Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Tanaman Penutup Tanah dan Gulma Kelapa Sawit (Buku 1) – Seri Buku Saku – PPKS

Buku : Tanaman Penutup Tanah dan Gulma Kelapa Sawit (Buku 1) – Seri Buku Saku – PPKS

Buku saku ini berisi informasi mengenai jenis-jenis kacangan penutup tanah yang dipergunakan di perkebunan kelapa sawit dan jenis-jenis gulma yang umum dijumpai di lapangan. Sesuai untuk praktisi kelapa sawit di lapangan.

Kode: BS008

Dimensi: 9.5 x 14cm (74 halaman full color)

Harga: Rp. 50.000,-

Sumber :

http://kliniksawit.com/buku-klinik-sawit/89-buku-saku-tanaman-penutup-tanah-dan-gulma-i.html

.

.

Klik di Sini Untuk Melihat Daftar Buku-buku tentang Kelapa Sawit lainnya

PT ITH Bantu Petani Sawit Atasi Serangan Hama Kumbang Tanduk | Indonesian Palm Oil Magazine

 PANGKALAN BUN – PT Indotruba Tengah (ITH) memberikan bantuan kepada petani dalam mengatasi wabah kumbang tanduk yang menyerang tanaman kelapa sawit di desa Amin Jaya, Kecamatan Pangkalan Bun, Provinsi Kalimantan Tengah.

Manager PT ITH kebun Sekunyir, Didik Prayitno mengatakan, petani yang tergabung dalam kelompok tani ‘Harapan Maju’ mengeluhkan serangan hama endemik kumbang tanduk yang menimpa kebun kelapa sawit mereka.

Bahkan petani Harapan Maju ini merasa kewalahan menghadapi serangan kumbang tanduk sejak September 2014 lalu.

“Untuk  mengatasi hal itu, PT Indotruba Tengah berkomitmen untuk membantu petani mengendalikan penyebaran hama tersebut,” ujarnya seperti dikutip Antara Kalbar, Kamis (26/3/2015).

Ia menjelaskan, pihaknya memberikan bantuan dengan metode pengendalian hama secara mekanis, fisik, biologis dan kimiawi. Dengan harapan populasi maupun intensitas serangan hama kumbang tanduk mengalami penurunan. (T3)

Apkasindo Curigai, Kebun Kelapa Sawit Seluas 700 Hektar di Akui Tak Berizin

Rabu, 04 Maret 2015
Penulis: Farikhin

PANGKALANKERINCI, Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Pelalawan mempertanyakan terkait persoalan kebun kelapa sawit yang ada di Kecamatan Ukui. Pasalnya, kebun sawit yang memiliki luas 700 hektar itu disinyalir belum memiliki izin apapun.

“Duga kami, kebun kelapa sawit itu tak memiliki izin apapun dari Pemkab Pelalawan. Anehnya dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Pelalawan seperti tutup mata dengan persoalan ini,” terang Ketua Apkasindo Pelalawan, Jupri SE, Rabu (4/3/2015).Diungkapkan Jupri, padahal kebun sawit tersebut di tahun lalu sudah menghasilkan 1.000-1.500 ton kelapa sawit. Mustahil, jika kebun dengan luas fantastis dan sudah berproduksi Dishutbun tidak tahu apapun.

“Saya tak yakin jika Dishutbun tak tahu persoalan ini,” tandasnya.

Disampaikan Jupri, selaku Apkasindo, dirinya pernah mendatangi perusahaan tersebut dan menanyakan perihal perizinan. Namun, hal itu dijawab oleh orang-orang yang menjaga kebun bahwa untuk pengurusan izin nanti-nanti saja.

“Kan itu jawaban yang bukan main dari mereka. Itu artinya, mereka terang-terangan melanggar peraturan daerah ini dan jelas merugikan daerah ini,” tegasnya.

Perkebunan yang tak mengantongi izin, sambungnya, jelas-jelas sangat merugikan bagi daerah. Dan ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No 98/permentan/OT.140/9/ 2013, tentang pedoman perizinan usaha perkebunan.

“Kalau saya menilai, pemilik kebun sawit seperti untouchables alias tak tersentuh. Karena saya yakin, Dishutbun takmungkin tak tahu dengan persoalan ini,” tandasnya.

Selaku Ketua Apkasindo Pelalawan, lanjutnya, dirinya berharap dinas terkait untuk meninjau kembali bahkan bilamana perlu memanggil perusahaan tersebut. Jika Pemkab atau Dishutbun merasa tak sanggup, maka Apkasindo yang akan turun langsung ke lokasi kebun itu.

“Kita tak mau main-main dengan persoalan ini. Kita kan berharap orang atau perusahaan perkebunan dapat memberikan kontribusi agi daerah,” katanya.

Ditambahkannya, kalau mereka dari awal sudah bermain illegal tanpa mengantongi izin, IUP, IUP-B maka lebih baik dinas terkait mengusir saja perusahaan tersebut dari Kabupaten Pelalawan. Namun jika mereka ternyata baru mengurus izin perusahaan, maka mereka wajib menyiapkan lahan KPPA.

“Ini sesuai dengan Kementan tahun 2007 yang sudah diundangkan tanggal 2 Oktober 2013, bahwa selain mereka wajib mengantongi izin-izin, juga diwajibkan menyiapkan pola KKPA,” tutupnya.(***)

Sumber :

http://www.goriau.com/berita/umum/apkasindo-curigai-kebun-kelapa-sawit-seluas-700-hektar-di-ukui-tak-berizin.html

Perkebunan dan Kemiskinan – Kisah Sebuah Kampung di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit

Perkebunan dan Kemiskinan – Kisah Sebuah Kampung di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit (Betty Tiominar)

Daftar isi :

Pendahuluan
Bagaimana laporan ini Dibuat
Konteks Nasional
1. Kelapa Sawit di Indonesia
2. Penyedia Pasar
3. Kelapa sawit untuk BBn
4. Kelapa sawit dan kemiskinan
5. Kemiskinan di Riau
1. Potret Paya Rumbai
2. Satu desa, lima perusahaan
3. Fasilitas Desa
4. Petani dan nelayan
5. Petani Plasma
6. Pekerja Kebun Sawit
Catatan istilah

Bogor, April 2011. Sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia, Indonesia memang gencar untuk mengkampanyekan perluasan perkebunan kelapa sawit di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Tercatat hingga tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit Indonesia melebihi 8 juta ha.

Keinginan pemerintah untuk tetap menjadi produsen minyak sawit dunia dan untuk mengatasi masalah krisis energi melalui pengembangaan energi alternatif mendorong kebijakan perluasan perkebunan kelapa sawit yang dianggap sebagai jawaban atas masalah kemiskinan, pengangguran dan krisis energi dunia. Namun, kenyataan dilapangan menunjukan sebaliknya.

Down to Earth bekerja sama dengan Yayasan Elang, Riau melakukan kunjungan lapangan di desa Paya Rumbai, Propinsi Riau untuk merekam kehidupan masyarakat yang dikelilingi oleh empat perusahaan perkebunan kelapa sawit. Catatan dari kunjungan lapangan tersebut kemudian dituliskan dalam buku ”Perkebunan dan Kemiskinan. Kisah Sebuah Kampung di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit”, tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Buku ”Perkebunan dan Kemiskinan” ini mencoba untuk memperlihatkan bagaimana kehidupan masyarakat desa Paya Rumbai yang meski sudah menyerahkan sebagian lahan desa-nya kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit namun kehidupan mereka tetap biasa-biasa saja. Perkebunan yang diharapkan bisa memberikan kesejahteraan ternyata hanya bisa memberikan pekerjaan sebagai buruh harian bagi masyarakat, itu pun tidak setiap saat ada pekerajaan tersedia bagi mereka. Sebagian besar masyarakatnya masih tetap mengandalkan hutan dan sungai yang kondisinya semakin buruk akibat perkebunan kelapa sawit yang ada disekitar desanya.

Buku ‘Perkebunan dan Kemiskinan’ yang diterbitkan oleh Down to Earth (DtE) adalah upaya untuk memberikan informasi tambahan mengenai kelapa sawit dan dampaknya bagi masyarakat. Buku ini menegaskan kembali, bahwa kelapa sawit bukanlah jawaban atas masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia untuk itu pemerintah diharapkan mau mengkaji ulang kebijakan perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Sumber :

http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/perkebunan-dan-kemiskinan-kisah-sebuah-kampung-di-kawasan-perkebunan-kelapa-sawit

Daftar buku-buku tentang Kelapa Sawit yang lain, Klik di baris kalimat ini.

Investor Jepang Bangun Pabrik Pengolaan CPO | Indonesian Palm Oil Magazine

JAKARTA – Investor jepang berkeinginan untuk mengembangkan industri kelapa sawit di Indonesia yakni dengan langkah kongkrit membangun pabrik pengolahan minyak sawit mentah (CPO).

Menurut Analis MNC Securities, Zabrina Raissa, Kamis (26/3/2015), langkah yang diambil investor dari negeri sakura tersebut dapat mendorong nilai tambah dalam ekspor CPO Indonesia kedepannnya.

“Investor Jepang akan bangun pabrik pengolahan CPO, jadi akan menyebabkan nilai tambah bagi produk CPO dan turunannya,” jelasnya.sebagaimana dikutip Okezone.

Zabrina menuturkan, bahwa saat ini ekspor kebanyak CPO yang belum diolah. Maka itu, dengan adanya investor Jepang yang masuk, maka akan membuat industri CPO semakin kompetitif. (T3)

Kabupaten Kampar Kini Punya Pabrik Olahan Kelapa Sawit

Selasa, 10 Maret 2015

Kampar – Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau saat ini telah memiliki pabrik kelapa sawit yang tidak hanya mengola minyak mentah (CPO), tapi juga memproduksi hasil olahan siap jual. Produk yang dimaksud antara lain adalah minyak goreng dan sabun mandi.

Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan, pabrik olahan itu dibangun di wilayah Desa Sei Pinang, Kecamatan Tambang, Kampar dengan kapasitas produksi mencapai 120 ton minyak sawit mentah (CPO) per jam. Pabrik ini dinilai cukup untuk menampung buah sawit dari perkebunan masyarakat. “Pabrik diresmikan 12 Maret mendatang,” kata Jefry Noer di Riau, Selasa, 10 Maret 2015.

Jefry menjelaskan, investor pabrik tersebut adalah Malaysia Technology Development Corproration (MTDC) dari Malaysia. Menurut Jefry, MTDC telah menyampaikan komitmennya untuk membangun pabrik olahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar dengan kesiapan dana hingga Rp 1 triliun. Pabrik ini diharapkan mampu memperlancar bisnis perkebunan masyarakat maupun dunia usaha.

Saat ini Kabupaten Kampar memiliki kebun kelapa sawit terluas di Provinsi Riau, yakni hampir 700.000 hektare dengan 37 pabrik kelapa sawit. Namun, sejauh ini belum ada industri hilir yang mengolah kelapa sawit menjadi minyak goreng dan berbagai produk turunan lainnya di sana.

Selama ini, kata Jefry, produksi kelapa sawit hanya dijual dalam bentuk minyak sawit mentah (CPO) sehingga tidak memberikan nilai lebih kepada masyarakat dan daerah penghasil. Karena itu, Kampar berupaya untuk mendapatkan nilai ekonomi dari produk turunan kelapa sawit. “Produk olahan nantinya akan dipasarkan di sekitar wilayah Kabupaten Kampar dan daerah lainnya di Riau, kata dia.

RIYAN NOFITRA

Sumber :

http://www.tempo.co/read/news/2015/03/10/092648727/Kampar-Kini-Punya-Pabrik-Olahan-Kelapa-Sawit

Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT PP Lonsum Tbk-Sumatera Utara (ELSAM)

Buku : Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT PP Lonsum Tbk-Sumatera Utara (ELSAM)

Editor : Eddie Sius Riyadi
Kolasi: xxi, 140 halaman
Impresum: Jakarta :  ELSAM, 2010
ISBN : –
Harga : Rp

Bilingual Indonesia-Inggris

Sejak 2003, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) telah melakukan pemantauan dan penelitian lapangan atas praktik-praktik pelanggaran hak asasi manusia yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera (PP Lonsum Tbk-Sumatera Utara). Perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia ini sering terlibat dalam berbagai tindak pelanggaran hak asasi manusia, seperti pengusiran penduduk dari lahan-lahan pertanian, pelarangan atas aktivitas penduduk dalam mencari nafkah tambahan, pelanggaran hak-hak para buruh harian lepas dan dugaan kuat adanya praktik-praktik pelecehan seksual serta menggunakan anak sebagai pendukung buruh harian lepas (BHL).

Laporan ini mencakup praktik-praktik pelanggaran hak asasi manusia dominan di enam pemukiman penduduk yang masuk dalam kawasan perkebunan kelapa sawit PT PP lonsum Tbk-Sumatera Utara. Berdasarkan kesaksian penduduk di enam desa -Desa Pargulaan, Desa Simpang Empat, Desa Cempedak Lobang, Desa Naga Rejo, dan Desa Timbul Naga-  dan juga wawancara dengan narasumber perempuan untuk mengetahui kondisi perlindungan hak-hak perempuan di kawasan tersebut.

Daftar Isi

Kata Pengantar

Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Gambaran umum mengenai PT PP Lonsum Tbk-Sumatera Utara
Bab 3. Profil desa-desa di dalam kawasan HGU PT PP Lonsum Tbk-Sumatera Utara dan catatan panjang konflik
Bab 4. Pelanggaran HAM: jenis, pola, dan variasinya
Bab 5. Berbagai kesaksian penting penduduk tentang peristiwa pelanggaran HAM
Bab 6. Langkah-langkah Negara dalam menangani tindak pelanggaran di kawasan perkebunan kelapa sawit.
Bab 7. Kesimpulan dan rekomendasi

Sumber :

http://www.elsam.or.id/?id=613&lang=in&act=view&cat=c/401

 

Klik di Sini Untuk Melihat Daftar Buku-buku bermutu tentang Kelapa Sawit lainnya

2014, Felcra Distribusikan RM 305,3 Juta | Indonesian Palm Oil Magazine

KEMAMAN -Felcra Berhad (Felcra) mendistribusikan RM305,3 juta dalam pembayaran dividen tahun 2014 untuk sekitar 67.000 peserta dari perkebunan secara nasional.

Menteri Pembangunan Daerah dan Pedesaan Datuk Seri Mohd Shafie Apdal mengatakan, hingga Desember 2014 total pendapatan Felcra dari padi, perkebunan kelapa sawit dan karet masing-masing sebesar RM1,104,743,884.00.

Sementara total pengeluaran biaya operasional, pemasaran dan biaya manajemen sebesar RM749,167,547.00. “Laba kotor yang dihasilkan per Desember 2014 adalah RM355,576,337.00,” paparnya, seperti dilansir Bernama, Rabu (25/3/2015). (T3)

Menolak Perkebunan Kelapa Sawit Nelayan dan Petani Berurusan Dengan Aparat

Kamis, 25 Mar 2015

Kubu Raya. BCC.Terik panas matahari tak menghalangi langkah kami menuju lahan yang mau ditanami sawit, di Desa Tanjung Harapan, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Suasan kampung begitu terasa, jalan yang tak beraspal rumah penduduk yang tak seperti rumah orang kota, tak terdengar riuhnya suara kendaraan yang terdengar hanyalah siulan burung dan suara angin yang menerpa daun kelapa.

Semangat yang tinggi terdengar dari nada suara Samsuddin kepala dusun di Desa itu, dia bersedia menemani kami untuk melihat lahan sawit yang bibitnya telah ditebang warga lantaran semua warga dari desaTanjung Harapan dan Desa-Desa lainnya tidak setuju apabila ada aktivitas perkebunan kelap sawit.

Sebelum berangkat ke lahan tersebut Samsudin memanggil Seren, Bandi dan Hamdan,ketiga orang ini adalah warga yang dilaporkan oleh pemilik bibit sawit atas tuduhan pengrusakan bibit sawit yang ditanam kemudian dirusak warga.

Delapan orang, kami berangkat menuju lokasi dengan mengendarai motor,jalan yang merdebu dan panas yang menyengat juga menamani kami, kurang lebih dua puluh menit kami sudah sampai di lokasi awal penanaman bibit sawit, tapi belum sampai pada hutan lindung yang telah disurak.

Untuk sampai pada lokasi yang sebenarnya kami harus berjalan kaki sekitar lima kilo meter diatas tanggul yang dibuat oleh orang yang ingin menanam sawit, diperjalanan.

Bandi bercerita awalnya mula perkara ini terjadi, pada awal-awalnya masyarakat di iming-imingi bahwa dilahan masyarakat akan dikelola suatu koperasi yang akan menanam jagung. Mendengar mau ditanami jagung masyarakat senang.

Namun,seiring berjalannya waktu masyarakat dikejutkan dengan kedatangan alat berat yang main masuk tampa memberi tahu kepada kepala desa dan tak lama berselang bibit sawit pun berdatanagan jugalagi-lagi kepala desa tidak dilibatkan.

Hal ini lah yang memicu kemarahan masyarakat, ’’ kami yang tinggal disini sama sekali tidak diberi tahu perihal bibit sawit, datang-datang lansung maman saja,’’ kata Bandi dengan kesal.

Masyarakat menolak masuknya kebun sawit.Pengrusakan terdahap bibi sawit yang baru ditanam bukan dilakaukan perorangan malainkan gabungan dari beberapa desa, alasan mereka menolak sawit dikarenakan kawatiran mereka akan hama sawit yang menyerang kebun kelapa, karena pendapatan mereka bergantung pada kebun kelapa.

Dari perusakan bibit sawit yang dilakukan oleh warga akibatnya ada sembilan orang warga desa Tanjung Harapan yang berurusan dengan polisi dan sampai saat ini proses hukum terhadap warga desa Tanjung Harapan masih belum menemui titik terang, dan hal yang memprihatinakan kesembilan warga ini dari kalangan yang tidak mampu selain itu mereka juga tidak tahu baca tulis.

‘’ Selama saya hidup baru kali inilah berurusan dengan polisi, tentu saya tak tahu menau sama sekali, tapi karena saya tak merasa bersalah saya ikuti aja proses hukum, ya walau pun untuk berangkat ke Pontianak harus jual beras sebagai ongkos,’’ kata Seren, salah satu warga yang dilaporkan.

Hingga kini kasusnya masih mengambang,karena Kepolisian menunggu keterangan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kubu Raya apakah perkebunan tersesbut berada dikawasan hutan lindung.Faul. (Bersambung)

Copyright © LPSAIR 2015 – Borneoclimatechange

Sumber :

http://www.borneoclimatechange.org/berita-947-menolak-perkebunan-kelapa-sawit-nelayan-dan-petani-berurusan-dengan-polisi

Berita/Artikel Menarik Lainnya :

Pria ini Buktikan, Kerja di Perkebunan Sawit Lebih Menjanjikan

Selasa, 17 Maret 2015

JAKARTA – Bekerja di perkebunan menjadi pilihan yang paling disyukuri pria ini. Hidup tenang yang jauh dari kebisingan kota, sehat, serta tingkat ekonomi yang mapan menjadi terwujud, di samping jenjang karir yang juga terus menanjak.

Hal ini diakui oleh RoziAriandi, AMd, alumnus Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE), Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Lulusan CWE tahun 2010 tersebut kini menjadi Kepala KTU di PT Citra Sawit Lestari, Kalimantan Timur (Kaltim).

“Kehidupan di kebun itu tenang dan lebih sehat karena setiap hari kita berkutat dengan lingkungan yang asri dan jauh dari polusi maupun hiruk-pikuk perkotaan. Saya sangat bersyukur bisa bekerja di perkebunan, apalagi saya juga bisa mengumpulkan uang untuk membeli rumah, kendaraan,dan kebutuhan keluarga lainnya,” kata Rozi di Jakarta, Kamis (12/3).

Ia pun mengisahkan pengalamannya ketika kuliah di Politeknik Kelapa Sawit CWE. “Awalnya saya tidak mengerti apa itu budidaya kelapa sawit. Tapi setelah kuliah selama 3 tahun di kampus ini saya menjadi paham, bahkan akhirnya menjadi lulusan terbaik tahun 2010,” sambungnya.

Politeknik Kelapa Sawit CWE merupakan satu-satunya politeknik kepala sawit di Indonesia, dan lulusannya 100 persen terserap di dunia kerja yakni di perkebunan sawit yang ada di Indonesia bahkan luar negeri. Politeknik ini berlokasi di RawaBenteng, Cibuntu, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, dan berdirisejak 3 Agustus 2006 dengan tiga program studi yakni Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit, Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit, dan Manajemen Logistik.

Menurut Rozi ini pulalah yang menjadi alasan lain mengapa dia memilih kuliah di kampus ini. “Pilih mana; kuliah S1 di universitas atau kampus lainnya tapisulit mendapatkan pekerjaan atau di kampus yang langsung diterima bekerja bahkan sebelum lulus? Saya memilih untuk langsung kerja,” jelas Rozi.

Sementara alumni CWE lainnya, yakni Heki Aprilyanto, AMd, yang merupakan alumnus tahun 2009. Saat ini dia bekerja sebagai Koodinator Service Agronomi PT Hindoli, Palembang, Sumatera Selatan.

“Kalau disebut mapan sebenarnya relatif, tapi saya mengalami sendiri bahwa secara ekonomi bekerja di perkebunan sangat menjanjikan dan lebih mapan. Bagi para mahasiswa yang ingin segera bekerja, kuliah di kampus yang mengkhususkan diri di bidang kelapa sawit menjadi pilihan paling tepat. Untuk apakuliah di kampus yang belum tentu juga bisa langsung bekerja?, ” tanya Heki.

Dikatakan Heki, dirinya tertarik dengan bidang komputer, namun setelah mengenal kelapa sawit dirinya mulai berubah dan justru semakin tertarik dengan bidang perkebunan kelapa sawit dan memutuskan masuk ke Poltek CWE.

“Kuliah di CWE selama 3 tahun menjadi bekal berharga bagi saya, lantaran semua ilmu yang saya dapat selama kuliah semua terpakai di dunia kerja,” ucap Heki.

Sementara itu, Direktur Politeknik Kelapa Sawit Citra WidyaEdukasi Stephanus Nugroho Kristono mengatakan, adalah wajar jika setiap orang tua menghendaki agar anaknya bisa kuliah di kampus yang bisa langsung

bekerja setelah lulus. “Bukan hanya orang tua tapi siswa juga menghendaki hal yang sama, sehingga mereka akan memilih kampus yang memiliki jaringan erat dengan dunia kerja seperti Poltek CWE ini,” ujar Nugroho. (uki)

Sumber :

http://www.cwe.ac.id/component/content/article/106-info-terbaru/696-pria-ini-buktikan-kerja-di-perkebunan-sawit-lebih-menjanjikan.html

Berita/Artikel Menarik Lainnya :