Semakin kotor bokar yang diolah, semakin tinggi biaya pengolahan, harga jual crumb rubber tidak bisa dipaksakan tinggi, karena persaingan yang sangat ketat di pasar internasional, pasar internasionalpun tidak begitu transparan, dan dikendalikan beberapa perusahaan ban global, sehingga biaya pengolahan yang tinggi akan menekan harga beli bokar, yang selanjutnya akan menekan pula harga pada tingkat petani.
Bokar pada prisnsipnya terdiri dari tiga komponen utama yakni karet, air dan material lain. Bokar yang mengandung meterial lain itulah yang dikatakan karet kotor, kalau kadar air yang tinggi dikatakan karet basah, karet semat itu disebut karet kering atau kadar karet kering(kkk).
Karet yang kotor, kotoran yang ada dalam karet tersebut dibiayai ongkos angkut dan bongkar muat semenjak dari petani sampai pabrik pengolahan, biaya-biaya tersebut dibebankan pada petani dalam bentuk harga yang lebih rendah.
Air yang dalam massa karet yang lateksnya dibekukan dengan asam semut akan mudah dikeluarkan dengan dibiarkan saja atau ditekan dengan alat atau menumpunya. Karet dengan sendirinya sampai pada kadar air tertentu, jadi kalau karet yang basah, biaya transportasi dan bongkar muat air dalam karet tersebut dibiaya oleh petani, dengan harga karet basah lebih murah dibanding dengan karet yang lebih kering.
Industri crumb rubber tidak menghendaki bokar yang sangat kering, tetapi suka yang masih lembab, seperti jenis slab atau cup lump, dengan ketebalan dibawah lima senti meter, karena mudah memotong atau menghancurkan dalam bentuk bagian bagian kecil, sehingga tidak membutuhkan energi yang tinggi, asal bersih, biaya pengolahannya paling tinggi.
Lateks yang keluar dari garis sadap bersih seperti susu, itulah yang ditampung dalam cawan penampung, dan seterusnya ada yang dimasukan dalam bak pembeku dengan menambahkan asam semut (asam formiat/cuka karet). Jadi tanpa campur tangan petani, tidak ada kotoran yang masuk kedalam bongkahan karet tersebut.
Dengan menambah pekerjaan petani memasukan sampah kedalam bak pembeku, yang akhirnya akan menyebabkan harga jualnya menajdi tertekan. Jadi kalau demikian apakah perlu teknologi agar petani menghasilkan karet yang bersih, ya tidak perlu asal tidak mencampur, dan membekukan pada bak pembeku (dari kayu), selesai. Tetapi kalau mau lebih bersih dapat lateks diencerkan lebih dulu dengan air bersih dan disaring seperti membuat slab tipis untuk membuat RSS.
Dari aspek teknologi, petani tahu dan mapu melaksanakannya, secara ekonomi mudah menerangannya, namun sebagian petani masih senang melakukannya, kendati sudah banyak perubahan, malah ada stigma yang menyesatkan dikalangan petani lebih untung membuat karet kotor, atau membuat karet bersih tidak memberi nilai tambah malah merugikan. Aneh, tapi nyata, artinya ada masalah ditata niaga yang berlaku secara umum. Menerangkannya akan dibaca pada tulisan saya berukutnya.
(Dasril Daniel, Jambi, 14/02/01)
Incoming search terms: