Sebagai perusahaan perkebunan sawit, PT Socfindo berupaya meningkatkan luas lahannya dari yang sekarang seluas 38 ribu hektare. Namun, tantangan yang dihadapi cukup beragam seperti tumpang tindih lahan dan tidak tuntasnya RTWP di beberapa daerah. Berikut ini wawancara dengan Andi Suwignyo bersama Tim Redaksi Sawit Indonesia yang berkunjung ke kantor Socfindo di Medan:
Dalam pandangan Bapak, tantangan apa yang dihadapi perusahaan dalam mengembangkan perluasan lahan kelapa sawit ?
Sebenarnya, PT Socfin Indonesia berminat untuk pengembangan lahan perkebunan sawit di daerah lain. Tetapi, banyak tantangan dan kendala yang belum terselesaikan sebagai contoh Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi (RTWP) di beberapa daerah belum selesai. Masalah lain adalah status kepemilikan lahan banyak yang tumpang tindih. Sebenarnya, kami sudah survei Jambi, Lampung dan Kalimantan tetapi tidak dapat lahan akibat tumpang tindih status maupun aturan.
Kendala lainnya yaitu, respon dari masyarakat berbeda-beda terhadap masuknya investasi kelapa sawit. Memang ada yang menyambut baik tetapi ada juga yang tidak respek.
Oleh karena itu, kami cukup hati-hati dalam menambah lahan terutama kalau berhadapan dengan peraturan yang tumpang tindih.
Artinya, RTRWP perlu segera diselesaikan pemerintah. Sehingga investasi mendapatkan kepastian hukum?
Jadi, pemerintah harus tegas dengan memulai regulasi dengan lebih cepat sehingga dapat menyelesaikan RTRWP. Provinsi seperti Sumatera Utara dan Aceh masih menghadapi masalah tersebut. Dalam hal ini pemerintah harus bekerja keras.
Sudah ada lahan sawit yang potensial untuk dikembangkan Socfindo?
Kami sedang menjajaki daerah Kalimantan. Disana ada lahan dengan potensi 30.000 hektare dengan berbagai status kepemilikan lahan. Nanti, akan dikirim tim yang akan meneliti status lahan tersebut sebelum diakuisisi.
Pemerintah meminta pelaku sawit untuk menerapkan budidaya sawit berkelanjutan. Seperti apa kontribusi Socfindo untuk membantu perusahaan sawit?
Budidaya sawit berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PT Socfindo antara lain melalui Best Management Praktis, menjalankan prinsip-prinsip RSPO. Selain itu juga melalui program breeding untuk memperoleh benih yang tahan penyakit tertentu seperti beniih sawit yang toleran terhadap ganoderma, penggunaan material tanaman yang lebih pendek menjadi 40 – 50 cm per tahun sehingga pertumbuhan tanaman tidak cepat tinggi, mengurangi penggunaan bahan kimia memanfaatkan tandan kosong (empty fruit bunches) sebagai kompos , jadi hal ini mengarah kepada budidaya sawit yang ramah lingkungan.
Untuk ke depannya, bagaimana arah Socfindo sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit?
Target kami adalah menjadi perusahaan perkebunan terbaik di dunia. Mesti diakui, kami memang agak terlambat dibandingkan perusahaaan perkebunan sawit lainnya dalam hal perluasan areal dikarenakan fokus PT Socfindo saat ini lebih ke arah metode intensifikasi.
Hingga sekarang Socfindo tetap menjadi referensi perusahaan perkebunan sawit lainnya. Sudah bagus sekali prestasi ini, benar pak?
Kami tidak bisa mengatakan bahwa Socfindo sudah bagus prestasinya, namun yang jelas beberapa perusahaan sawit dan lembaga pendidikan banyak yang melakukan studi banding ke PT Socfindo untuk melihat secara langsung pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Di usia yang sudah lebih dari 100 tahun dalam mengelola perkebunan sawit , tentu banyak hal yang bisa dilihat terkait sustainable, produktivitas, efisiensi dan kemajuan breeding yang telah dicapai, bahkan beberapa waktu yang lalu PT Socfindo telah melepas varietas baru yang lebih toleran terhadap serangan penyakit ganoderma.
Dari aspek sumber daya manusia, kualitas pekerja PT Socfindo sudah teruji. Bagaimana upaya perusahaan untuk membangun hal tersebut?
Sebenarnya kami disini memang benar-benar diajarkan untuk komitmen dengan pekerjaan yang sudah terbangun semenjak lama. Perusahaan menerapkan aturan yang bersifat disiplin dan tegas bagi karyawan . Reward dan punishment jelas mekanismenya. Tegas disini maksudnya adalah apabila karyawan melakukan kesalahan contohnya menggelapkan dana Rp 10.000 dan Rp 10 juta, itu nilainya sama yaitu tetap saja salah dan sanksi akan tetap diterapkan asalkan sudah disertai bukti otentik. Dalam hal ini bentuk punishment antara lain dapat berupa teguran , peringatan dan kalau kesalahan termasuk dalam klasifikasi berat maka sanksi yang diberikan bisa saja sampai pada penurunan pangkat jabatan dan pemutusan hubungan kerja sesuai mekanisme yang ada.
Budaya disiplin yang tegas inilah yang diterapkan perusahaan kepada seluruh karyawan. Bagi karyawan yang sedang diberikan sanksi namun tetap bertahan dan mampu memperbaiki dirinya untuk bangkit kembali, tidak mustahil suatu saat akan mendapatkan reward. Tanpa budaya seperti tidak mungkin Socfindo mampu bertahan sampai usia seratus tahun hingga sekarang.
Selain itu, budaya di perusahaan juga tidak mengenal sistem kelompok tertentu berdasarkan suku dan akademis. Hal ini dilakukan dengan memadukan semua unsur karyawan yang berasal dari berbagai etnis dan latar belakang pendidikan untuk memajukan perusahaan.
Bisa dijelaskan semenjak kapan Pak Andi berkarir di Socfindo?
Saya mulai berkarir di PT Socfindo dari tahun 1985 mulai dari kebun. Asli saya dari Banyuwangi.
Apakah Socfindo pernah mengalami masa terburuk?
Tahun 1998 ketika resesi ekonomi terjadi euforia demokrasi dimana-mana termasuk di perkebunan sawit . Akibat stabilitas pemerintahan dan situasi keamanan yang terganggu berakibat produktivitas pekerja menurun, banyak kehilangan TBS di lapangan akibat penjarahan yang tak terkendali . Demikian juga penjualan benih ikut menurun secara drastis. Sebelum krisis produksi, benih dapat mencapai 18 juta kecambah tetapi setelah krisis anjlok menjadi 2 juta kecambah. Di masa itu, pembeli turun drastis padahal tahun sebelumnya banyak pembeli yang masuk daftar tunggu.
Akhirnya, banyak benih sawit yang dimusnahkan. Harga benih sawit ikut anjlok menjadi Rp 1.000 per butir. Perlahan kondisi membaik dan berdampak positif kepada Socfindo. Seiring dengan kondisi stabilitas dan perekonomian yang semakin membaik , pada tahun 2012 produksi dan penjualan benih sawit kami dapat mencapai angka 48 juta butir.
Bagaimana pembeli dapat percaya dengan mutu benih sawit Socfindo?
Dalam menghasilkan benih perlu integritas yang tinggi dari produsen sebab dalam investasi kelapa sawit , pemilihan benih yang unggul harus menjadi prioritas . Benih ini merupakan investasi yang bersifat jangka panjang. Oleh karena itu jangan salah memilih benih sawit karena tanaman ini akan berumur sampai 25 tahun lebih dan kalau salah dalam membeli benih, maka investasi yang telah ditanamkan dalam perkebunan sawit tidak akan bisa balik lagi. Oleh karena itu PT Socfindo untuk mendapatkan kepercayaan dari pembeli selalu menunjukan fakta dan secara terbuka mempersilahkan calon pembeli benih untuk melihat kondisi kebun dan produktivitas benih yang dihasilkan PT Socfindo .
Selain integritas, dukungan lain berasal dari kegiatan riset dan pengembangan yang dijalankan secara berkelanjutan melalui kerjasama penelitian dengan lembaga penelitian internasional dari Prancis yaitu Palm Elit yang sudah berpengalaman dalam breeding kelapa sawit.
Apakah Socfindo sudah mendapatkan sertifikat RSPO?
PT Socfin Indonesia berkomitmen untuk memproduksi produk yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan kebijakan ini PT Socfin Indonesia telah menjadi anggota RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) sejak 2004 dan seluruh Kebun Sawit akan disertifikasi RSPO tahun ini. Sertifikasi RSPO merupakan sertifikasi untuk produksi minyak sawit yang berkelanjutan (Sustainable Palm Oil). Sertifikasi produksi minyak sawit berkelanjutan selain RSPO adalah ISCC (International Sustainability and Carbon Certification), dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Disamping sertifikasi RSPO, seluruh kebun PT Socfindo saat ini juga telah disertifikasi ISO 9001:2008; ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.
Apakah Socfindo punya rencana masuk ke sektor industri hilir sawit, seperti menghasilkan specialty fats dan oleokimia? Seperti apa peluang industri hilir sawit di masa depan dalam pandangan Bapak?
Peluang industri hilir sawit saat ini sebenarnya mempunyai prospek yang cukup bagus. Peluang untuk mendapatkan margin dari hilirisasi sangat terbuka luas . Namun untuk masuk ke sektor industri hilir sawit, sampai saat ini PT Socfindo belum berpikir ke arah sana, karena PT Socfindo masih ingin berkonsentrasi ke masalah pengelolaan perkebunan yang lebih efisien serta pengembangan breeding kelapa sawit yang lebih intensif untuk memperoleh varietas yang tahan penyakit ganoderma. Ganoderma merupakan penyakit terbesar kelapa sawit saat ini dan masa mendatang yang harus segera dicari solusi tepat untuk mengatasinya. (Qayuum Amri)