Jakarta – Awal tahun 2015 ini merupakan awal yang suram bagi pasar minyak nabati dunia. Menurut laporan FAO, harga minyak nabati dunia, mulai dari minyak biji-bijian hingga minyak sayur mengalami penurunan terendah khususnya minyak sayuran tercatat pada level terendah sejak Oktober 2009. Jatuhnya harga minyak nabati dunia disebabkan rendahnya permintaan pasar global, pengurangan pasokan ke pasar biodiesel, rendahnya harga minyak mentah dunia dan melimpahnya stok minyak nabati di negara-negara produsen.
Harga CPO di pasar global yang terus tergerus tidak mampu mengerek permintaan CPO di pasar global. Volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia pada Januari ini menurun 8% dibandingkan dengan ekspor Desember tahun lalu atau dari 1,97 juta ton pada Desember 2014 turun menjadi 1,8 juta ton pada Januari 2015. Jika dibandingkan secara year-on-year kinerja ekspor CPO dan turunannya mengalami kenaikan sekitar 240 ribu ton atau 15% pada Januari 2015 dibandingkan dengan Januari 2014 yaitu sebesar 1,57 juta ton.
Merujuk siaran pers Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang diterima InfoSAWIT, Jumat (20/2), hampir semua pasar utama ekspor Indonesia mengurangi permintaannya pada awal tahun ini. Khususnya volume ekspor ke China dan India mengalami penurunan yang signifikan. Volume ekspor CPO dan turunannya ke China tercatat turun 40% dari 328,45 ribu ton pada Desember 2014 menjadi 196,84 ribu ton pada Januari 2015. Disusul India yang membukukan penurunan 39,7% dibandingkan bulan lalu atau dari 494,72 ribu ton pada Desember 2014 menjadi 298.27 ribu ton di Januari 2014. Penurunan volume ekspor juga dibukukan Amerika Serikat 15%, negara-negara Afrika 8%, Uni Eropa 3,6% dibandingkan dengan volume ekspor bulan lalu.
Peningkatan volume ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia yang signifikan datang dari Pakistan meskipun dalam hitungan kuantitasnya masih kecil. Pakistan mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 59% atau dari 78,80 ribu ton di Desember 2014 menjadi 125,61 ribu ton di Januari 2015. Pasar Baru, negara Timur Tengah juga mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 9% atau dari 174,36 ribu ton pada Desember 2014 menjadi 190,20 ribu ton di Januari 2015. (T2)