Peter Sondakh kembali melebarkan sayap ke bisnis sawit. Strateginya cukup fenomenal di tahun kemarin dengan menggabungkan aset perkebunan Green Eagle – anak usaha Rajawali Grup – dan BW Plantation. Total luas lahan tertanam mencapai 131.000 hektare.
Peter Sondakh adalah pemilik usaha yang berani dan oportunis dalam berinvestasi. Sepak terjangnya sangat berani dalam jual beli perusahaan. Gairah bisnisnya mulai dibangun melalui perusahaan pembiayaan bernama PT Rajawali Wira Bhakti Utama. Bersama bambang Trihatmodjo, dia berkongsi membangun televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI. Grup Rajawali berdasarkan data Pusat Data Business Indonesia (PDBI) periode 1976-1996, mengawal sejumlah bisnis seperti transportasi, keuangan, perdagangan, jasa telekomunikasi, dan pariwisata.
Di sektor transportasi, Rajawali pernah mengelola perusahaan transportasi antar lain Taxi Express, Rajawali Air Transport, dan pelayaran feri dengan rute Batam-Singapura (sekarang sudah dijual). Bisnis ritel dan farmasi pernah dikelola Rajawali lewat Metro Department Store dan Apartemen Guardian. Di bisnis telekomunikasi, Rajawali salah pemilik saham PT Excelcomindo Pratama –– provider XL –– pada 1996.
Rajawali terkenal sebagai kelompok usaha yang sering beli dan jual perusahaan. Beberapa perusahaan yang diakusisinya seperti PT Bentoel, perusahaan rokok, pernah kolaps. Setelah mendapatkan sentuhan Rajawali, Bentoel kembali eksis dalam industri rokok nasional. Sekitar tahun 2000, Bentoel berubah nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk.
Peter Sondakh adalan pebisnis yang selalu memberikan kejutan sepanjang semenjak tahun 2005. Misalkan saja, penjualan saham sebesar 27,3% saham Excelcomindo Pratama (XL) kepada Telekom Malaysia Group pada 2005. Kala itu, XL termasuk pemegang pangsa pasar 15,5% pengguna telepon di Indonesia. Dari penjualan saham tadi, XL diperkirakan mendapatkan dana segar sekitar US$ 314 juta. Sisa saham Rajawali di XL terus berlanjut dengan penjualan sahamnya pada 2007 15,97% Etisalat (perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab). Transaksi ini cukup menguntungkan Rajawali yang menerima dana US$438 juta atau sekitar Rp4,07 triliun (berdasarkan kurs waktu itu).
Setelah pelepasan saham XL ini, Rajawali mengembangkan sektor bisnis lain antara lain perkebunan sawit. Pada 2006 Grup Rajawali mengelola sejumlah perusahaan kelapa sawit seluas 69 ribu hektare. Salah satunya adalah PT Jaya Sukses Mandiri yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Sumatera. Perusahaan ini diperkirakan menghasilkan 106 ribu ton CPO.
(Lebih lengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Januari-Februari 2015)
Sumber foto: Forbes