air, sehingga 99 % pemupukan bisa diserap oleh tanaman, dan

Selengkapnya

Pupuk Organik Buah dan Sayuran Alphamien , Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik Hasil Panen Meningkat,

Alphamien – Nutrisi Organik Cair, Membuat Tanaman Lebih Sehat dan Energik
Hasil Panen Meningkat, Ramah Lingkungan aman untuk manusia dan ternak, Manfaat :

Sayuran, buah dan tanaman hias/bunga menjadi lebih bercahaya dan sehat
meningkatkan mutu dan bobot hasil panen
menghilangkan residu pestisida yang menempel didaun bunga dan buah

Selengkapnya

Previous