Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Membangun Kebun Kelapa Sawit: Hama Tanaman Kelapa Sawit

Hama tanaman dapat didefenisikan sebagai binatang
yang memakan tanaman dan secara ekonomis merugikan. Dari keseluruhan hama
tanaman, klas Insecta merupakan bagian yang terbesar. Insecta merupakan hama
tanaman yang sangat mudah berpindah dan mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap
lingkungan baru. Selain itu insecta cepat berkembang biak, apalagi pada kondisi
yang menguntungkan. Hama tanaman dapat dikendalikan dengan berbagai cara,
antara lain penggunaan varietas resisten, kultur teknis dan pengendalian secara
kimiawi.
Prinsip-prinsip dalam pengendalian hama adalah :

Mencegah lebih baik
dari pada mengobati.
Pengendalian secara mekanis
sebagai pilihan pertama.
Pengendaliaan terpadu dengan musuh alaminya.
Pilihan akhir : pestisida
Sistem yang digunakan adalah sistem pengamatan dini (Early
Warning System = EWS
).
Mengamati secara teratur
tingkat serangan (sensus umum/global dan sensus
efektif)
Pemetaan tingkat serangan.
Tindakan pengendaliaan.
B.    HAMA ULAT 
1.     ULAT API  (Limacodidae)  

·          
Setora nitens
·          
Setothosea asigna
·          
Thosea bisura
·          
Pioneta diducta
·          
Dana trima
a.    Fisiologi


                     Gambar Telur S. asigna van Ecke
S. asigna van Ecke termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Lepidoptera, family Limacodidae, genus Setothosea, dan spesies S.
asigna
van Ecke (Sudharto, dkk, 2005).

Telur diletakkan berderet 3-4 baris
sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah 16-17. Satu tumpukan telur terdiri dari 44 butir dan
seekor ngengat betina
selama hidupnya mampu menghasilkan telur 300-400 butir.
Telur biasanya menetas 4-8 hari setelah diletakkan. Telur pipih dan berwarna kuning muda
(Buana dan Siahaan, 2003).

                                                                                         Gambar Ulat Api

Larva yang baru
menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Ulat
pada instar 2-3 memakan daun mulai dari ujung ke arah pangkal daun. Selama
perkembangannya ulat berganti kulit
7-8 kali dan mampu menghabiskan helaian daun seluas
400 cm2. Ulat berwarna hijau kekuningan dengan
bercak-bercak yang khas  (berbentuk
 pita  yang
 menyerupai  piramida)  pada  bagian
 punggungnya.

Advertisements

Selain itu juga pada bagian punggungnya dijumpai duri-duri yang
kokoh. Ulat instar terakhir (instar 9) berukuran
panjang 36 mm dan lebar 14 mm. Stadia
ulat ini berlangsung
selama 49-53 hari (Buana dan Siahaan, 2003). 

    Gambar Kepompong

Kepompong berada dalam
kokon yang terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat
telur dan berwarna cokelat gelap serta dijumpai pada bagian tanah yang
gembur di sekitar piringan tanaman
kelapa sawit atau bahkan pada celah-celah
kantung pelepah yang lama. Kokon jantan atau betina masing-masing berukuran
16  x
 13
 mm  dan  20  x  16,5  mm.
 Stadium
kepompong  berlangung  39  hari
(Buana dan Siahaan, 2003).

      b.     Daur Hidup Ulat Api S. asigna van Ecke

Larva dari S.
asigna
ini aktif merusak daun
tanaman kelapa sawit pada instar 3-5. Pupa dari S. asigna berada di tanah
sekitar piringan tanaman kelapa
sawit dan juga di dalam kantung-kantung pelepah tanaman kelapa sawit. Imago
yang dihasilkan dari pupa berupa ngengat yang umumnya aktif di malam hari. Perkembangan hama ini mulai dari telur hingga menjadi ngengat
berkisar antara
92-98 hari (Buana dan Siahaan,
2003).

c.    Gejala Serangan Ulat Api

                                                                         Gambar Gejala Serangan Ulat Api

Ulat muda (di bawah instar 3) biasanya bergerombol di sekitar tempat
peletakkan telur dan mengikis daun mulai dari perukaan bawah daun kelapa sawit, serta meninggalkan epidermis daun bagian
atas. Bekas serangan terlihat seperti
jendela-jendela memanjang pada helaian daun.
Mulai instar ketiga biasanya ulat
memakan   
 semua     helaian     daun 
 dan   
 meninggalkan     lidinya    
saja (Buana dan Siahaan, 2003).

Serangan ulat ini biasanya mulai dari pelepah daun yang terletak
di strata tengah dari tajuk
kelapa sawit ke arah pelepah daun yang lebih muda atau lebih atas.
Tetapi pada serangan yang lebih berat daun yang tua sekalipun
dimakan juga oleh S. asigna tersebut. Pada serangan yang berat, semua helaian daun
dimakan oleh S. asigna dan hanya tinggal pelepah beserta
lidinya saja. Gejala
serangan ini sering disebut gejala
melidi (Buana dan Siahaan, 2003).
d.   Pengamatan Serangan

Sensus Umum/Global

Pusingan atau rotasi 1 kali/bulan, 1 pohon/ha.
Pelepah pada pohon contoh diamati. Pada tanaman muda daunnya cukup
digantol/dikait dan pada tanaman tua pelepahnya dipotong.
Dihitung ulat, telur dan kepongpongnya kemudian dijumlahkan.
Pada populasi ulat tinggi, penghitungan pada sebelah pelapah kedua x2
Tentukan kelas
serangannya, TBM 0,4 HK/ha. TM 0,2 HK/ha.

Sensus Efektif

Dilakukan  bila  tingkat  serangan  hama  pada
 umumnya
 mencapai kelas  S (sedang)
Sensus dipercepat 1 kali tiap 2 minggu.
Pohon contoh ditambah menjadi 6 pohon/ha dengan menambah titk sensus menjadi selang baris 6 dan selang pohon 6.
Caranya seperti pada sensus
global.

Tabel Kelas serangan Ulat
Setothosea asigna
Thosea bisura
Ploneta diducta
Dama trima
Metisa plana
Crematopsyche pendula
          R
=ringan, S = sedang, B =berat

    
   d
imana merupakan ambang batas     /kritikal level.

•      Pada tanaman muda 1-3 tahun.
•      Bila luas serangan sampai 25 ha,serangan katagori ringan.
•      Yang dikutip,ulat,kepompong,telur.
•      Alat : galah, kantung plastik,lampu perangkap. 0,04 HK/ha

·   Dengan insektisida biologis seperti Bactospeine, Dipel WP, Thuricide HP, Florbac, Xentare. 0,1 HK/ha, Dosis : 300-800 gr/400 ltr air/ha.
·           Dengan Predator Alami dan Parasitoid

        Gambar Imago E. furcellata

Predator alamai, Salah satu dari penemuan – penemuan tersebut adalah ditemukannya predator Eocanthecona furcellata. Dari hasil penelitian di laboratorium dan di lapangan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat disimpulkan bahwa predator ini merupakan predator ulat pemakan daun kelapa sawit yang potensial, perlu dikembangkan dan disebarluaskan di perkebunan kelapa sawit (Purba dkk., 1986). Predator E. furcellata merupakan predator yang sangat berguna bagi pengendalian hama ulat api di  perkebunan kelapa sawit. Kemampuannya dalam memangsa ulat api dilapangan, serta siklus hidupnya yang singkat dan kemampuan reproduksi yang tinggi membuat predator ini sangat potensial untuk diaplikasikan dalam pengendalian hama ulat api. Selain itu, pengendalian dengan menggunakan predator ini  dapat berlangsung secara berkesinambungan atau terus menerus di alam

Imago dari predator ini mempunyai ukuran, jantan panjangnya 11,30 mm dan lebar 5,36 mm (5,16 – 5,66 mm); betina sedikit lebih besar dengan panjang 14,65 mm (13,83 – 15,50 mm) dan lebar 6,86 (6,50 – 7,16 mm). Imago pada umumnya tampak berwarna hitam, cukup cerah dengan warna hijau berkilau terutama pada bagian scutellum. Imago mempunyai perbesaran pada tibia, inilah yang membedakannya dengan genus Cantheconidea (Sipayung dkk., 1991). Scutellum besar pada sisi kanan dan kiri pronotum terdapat suatu struktur yang menyerupai tanduk yang disebut humeral tooth (gigi yang membujur), yang mencirikan sifat predator dari serangga tersebut ( Miller, 1956 ; Kalshoven, 1981).

Sedangkan parasitoid ulat api adalah  Trichogrammatoidea thoseae, Brachimeria lasus, Spinaria spinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, Dolichogenidae metesae, dan Chaetexorista javana. Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Turnera subulata, Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria lata dan Elephantopus tomentosus. Oleh karena itu, tanaman-tanaman tersebut hendaknya tetap ditanam dan jangan dimusnahkan. Tiong (1977) juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.

·           Dengan musuh alami : virus yang dapat menginfeksi ulat. Caranya :  50-100   ulat terinfeksi dikumpul kan, di blender, kemudian disemprot kan ke areal. Ciri ulat terinfeksi yaitu tubuhnya bengkak, warna  tubuh   pudar atau transparan seperti berisi air terdapat lapisan warna  putih susu.

    S = Sistemik     P = Racun Perut     K = Racun Kontak
Cara Kimia
Dilaksanakan bila tingkat serangan pada kelas sedang-berat.
Daerah  yang  disemprot  berdasarkan  hasil  peta serangan dari  sensus global/efektif.
Penyemprotan harus merata membasahi helaian anak-anak daun terutama permukaan bawah.
Dengan Mist Blower
Penyemprot  berada   pada  piringan   1  pohon,  semprotan   diarahkan berkeliling terhadap 6 pohon diseputarnya
Penyemprot  bergerak  kearah  pohon  berikutnya  mela lui  pasar  pikul, akhirnya setiap pohon akan mendapat semprotan dari 6 arah.

Dengan Fogging
Penyemprot berjalan di pasar pikul. Laras diarahkan  kebelakang sambil digerakan ke kanan/kiri
Bila tanaman sudah tinggi penyemprot berjalan pada setiap 2 pasar pikul (1 kali jalan untuk
4 baris
tanaman, 2 kiri dan 2 kanan

2.       ULAT KANTONG

·        
Mahasena corbetti
·        
Metisa plana
·        
Cremathophysche (Pteroma) pendula
Ulat kantong termasuk dalam famili Psychidae. Tujuh spesies yang pernah
ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah Metisa
plana, Mahasena corbetti, Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp.
dan Cryptothelea cardiophaga (Norman
et al., 1995). Jenis ulat
kantong yang paling merugikan di perkebunan kelapa sawit adalah Metisa plana dan Mahasena corbetti.
b.  Daur Hidup
                                                                 Gambar Ulat Kantong

Ciri khas ulat
kantong adalah hidupnya di dalam sebuah bangunan mirip kantong yang berasal
dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman inang, di sekitar daerah
serangan (Norman et al., 1995).
Ciri khas yang lain yakni pada bagian tubuh dewasa betina kebanyakan spesies
ulat kantong mereduksi dan tidak mampu untuk terbang. Jantan memiliki sayap dan
akan mencari betina karena bau feromon yang dikeluarkan betina untuk menarik
serangga jantan.

Stadia ulat M. plana terdiri atas 4-5 instar dan
berlangsung sekitar 50 hari. Pada waktu berkepompong, kantong kelihatan halus
permukaan luarnya, berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait
di permukaan bawah daun. Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari.
Ngengat M. plana betina dapat menghasilkan
telur sebanyak 100-300 butir selama hidupnya. Telur menetas dalam waktu
18 hari. Ulat berukuran lebih kecil dibandingkan dengan M. corbetti yakni pada akhir
perkembangannya dapat mencapai panjang sekitar 12 mm, dengan panjang kantong
15-17 mm.
Ngengat M. corbetti jantan bersayap normal
dengan rentangan sayap sekitar 30 mm dan berwarna coklat tua. Seekor ngengat M.
corbetti betina mampu menghasilkan telur antara 2.000-3.000 butir
(Syed, 1978). Telur menetas dalam waktu sekitar 16 hari. Ulat yang baru
menetas sangat aktif dan bergantungan dengan benang-benang liurnya, sehingga
mudah menyebar dengan bantuan angin, terbawa manusia atau binantang. Ulat
sangat aktif makan sambil membuat kantong dari potongan daun yang  agak
kasar atau kasar. Selanjutnya ulat bergerak dan makan dengan hanya mengeluarkan
kepala dan kaki depannya dari dalam kantong. Ulat mula-mula berada pada
permukaan atas daun, tetapi setelah kantong semakin besar berpindah menggantung
di bagian permukaan bawah daun kelapa sawit. Pada akhir perkembangannya,
ulat dapat mencapai panjang 35 mm dengan panjang kantong sekitar 30-50 mm.
Stadia ulat berlangsung sekitar 80 hari.  Ulat berkepompong di dalam
kantong selama sekitar 30 hari, sehingga total siklus hidupnya adalah sekitar
126 hari.
Pengetahuan tentang
siklus hidup secara utuh sangat berguna di dalam managemen pengendalian hama
ini. Dengan informasi ini, rantai terlemah dari siklus hidupnya didapat
sehingga akan membantu dalam menentukan waktu tindakan pengendalian yang tepat.
Informasi siklus hidup juga akan memberikan pemahaman biologi yang lebih baik
untuk pengelolaan hama.
Serangan ulat kantong
ditandai dengan kenampakan tanaman tajuk tanaman yang kering seperti terbakar.
Basri (1993) menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat mencapai 46,6%. Tanaman
pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi lebih cenderung
berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun. Keadaan ini
mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada tanaman yang
lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan.
                        Biologis
Parasitoid dan
Predator memiliki potensi untuk mengendalikan hama secara biologi. Manipulasi
lingkungan yang tepat untuk mengendalikan hama ini karena tindakan ini akan
memodifikasi lingkungan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan musuh alami.
Basri
et al., (1999) menemukan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
serangga parasitoid dan jenis tanaman. Dari percobaan diketahui bahwa Dolochogenidea
metesae
menyukai tanaman Cassia cobanensis dan Asystasia 
intrusa
. Brachiraria carinata menyukai Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla dan
Ageratum conyzoides. Euphelmus catoxanthae menyukai tanaman Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla dan Ageratum
conyzoides. Tetrastichus sp
menyukai tanaman Cassia
cobanensis, Euphorbia heterophylla
dan Ageratum conyzoides.
Eurytoma sp
menyukai tanaman Euphorbia
heterophylla
dan Ageratum conyzoides.
Pediobius imbreus
menyukai tanaman Cassia
cobanensis Euphorbia heterophylla, Asystasia intrusa
dan Ageratum conyzoides. Pediobius
anomalus
menyukai Cassia cobanensis dan Asystasia intrusa. Untuk mengetahui
tanaman inang yang efektif, perlu dilakukan penelitian jenis tanaman inang yang
paling disukai oleh predator Metisa plana.
Parasitoid primer dan
sekunder, serta predator mempengaruhi populasi Metisa. plana. Diantara parasitoid primer, Goryhus bunoh, hidup paling lama (47
hari) sedangkan hiperparasitoid yang hidup paling lama adalah P. imbreus. Dolichogenidea metesae merupakan
parasitoid paling penting (Basri et al.,
1995) yang berkembang baik pada tanaman Cassia cobanensis, termasuk Asystasia intrusa, Crotalaria usaramoensis, dan Euphorbia heterophylla. Kecuali A. intrusa, keberadaan tanaman ini
akan bermanfaat karena memberikan nektar untuk parasitoid.

Pengendalian Secara Kimiawi

Ulat kantong dapat
dikendalikan dengan penyemprotan atau dengan injeksi batang menggunakan
insektisida. Untuk tanaman yang lebih muda (< umur 2 tahun), knapsack sprayer dapat digunakan untuk
penyemprotan. Untuk tanaman lebih dari 3 tahun, aplikasi insektisida dapat
menggunakan fogging atau
injeksi batang. Monocrotophos dan methamidophos merupakan dua insektisida
sistemik yang direkomendasikan untuk injeksi batang (Hutauruk dan Sipayung,
1978). Karena bahan bakunya adalah bahan kimia yang sangat berbahaya, ijin
harus diperlukan dari Komisi Pestisida untuk tujuan dan cara aplikasi dan saat
ini sudah tidak dikeluarkan lagi. 

Tabel Fisiologi Hama Ulat
S I K L U S      H I D U P
C.Pendula         Sedikit lebih singkat dari siklus M.
Plana
            Ket : Ulat 1 (Ulat Kecil), Ulat 2 (Ulat sedang), Ulat 3
(Ulat Besar)
Bagian tajuk yang diserang

Tajuk sebelah atas

B.      HAMA KUMBANG
1.       KUMBANG MALAM Apogonia sp dan Adoretus sp

Apogonia sp. merupakan hama pemakan daun kelapa
sawit dan umumnya menyerang
tanaman muda pada malam hari. Hama ini menyerang pada fase kumbang.
Kumbang menyerang daun kelapa sawit 
muda dengan cara naik
ke bagian daun pada malam hari.
Kumbang ini memakan daun mulai dari pinggir
berbeda dengan serangan hama lain.
Tingkat
serangan hama ini berhubungan
dengan kerapatan pohon pelindung. Pada kebun kelapa sawit yang yang cenderung
kerapatan populasinya baik , biasanya tingkat serangannya tinggi.

Telur berbentuk lonjong. Setelah menetas menjadi
lundi / larva, hidup di dalam tanah pada
sisa-sisa tanaman yang membusuk. Setelah lundi besar, dia masuk ke
dalam tanah lebih dalam lagi
dan menyerang
akar tanaman
serta rumput- rumputan. Kemudian membentuk kepompong yang panjangnya ± 15 mm.
Kumbang berwarna hitam mengkilat, kadang-kadang
kilau coklat lembayung atau
hijau, panjangnya 7-10 mm. Seekor betina dapat menghasilkan telur 40 butir yang
diletakkan di bawah serasah atau di dalam tanah dengan
kedalaman 2,5-5 cm.
Hama ini pada umumnya hanya
terdapat di pembibitan, bagian yang terserang yaitu tanaman muda, baik di
pembibitan maupun di lapangan, dan stadium hama yang merugikan yaitu pada
tingkatan dewasa/imago berupa kumbang.
Kumbang Adoretus sp
dewasa menyerang daun dan memakan sebagian kecil dari daun bagian tengah nya,
sementara kumbang apogonia sp  dewasa mulai menyerang bagian pinggir dan
menyebabkanrobekan besar pada pinggir helaian daun.
Pengamatan rutin tidak perlu
dilakukan, tetapi jika ada serangan dan populasi hama melampai tingkat populasi
kritis maka perlu dilakukan tindakan pengendalian.
Di pembibitan tingkat serangan
kumbang  Adoretus sp rata rata
pada populasi kritis adalah berkisar 5 – 10 ekor kumbang
Sementara pada kumbang Apogonia
sp
 pada fase krits adalah 10-20
ekor.
Pengendalian pada stadium
larva sulit dilakukan sehingga pengendalian hanya di tujukan pada kumbang nya
saja, pengedalian di lakukan dengan penyemprotan larutan insektisida.
·        
Thiodan 35 EC
(Bahan aktif Endosulfan) dengan konsentrat 0,2%
·        
Sevidan 70 WP
(Bahan Aktif Endosulfan) dengan konsentrat 0,2%
Penyemprotan larutan insektisida dilakukan pada
sore hari sampai pukul 21.00 dengan rotasi 1 – 2 kali seminggu.
·        
Temik 10 E (Bahan
Aktif Aldikarb) Dosis 4g/polybag/bulan
·        
Sevidol 10 Gr per
pohon
Ditabur ditepi
kantong sekitar pokok dan dibenam (sebelum bibit ditanam)
Secara umum tingkat serangan
kumbang adoretus sp  dan  Apogonia sp  akan berkurang bila tanaman kacang kacangan
penutup tanah (LCC) sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna.
2.      KUMBANG KELAPA /Kumbang Tanduk Oryctes rhinoceros

Daur hidup Oryctes sp rata-rata
pada stadia telur 9-14 hari larva 74-160 hari pupa 17-23 hari, Imago tidak
aktif 13-23 hari dan imago aktif sampai mati 86-139 hari (PPM,1985). Daur hidup yang
panjang merupakan hama yang sangat potensial dapat merugikan tanaman Kelapa
Sawit. Hama Oryctes sp merupakan hama utama pada areal replanting tanaman
Kelapa Sawit kumbang Orites sp umumnya menyerang tanaman Kelapa Sawit yang
berumur <2 th (Research PSM1,1991).

  

Tanaman Replanting yang tidak di bakar (zero burning) sangat rawan terhadap
serangan hama Oryctes rhinoceros, karena tumpukan dari batang sawit yang di
tumbang merupkan media yang baik untuk berkembangbiaknya hama kumbang Oryctes
sp
Kumbang ini menggerek jaringan pucuk melalui salah satu ketiak pelepah, setelah
masuk merusak pelepah daun yang belum terbuka (bila daunnya muncul bentuknya
seperti digunting menyerupai kipas). Seekor kumbang mampu tinggal 1 minggu dan
merusak 4 pelepah. Pada tanaman < 2 tahun sangat bahaya karena dapat merusak
titik
tumbuh.
·        
Ringan (R) : digerek, pucuk
belum rusak
·        
Sedang (S)            : digerek, pucuk rusak tapi tumbuh lagi
·        
Berat (B)               : digerek, pucuk tidak
tumbuh
·          
Mengutip/mengambil kumbang dengan kawat kait  seperti pancing. 1 hari/3 hari. 2 HK/ha.
·          
Sarang yang ada disekitarnya dibersihkan dan bila ada larva dihancurkan.
·          
Dengan insektisida golongan carbofuran yanitu Furadan 3 –
G ( curater 3- G ) yang ditaburkan merata pada ketiak-ketiak daun yang langsung
mengelilingi daun pupus. Pusingan aplikasi 3 x sebelum ditetapkan setiap
tanggal 5, 15 dan 25 (jika kebetulan hari libur supaya digeser).

Dosis Aplikasi

5          –          7,5       gram
7,5       –          10         gram

10         –
         12,5      gram  

Insektisida golongan
lain yang dapat digunakan jika insektisida tersebut dalam 3. 1. a. tidak
tersedia, adalah Basudi 3-G, Sevidol 4/4 G, Cytrolene 2-G.  Dosis dan pemakaian sama dengan furadan 3-G,
hanya penaburannya pada ketiak daun jangan langsung mengenai daun pupus.
Lubang bekas gerakan
oryctes pada pokok-pokok yang sempat diserang supaya disumbat agar pucuk tetap
tumbuh normal keatas dan tidak menerobos kesamping mengikuti lubang
tersebut. 

Untuk menghindari munculnya serangan, di lakukan langkah pencegahan secara
chemis dengan penyemprotan Sipermetrin (Ripcord) dengan kosentrasi 1,4 %
terhadap semua pokok. Pelaksanaanya yaitu dengan melarutkan 210 cc ke dalam 15
liter air (1 keep) kemudian larutan di semprotkan sebanyak lebih kurang 100 cc
per pokok dengan menggunakan nozle cone, penyemprotan di lakukan pada pucuk tanaman
sehingga larutan tersebut dapat mengalir turun ke pupus kelapa sawit. Ini di
lakukan karena hama Oryctes umumnya menyerang dan bersarang pada pupus tanaman
kelapa sawit. Penyemprotan dengan Sipermetrin (Ripcord) pada tahap pertama di
lakukan sebanyak 2 (dua) rotasi penyemprotan selanjutnya apabila terjadi
serangan hama Oryctes sp

B.           
TIKUS

1.  Batasan Serangan
Diareal belum
menghasilkan, tikus memakan pelepah terbawah tanaman sehingga menunjukkan
karakteristik yaitu, pelepahnya terkulai
ditanah kadang kala tikus juga memakan tunas muda sehingga mengakibatkan
matinya tanaman.
Kerusakan disebabkan oleh tikus sangat berpengaruh
di tanaman yang menghasilkan, baik buah mentah maupun masak dimakan, brondolan
dibawah pergi dan dimakan sebagian.
Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan yang
berarti pada daun dengan mencabik daun untuk sarangnya
Jika tidak dikendalikan tikus dapat meningkat dari
tingkat yang dapat ditoleransi yaitu 60 ekor meningkat menjadi 300 per ha dalam
waktu 6 bulan. Pada tingkat serangan seperti ini 5 – 15% produksi hilang pada
daerah yang diserang. Pada keadaan ini populasi bertambah semakin cepat menjadi
600-1500 per ha dan kehilangan hasil mencapai 30% atau lebih.
·     Sensus
serangan tikus harus dilakukan jika tampak ada serangan berat, areal harus
dibagi menjadi blok-blok dengan luas 20 ha, intensitas sensus adalah satu baris
untuk tiap 10 baris, dan hanya serangan baru baik pada buah masak maupun mentah
·          
Pelaksanaan
pengendalian harus dilakukan jika “serangan baru” lebih besar 15% atau 20 pohon
per ha
3.  Strategi
Pengendalian
a.    Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM)

Jika dijumpai kerusakan di pembibitan pemberian
umpan hanya dibatasi sekeliling areal diserang, dengan interval 3 -5 hari dalam
barisan polibag dengan umpan antikoagulan.
Untuk areal penanaman baru, dengan meletakkan
umpan antikoagulan pada setiap titik tanam ke tiga kira kira 1 bulan sebelum
penanaman, dan umpan yang dimakan harus diamati dan di catat
Jika umpan yang dimakan menunjukan populasi jumlah
tikus, maka program pemasangan umpan lanjutan di areal yang menghasilkan harus
dimulai
Dapat juga dipasang kawat ayam pada leher bibit 
b.    Tanaman Menghasilkan (TM)
Jika tingkat serangan melebihi ambang yang
ditetapkan pada blok-blok tertentu, harus dilakukan pengendalian
Satu umpan diletakkan di setiap piringan di daerah
yang bermasalah
Gantilah setiap umpan yang hilang setiap 3-4 hari,
sampai jumlah yang harus diganti menjadi 20% dan tidak ada lagi serangan baru.
Daerah yang harus diberi umpan adalah daerah dan
areal terserang ditambah sedikit perluasan
Jika jumlah umpan yang hilang tinggi dan jumlah
serangan baru juga tinggi maka pengumpanan harus dilanjutkan sampai jumlah
umpan yang dimakan lebih kecil dari 20%
Pengendalian harus dilakukan secara tuntas,
pelaksanaan yang setengah setengah hanya akan membuang waktu dan uang.
Disaat pemberian umpan dilarang memegang umpan
langsung dengan tangan sebab bau tangan akan membuat tikus enggan memakan umpan
(gunakan sarung tangan).
4.  Pemberantasan dengan Umpan Beracun
a.    Bahan Bahan Racun
Terdiri dari
rodentisida yang bersifat kronis (beberapa kali dimakan baru mati) seperti
Racumin, Warfarin, Tomorin, pemakaian secara silih berganti. Golongan lain
adalah Zine Phosphide, Parathion, Silmurin terutama digunakan untuk kampanye
penyisipan terakhir saja karena sifatnya akut (sekali makan terus mati).
b.    Bahan Pencampur/Pengisi
Bahan pengisi terdiri dari 3
macam yaitu         :
·          
Hidrat arang ( seperti jagung, beras pecah, dedak, minyak
sawit, minyk kelapa, kepala ikan asin, hancuran udang. )
·          
Bahan perangsang ( ajinomoto, vanili, syrup ). dan,
·          
Bahan perekat ( lilin ).
Tabel Standard Pencampuran Racun
100
kg campuran cukup ubtuk 30 Ha daerah serangan, pemasangan dan penyisipan
untuk 1 kali pusingan
·      Pembuatan resep harus berpedoman kepada komposisi
standard, misalnya jagung diganti beras, minyak sawit dengan kelapa, gula
dengan kepala ikan asin, vanili dengan hancuran udang pukul dan sebagainya.
Demikian pula pemakaian racunnya harus diganti, namun % dalam komposisi harus
tetap 5 %.
Urutan pekerjaan
pembuatan umpan adalah sebagai berikut :
Pertama, parafin
dipanaskan ditempat terpisah sampai mencair, setelah itu baru dituangkan
ketempat pengadonan.
Masukan bahan minyak
sawit ke tempat pengdonan sambil diaduk.
Masukan pula bahan
pengisi lainnya dan aduk rata.
Tunggu suhu adonan
turun sampai 55 derajat celsius. (ukur dengan Thermometer).
Setelah itu suhu
adonan 55 derajat celsius, masukan racun (rodentisida) sedikit demi sedikit
sambil diaduk, sehingga diperoleh adonan yang homogen, siap di cetak. 
d.    Cara Pemasangan Umpan
·          
Pasang perangkap/lem ditempat tikus
biasa lewat
·          
Pasang
umpan beracun tiap pohon. Bila umpan yang hilang kurang dari 15%
pemasang dihentikan
·          
Bongkar dan hancurkan sarang tikus
5.  Pemberantasan Dengan Predator Alami
Tikus punya predator alam yakni antara lain :
·         
Ular
·         
Burung
Hantu
C.           
BABI
Babi hutan digolongkan sebagai hama karena merusak
tanaman perkebunan dan pertanian. Biasanya, hama ini memakan tanaman yang muda
atau membuat lubang besar di batang pohon utama sehingga pohon lama-kelamaan
akan mati.
1.      
Pengendalian Langsung
Pemasangan jerat harus lebih giat dilakukan pada
saat anak babi hutan sudah berhenti menyusu.  Kelahiran anak babi terbesar
terjadi sekitar bulan Januari-Februari, sehingga diperkirakan anak babi hutan
akan berhenti menyusu sekitar bulan Juli.
Jumlah jerat yang dipasang untuk 1 ha sebanyak 2-5 buah
dan apabila dipasang pada jalan-jalan babi, setiap 500 m dipasang 1 jerat.
Di sekitar lokasi pemasangan jerat dipasang tanda
bahaya
Untuk menghilangkan bau manusia, jerat dilumuri
dengan lumpur
Jerat yang lokasinya dekat diperiksa setiap hari
dan apabila lokasi pemasangan jauh diperiksa setiap 2 (dua) hari sekali.
Perburuan bisa dilaksanakan 1 (satu) kali sebulan,
yaitu pada bulan yang diperkirakan dapat membunuh sebanyak mungkin babi hutan
betina yang sedang bunting atau sedang menyusui, dan babi hutan muda. Gunakan
tanda-tanda adanya kegiatan babi hutan misalnya congkelan tanah, jejak, kotoran
babi hutan serta sisa-sisa tanaman yang rusak sebagai petunjuk bahwa di sekitar
daerah tersebut kemungkinan besar sebagai tempat tinggal babi hutan dan sesuai
untuk berburu.
Penggunaan racun disarankan merupakan pilihan
terakhir, mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh racun yang digunakan.
Bahan Aktif Aldicarb Nama Dagang  Temik
konsentrat 2 gr termik dan 10 G/potong umpan ubi kayu, ubi jalar.

2.      
Pengendalian Tidak Langsung
a.      Pembuatan Parit border dengan ukuran minimal dalam 1,5 m dan lebar 1,5 m
b.      Pembuatan Pagar Individu paa tanaman muda (kawat berduri ataupun seng)
D.          
LANDAK

Landak merupakan salah satu hama perkebunan kelapa sawit khususnya di
daerah pengembangan. Pakan dari landak adalah umbi-umbian, kangkung, dan
beberapa tanaman yang berbatang lunak lainnya termasuk kelapa sawit muda.

Hama ini merusak tanaman kelapa sawit muda dengan cara mengerat pangkal
batang dan memakan jaringan umbut kelapa sawit tersebut. Apabila bagian tanaman
kelapa sawit yang terserang sangat berat dapat mengakibatkan kematian
tanaman.Landak aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam lorong-lorong di
dalam tanah. Pengendalian hama ini dilakukan seperti mengendalikan babi hutan
sekaligus yaitu dengan pemagaran tanaman kelapa sawit secara individual
misalnya dengan pelepah kelapa sawit sebanyak tiga tingkat.
E.           
RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus.
Tanah gambut
merupakan salah satu habitat utama rayap tanah
Coptotermes curvignathus.  Jenis rayap lain yang banyak
ditemukan di tanah gambut adalah Macrotermes
gilvus.
Karena
lahan gambut merupakan habitat utama Coptotermes
curvignathus maka tanaman kelapa sawit yang di tanam di daerah
tersebut sangat beresiko terserang hama tersebut.  Serangan C. curvignathus merusak kedalam
jaringan hidup tanaman dan akan mengakibatkan kematian tanaman jika rayap
mencapai titik tumbuh tanaman. Sedangkan Macrotermes gilvus hanya berpengaruh
terhadap tanaman  jika membangun koloni didekat batang karena mengganggu perakaran
dan dapat mengakibatkan pohon tumbang.  Jika koloni M. gilvus jauh dari
pohon maka keberadaannya tidak perlu dikhawatirkan karena jenis rayap ini hanya
memakan jaringan yang mati.
·        
Mengumpulkan/menyingkirkan eks batang dan akar kayu
·        
Membongkar sarang rayap di tanah dan tanaman mati
·        
Predator (semut, kecoa, capung,labah2, ikan, kodok, ular)
·        
Parasit dari jenis tungau (Cosmogilvus, Histiotoma,
Lemaniella)
·        
Patogen (NPV, Nematode, Bakteri, Jamur)
Penggunaan Termisida/Insektisida Kimia (fipronil 1 x per  tahun dan
khlopirifos 2 x per tahun)
Tenaga sensus siap dengan larutan termisida menggunakan alat knapsack
sprayer atau gembor. jika ditemukan pohon terserang rayap, langsung diaplikasi
setelah disanitasi terlebih dahulu.
pohon aplikasi diberi tanda silang dengan cat warna putih selanjutnya
dicatat dalam lembar formulir sensus, hal ini untuk memudahkan evaluasi dan
penentuan  rotasi sensus
aplikasi dengan sistem barrier, yaitu dengan cara menyemprot atau menyiram
secara merata pada pangkal batang dan piringan pohon terserang

zona aplikasi pada piringan adalah radius 50 cm, dan pada pangkal batang
sampai tinggi 50 cm dari tanah

                               Gambar Sawit kena serangan Rayap

Advertisements
Category: Budidaya Sawit