Perencanaan/rancangan blok kebun adalah untuk merancang Tata Ruang Perkebunan dimana didalamnya ditetapkan lokasi kebun Inti dan lokasi kebun Plasma, wilayah Non-Tanaman seperti lokasi Kompleks Perumahan, lokasi Pabrik dan wilayah Tanaman yang afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air, dan lokasi afdeling dan blok serta wilayah konservasi.
Merencanakan tata ruang dalam kebun dan divisi yang terbagi, tahun tanam, material tanaman, blok, pembibitan, jaringan jalan, saluran air, lokasi pabrik, kantor, perumahan, bangunan sosial, sarana olah raga yang digambarkan dalam peta induk (ploting design)
Tujuan :
Sebagai pedoman tahapan kegiatan pelaksanaan yang berkesinambungan efektif dan efisien
1. Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat
Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR maupun CR
Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan jalan
Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan
Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating compactor 6 ton
2. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa
Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap pembuatannya :
Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar
Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di badan jalan
3. Pembuatan Jalan Kontur
Harus memotong teras/kontur
Badan jalan dibuat miring ke arah tebing
Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam
STANDARD KEBUN DAN DIVISI
Tabel Standard penataan kebun dan divisi
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
Tabel Alokasi areal per hektar (%) secara umum untuk kebun besar
Sumber data : Vademecum Kelapa Sawit PT. PTPN IV (1996)
DASAR PERENCANAAN PERUNTUKAN PLOT DISAIN
I. Sistem jaringan jalan
Jalan adalah sarana penghubung untuk pengangkutan bahan, alat dan produksi serta untuk jalan kontrol, maka jaringan jalan dan mutu jalan di kebun merupakan salah satu faktor keberhasilan pengelolaan. Perencanaan pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain kebun dan disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan berdasarkan luasan kebun.
Kebutuhan jalan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada areal datar panjang main road 10,2 m per ha dan collection road 33,6 m per ha. Pembangunan jalan dibuat dengan sistem segi empat beraturan (grid system) mengikuti denah blok yang berukuran 300 m x 1.000 m. Pembangunan jalan di areal berbukit kebutuhannya lebih banyak dan dibuat dengan sistem jalan kontur.
II. Kantor dan Pemukiman
Tata letak kantor dan pemukiman harus sesuai dengan luas areal tanaman, jarak kelokasi tanaman (ke afdeling-afdeling), kesehatan lingkungan, sumber air dan jumlah karyawan. Pada umumnya kantor ataupun pemukiman diletakkan pada titik sentral afdeling maupun kebun
III. Pabrik
Perencanaan pabrik disesuaikan dengan luas areal tanaman kelapa sawit yang produksinya akan diolah dan letaknya tidak mengganggu kesehatan lingkungan pemukiman
Letak lokasi pabrik tersebut harus memenuhi syarat tertentu :
Dekat sarana perhubungan baik jalan raya, kereta api yang menghubungkan ke pelabuhan
Berdekatan dengan sumber air/sungai yang sepanjang tahun terjamin debit airnya
Mempunyai sarana penunjang misalnya bengkel serta tenaga kerja
Areal cukup rata/flat area
IV. Pembibitan
Adapun pertimbangan yang dipedomani untuk menentukan lokasi bibitan adalah
Areal cukup rata
Dekat dengan penanaman kelapa sawit
Bebas dari banjir
Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga
Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana penanaman
V. Afdeling dan Blok
Luas divisi disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan areal yang dihubungkan dengan perawatan tanaman dan pemanenan.
Luas areal satu divisi yang ideal berkisar ± 750 -1.000 ha
Luas ideal 1 blok adalah 25 ha (500 x 500 m) untuk daerah datar sedangkan untuk daerah bergelombang, atau berbukit adalah 16 ha (400 x 400 m)
VI. Pembuatan Jalan dan Jembatan/Gorong-gorong, Parit Drainase
1. Jalan
a. Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat
Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR maupun CR
Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan jalan
Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan
Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating compactor 6 ton
b. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa
Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap pembuatannya :
Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar
Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di badan jalan
c. Pembuatan Jalan Kontur
Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur
Badan jalan dibuat miring ke arah tebing
Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam
Sistem jaringan jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang dan menjamin kelancaran pengangkutan terutama bahan-bahan keperluan tanaman, pengumpulan/pengangkutan hasil serta pengontrolan. Perencanaan pembukaan jaringan jalan harus disesuaikan dengan kondisi (topografi) dan kebutuhan di perkebunan
Tabel Tekanan gandar pada berbagai klas jalan
Sumber data : Vademecum Kelapa Sawit PT. PTPN IV (1996)
a. Kelas Areal Lahan untuk Pembuatan Jalan
Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat
Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR maupun CR
Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan jalan
Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan
Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating compactor 6 ton
Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa
Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap pembuatannya :
Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar
Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di badan jalan
Pembuatan Jalan Kontur
Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur
Badan jalan dibuat miring ke arah tebing
Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam
b. Tahap Pembuatan Jalan
Pemancangan jalan ditentukan dengan theodolite. Posisi pancang diletakkan di bagian tepi jalan sebelah luar dinding bukit
Pembuatan jalan dengan buldozer dimulai dari bawah mengarah ke atas. Pancang yang sudah dibuat tidak boleh tumbang untuk kontrol bahwa jalan telah disesuaikan dengan desain
c. Penimbunan dan Pengerasan Jalan
Waktu Pelaksanaan
Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan digunakan
Sarana Pekerjaan
Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6 ton dan lainnya
Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan
Pengadaan Bahan
Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.
d. Jenis jalan perkebunan berdasar keperluan & fungsi :
Jalan Utama (Main Road)
Waktu Pembentukan jalan dan peningkatan badan jalan (dikeraskan) pada TBM
Apabila Lebar jalan adalah 8 m, dengan rincian 5 meter badan jalan, serta 1 x 2 m bahu jalan dan 0,5 x 2 adalah parit jalan
Apabila Bentuk Lebar jalan = 16 m; Pinggir jalan = 2 m; Parit jalan = 1×0,6×0,5 m (tergantung kebutuhan); Bahu jalan = 2 m; Badan jalan ± 6 m
Dalam pembuatan jalan Utama, tidak ada barisan tanaman yang hilang.
Pembuatan jalan dilaksanakan secara mekanis dengan permukaan jalan cembung serta kiri kana dibuat parit.
Konstruksi Badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7, tebal 7 cm. Pelaksanaan pengerasan TBM I = 40%, TBM II = 40%, TBM III = 20%
Tabel Alat, Bahan dan Norma
Catatan :
Bila jalan berada di pinggir tebing/jurang, parit hanya dibuat sebelah dalam/dinding jalan, sedangkan pada pinggir jurang dibuat benteng. Pada areal yang bergelombang/berbukit jalan utama lebih panjang serta sistem konstruksinya berbeda dengan daerah datar/berombak
Jalan Transport
Waktu Pembentukan jalan tahun 0 peningkatan badan jalan pada TBM
Fungsi Jalan yang menghubungkan antara main road (jalan utama) dengan collection road (jalan produksi) untuk transport produksi dari lapangan ke pabrik, Untuk pengangkutan alat/bahan dari gudang induk ke lapangan areal tanaman, Memudahkan kontrol
Konstruksi Badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7, tebal 7 cm Pelaksanaan pengerasan TBM I = 40%, TBM II = 40%, TBM III = 20%.
Bentuk Permukaan badan jalan cembung, kemiringan 2,5-4%. Lebar jalan 8 m; pinggir jalan 0,90 m; parit jalan 0,6×0,4×0,5 m (tergantung kebutuhan); bahu jalan 0,50 m ; badan jalan 4 m
Tabel Alat, Bahan dan Norma
Proyeksi naik turun pembuatan jalan harus dilakukan dengan baik jangan terus menaik secara curam, karena akan mempertinggi biaya angkutan
Jangan dibuat dengan penggalian tanah asli, jangan sekali-kali membuat jalan menggunakan tanah timbunan karena akan menjadi becek dan longsor
Jalan Produksi (Collection Road)
Waktu Pembentukan jalan pada tahun 0, dan Pengerasan jalan pada masa TBM
Fungsi Transportasi alat/bahan dari jalan produksi ke areal/ tanaman yang terisolir dan Transportasi hasil produksi (TBS) dari TPH ke jalan produksi menuju ke jalan utama/pabrik serta Mempermudah kontrol lapangan
Konstruksi Badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7, tebal 7 cm, sedangkan Pelaksanaan pengerasan TBM I 40%, TBM II 40% dan TBM III 20%
Bentuk Permukaan badan jalan cembung, kemiringan 2,5-4 % dengan Lebar jalan 8 m; pinggir jalan 0,90 m; parit jalan 0,6×0,4×0,3 m (tergantung kebutuhan); bahu jalan 0,50 m; badan jalan 4-5 m
Tabel Alat, Bahan dan Norma
Jalan Blok
Waktu Pembentukan jalan dan pemadatan pada tahun 0
Fungsi Merupakan batas blok yang satu dengan lainnya juga Merupakan pembantu jalan distribusi bahan/alat maupun transportasi produksi serta Mempermudah kontrol lapangan
Konstruksi Tanah pada badan jalan dipadatkan
Bentuk Cembung, kemiringan 2,5-4% dengan Lebar jalan 8 m; pinggir jalan 0,90 m, parit jalan 0,6×0,4×0,3 m tergantung kebutuhan;bahu jalan 0,50 m; badan jalan 4 m
Tabel Alat, Bahan dan Norma
Jalan Kontrol
Waktu Pembentukan pada saat TBM I semester I
Fungsi Jalan masuk ke areal bagi pekerja dan juga Sebagai jalan/ ke dalam areal tanaman serta Mempermudah inventarisasi kondisi, luas areal dan jumlah tanaman yang berada dalam blok, Mempermudah kontrol lapangan langsung sampai ke dalam areal tanaman
Konstruksi Lebar jalan 2 meter dengan cara Konstruksi dicangkul/diratakan Kondisi harus terjaga/tetap bersih
Tabel Alat, Bahan dan Norma
2. Jembatan dan Gorong-gorong
Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air)
Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10 HK
Ukuran gorong-gorong besar : panjang 1 m, diameter 1 m kecil : panjang 1 m, diameter 0,6 m
Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya gorong-gorong dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm
Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass
Jenis-jenis jembatan menurut bahannya :
a. Jembatan timbun; jembatan dengan pondasi tanah dan lantai kayu yang ditimbun tanah.
Permukaan pondasi datar dan rata yang dilandasi dengan susunan kayu bulat.
Gelagar dari jenis kayu keras dan kuat berbentuk bulat (gelondongan), dengan spesifikasi minimum adalah : dia. 50 cm dan panjangnya ditambah 4 m dari jarak pondasi.
Gelagar disusun rapat tanpa ada celah, kemudian ditimbun tanah dengan ketebalan minimum 50 cm.
b. Jembatan kayu; jembatan dengan pondasi tanah dan lantai kayu.
Permukaan pondasi datar dan rata yang dilandasi dengan susunan kayu bulat.
Gelagar dari jenis kayu keras dan kuat berbentuk bulat (gelondongan).
Jumlah kayu gelagar minimum 6 batang dengan susunan yaitu : 1 batang disusun di kiri dan kanan, 4 batang sisanya disusun secara berpasangan ditengah.
Papan lantai dipasang melintang dengan interval 5 cm.
Di atas lantai dipasang 2 set papan rel (lebar 75 cm) dengan jarak 75 cm.
Papan lantai dan rel dari jenis kayu keras dan kuat.
c. Jembatan semi permanen; jembatan dengan pondasi beton bertulang dan lantai kayu.
Ukuran pondasi beton adalah : Panjang 5 m – 6 m, lebar atas 1 m, lebar bawah minimum 1,5 m, lebar batu 50 cm, sedang tinggi tergantung situasi setempat.
Ukuran sayap pondasi adalah : Panjang minimum 2 m, tinggi sama dengan pondasi, dan lebar 50 cm – 75 cm.
Permukaan pondasi datar dan rata.
Gelagar dari jenis kayu keras dan kuat berbentuk persegi.
Jumlah kayu gelagar minimum 6 batang dengan susunan yaitu : 1 batang disusun di kiri dan kanan, 4 batang sisanya disusun secara berpasangan ditengah.
Papan lantai dipasang melintang dengan interval 5 cm.
Di atas lantai dipasang 2 set papan rel (lebar 75 cm) dengan jarak 75 cm.
Papan lantai dan rel dari jenis kayu keras dan kuat.
Ukuran loneng adalah : Tinggi 75 cm, lebar 30 cm, dan panjang 1 m.
d. Jembatan permanen; jembatan dengan pondasi dan lantai dari beton bertulang (pasangan batu atau cor.
Jembatan Permanen
Ukuran pondasi beton adalah : Panjang 5 m – 6 m, lebar atas 1 m, lebar bawah minimum 1,5 m, lebar batu 50 cm, sedang tinggi tergantung situasi setempat.
Ukuran sayap pondasi adalah : Panjang minimum 2 m, tinggi sama dengan pondasi, dan lebar 50 cm – 75 cm.
Permukaan pondasi datar dan rata.
Bahu pondasi dari beton cor bertulang, dengan ketebalan 50 cm.
Gelagar dari besi H atau beton bertulang, minimal sebanyak 6 batang dengan interval sama.
Ujung gelagar dikunci kepondasi dengan baut.
Lantai dicor bertulang dengan lebar bahu (kiri dan kanan) 50 cm, lebar bersih 4 m – 5 m dan tebal coran 20 cm.
Ukuran loneng adalah : Tinggi 75 cm, lebar 30 cm, dan panjang 1 m.
PROSEDUR KERJA
a. Pembuatan Pondasi Tanah
Permukaan pondasi didatarkan dan diratakan dengan excavator.
Pada bagian dalam pondasi disusun 2 – 3 batang kayu bulat dia 50 cm sepanjang 6 m sebagai landasan, lalu diikat dengan kawat beton dia 6 mm.
b. Pembuatan Pondasi Beton
Pada kedua bagian ujungnya, tebing sungai dikeruk dengan excavator secara menyorong sejauh 2 m dengan lebar 50 cm.
Di atas dasar galian tanah, dibangun pasangan batu pondasi dan sayap pondasi secara bertahap selapis demi selapis, dimana antara pondasi dan sayap pondasi harus dipasang secara serentak sehingga pasangan batunya kompak dan menyatu.
Pada bagian atas, bahu pondasi dibuat dari beton cor bertulang selebar 45 cm dan tebal 50 cm dimana pengecoran dilakukan beramaan dan tidak boleh berhenti sampai pengecoran selesai dilaksanakan.
c. Pemasangan Lantai Tanah (Jembatan Timbun)
Diantara kedua tepi pondasi diletakan masing-masing sebatang kayu gelagar lagi yang berfungsi untuk menahan tanah timbunan agar tidak longsor.
Disela-sela kayu gelagar diletakan kayu bulat kecil untuk menutup celah diantar kayu gelagar.
Di atas kayu gelagar tadi ditutupi plastik tebal yang berfungsi untuk mencegah timbunan tanah agar tidak lolos ke bawah.
Di atas lapisan plastik ditimbun tanah dengan ketebalan minimum 50 cm. Tanah yang digunakan adalah tanah dengan kandungan pasir yang rendah agar tidak mudah hanyut sewaktu hujan.
d. Pemasangan Lantai Kayu (Jembatan Semi Permanen)
Semi permanen
Kedua ujung gelagar dikunci kepondasi dengan baut atau semen.
Celah diantara gelagar ditutup dengan papan yang disangga dengan tiang-tiang, lalu di atasnya ditutup dengan palstik agar adukan semen nantinya tidak bocor.
Di atas gelagar dan papan yang sudah ditutup dengan plastik diletakan kerangka besi beton dengan ketebalan 15 cm.
Di atas gelagar yang sudah diberi kerangka besi dituang adukan semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 setebal 20 cm. Pengecoran harus diselesaikan sekali jadi dan tidak boleh berhenti sampai semuanya selesai.
Pada kedua sisi pondasi dipasang loneng beton (dari pasangan batu) dengan tinggi 75 cm, tebal 30 cm dan panjang 1 m. Diantara kedua loneng di sebelah kiri – kanan jembatan dipasang pipa besi dia 2,5 inci sebanyak 2 – 3 batang.
Loneng dan bagian luar pondasi diaci dan diplester dengan rapi.
Bagian dalam pondasi ditimbun dengan tanah sampai rata dengan permukaan jalan.
e. Pemasangan Lantai Beton (Jembatan Permanen)
Kedua ujung gelagar dikunci kepondasi dengan baut atau semen.
Celah diantara gelagar ditutup dengan papan yang disangga dengan tiang-tiang, lalu di atasnya ditutup dengan palstik agar adukan semen nantinya tidak bocor.
Di atas gelagar dan papan yang sudah ditutup dengan plastik diletakan kerangka besi beton dengan ketebalan 15 cm.
Di atas gelagar yang sudah diberi kerangka besi dituang adukan semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 setebal 20 cm. Pengecoran harus diselesaikan sekali jadi dan tidak boleh berhenti sampai semuanya selesai.
Pada kedua sisi masing-masing pondasi dipasang loneng beton (dari pasangan batu) dengan tinggi 75 cm, tebal 30 cm dan panjang 1 m. Diantara kedua loneng di sebelah kiri dan kanan jembatan dipasang pipa besi dia 2,5 inci sebanyak 2 – 3 batang.
Loneng dan bagian luar pondasi diaci dan diplester dengan rapi.
Bagian dalam pondasi ditimbun dengan tanah sampai rata dengan permukaan jalan
Tabel Panjang Jembatan & Diameter Gelagar Kayu
Tabel Panjang Jembatan & Diameter Gelagar Jembatan Semi Permanen dan Jembatan Permanen
3. Parit Drainase
Kebutuhan drainase bergantung pada topografi dan jenis tanah. Daerah yang bergelombang memerlukan sedikit drainase, sedangkan daerah rendahan dan daerah bertekstur liat dekat sungai membutuhkan drainase yang lebih banyak.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan drainase adalah menentukan lokasi outlet dari areal dan meluruskan parit alam sehingga aliran air akan mengikuti kemiringan areal. Dalam membuat perencanaan sistem drainase, harus dipertimbangkan agar areal gambut tidak mengalami overdrain yang dapat mengakibatkan lapisan gambut menyusut dengan cepat dan lapisan atas mengalami pengeringan yang berlebihan yang tidak dapat dikembalikan (irreversible).
Pada areal dengan lapisan pyrit, harus diketahui kedalamannya supaya senantiasa berada dibawah level air yang perlu dipertahankan yakni 60 – 70 Cm di bawah permukaan tanah untuk menghindari pyrit teroxidasi menjadi sulfat masam dan meningkatkan kemasaman tanah. Untuk kedua areal, sistem drainase dan water management (pengelolaan air) adalah prioritas utama, bila melakukan usaha kebun kelapa sawit di antara areal tersebut.
Tabel Jenis Jenis Parit
Tabel Ukuran Parit Drainase
Cara membuat parit
Manual : tanah digali dengan cangkul atau sekop
Mekanis : dengan excavator
Arah penggalian dari hilir ke hulu
Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima
Tempat pertemuan parit/Junction harus membelok ke arah aliran air
4. Polongan (Gorong-Gorong)
Polongan (gorong-gorong) adalah bangunan berbentuk bulat atau persegi yang ditengahnya bolong dengan dinding rata, yang disusun atau diletakan atau dipasang di dalam parit yang lebarnya kurang dari 2,5 m. Polongan berfungsi untuk menghubungkan jalan yang terputus oleh parit.
Jenis polongan (gorong-gorong) menurut bahannya :
Polongan baja; Polongan yang dibuat dari pipa logam dan tidak bersambung.
Polongan beton bulat; Polongan yang dibuat dari beton bertulang berbentuk cincin dan bersambung.
Polongan beton bersegi; Polongan yang dibuat dari beton bertulang berbentuk persegi dan tidak bersambung.
a. Norma Teknis
Polongan Kayu dan Polongan Baja
Dasar lobang polongan rata dengan dasar parit.
Tebal tanah timbunan minimum 50 cm dari atas polongan.
Tanah timbunan harus padat dan rata atau sedikit lebih tinggi dari permukaan jalan.
Pada kedua sisi jalan dipasang penahan tanah.
Polongan Beton Bulat
Galian harus lurus, berpenampang trapesium, lebar dasar sama dengan diameter polongan, dan dasar galian harus rata dengan dasar parit.
Polongan harus disusun lurus dan rapat, sambungannya harus disemen.
Susunan polongan lebih panjang 2 m dari lebar jalan yang akan dibuat polongan.
Pada kedua ujung polongan dipasang loneng dan sayap beton setinggi minimum 0,2 m lebih tinggi dari permukaan jalan.
Tebal timbunan minimal sama dengan diameter polongan.
Timbunan dasar sampai 15 cm di atas polngan terdiri dari campuran tanah liat dank oral.
Timbunan harus padat dan rata atau sedikit lebih tinggi dari permukaan jalan.
Polongan Beton Persegi (Box Culvert)
Dinding dan tutup polongan dibuat dari beton bertulang tebal 20 cm.
Dinding polongan harus dibuat di atas lapisan batu di dasar parit.
Lebar polongan disesuaikan dengan lebar parit, tinggi polongan 50 cm di bawah permukaan jalan.
Panjang polongan dilebihkan 2 m dari lebar jalan.
Pada kedua ujung polongan dipasang loneng dan sayap beton setinggi minimal 20 cm lebih tinggi dari permukaan jalan, panjang sayap minimal 2 m dan masuk ketebing parit.
Timbunan tanah minimal setebal 50 cm, harus padat dan rata atau sedikit lebih tinggi dari permukaan jalan.
b. Prosedur Kerja
Pasang Polongan Kayu
Polongan kayu diletakan di dalam parit yang telah digali.
Pada kedua ujung polongan disisi kiri – kanan serta di atas polongan dipasang penahan timbunan tanah dari susunan karung yang berisi pasir sampai setinggi 0,5 m dari atas polongan.
Selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah kering. Penimbunan dilakukan selapis demi selapis yang setiap lapisnya langsung dipadatkan sampai mencapai tebal timbunan minimum 50 cm dari atas polongan atau sampai rata dengan permukaan jalan.
Pasang Polongan Baja
Polongan baja dengan panjang lebih 3 m dari pada lebar jalan diletakan di dalam parit yang telah digali.
Pada kedua ujung polongan disisi kiri – kanan serta di atas polongan dipasang penahan timbunan tanah dari susunan karung yang berisi pasir sampai setinggi 50 cm dari atas polongan.
Selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah kering. Penimbunan dilakukan selapis demi selapis yang setiap lapisnya langsung dipadatkan sampai mencapai tebal timbunan minimum 50 cm dari atas polongan atau sampai rata dengan permukaan jalan. Bila tanah timbunan lebih tinggi dari permukaan jalan, maka + 5 m di kiri dan kanannya juga ditimbun secara melandai.
Pasang Polongan Beton Bulat
Dasar parit diluruskan dan diratakan, lalu dialas dengan 2 batang kayu ukuran 8 x 25 x 600 cm dengan jarak 25 cm sebagai landasan.
Di atas kayu landasan diletakan dan disusun 6 – 8 buah polongan beton bulat dengan rapat dan lurus.
Sambungan polongan diberi adukan semen secukupnya.
Pada kedua ujung polongan dibuat loneng dan sayap beton berupa pasangan batu, dimana tinggi loneng dan sayap 20 cm di atas permukaan jalan dan lebar sayap minimum 2 m masuk kedalam tebing parit.
Pada bagian samping dan bawah polongan ditimbun sampai padat dengan campuran koral dan tanah liat, demikian juga pada bagian atas polongan sampai setinggi 15 cm dari polongan.
Penimbunan dilanjutkan dengan tanah kering biasa selapis demi selapis yang langsung dipadatkan setiap lapisnya sampai timbunan rata dengan permukaan jalan atau minimum tebal timbunan sama dengan diameter polongan.
Apabila tanah timbunan lebih tinggi dari permukaan jalan, maka + 5 m di kiri dan kanannya juga ditimbun secara melandai.
Pasang Polongan Beton Persegi
Dibuat kerangka besi beton untuk tulang dinding dan sayap polongan, lalu dipasang papan mal dinding dan sayap pada kedua tepi parit, selanjutnya kedalam mal dimasukan kerangka besi beton, dan terakhir dilakukan pengecoran dinding dan sayap polongan dengan campuran semen + pasir + kerikil dengan rasio 1 : 2 : 3. Tinggi dinding dibuat 1 m di atas dasar parit dengan ketebalan 20 cm. Pada tahap awal ini sayap juga dicor tetapi hanya setinggi 1 m dari dasar sungai dengan ketebalan 20 cm, namun tulangnya dibuat 1,70 m.
Dibuat kerangka besi beton untuk tulang tutup polongan, lalu dipasang papan mal dan penyangganya diantara kedua belah dinding. Selanjutnya di atas mal ini diletakan kerangka besi beton dan terakhir dilakukan pengecoran dengan adukan semen + pasir + kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Ketebalan tutup polongan 20 cm, panjangnya tergantung lebar jalan ditambah 2 m, dan lebarnya tergantung lebar parit (maksimal 2,5 m). Kerangka besi beton dinding harus diikat dan disambungkan dengan kerangka besi tutup polongan.
Dibuat kerangka besi beton untuk tulang loneng, lalu dirangkai dan diikat dengan kerangka besi beton tutup dan sayap polongan, selanjutnya dipasang papan mal untuk loneng dan sayap bagian atas, dan terakhir dilakukan pengecoran loneng dan kelanjutan sayap polongan dengan adukan semen + pasir + kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Ketebalan loneng dan sayap 20 cm, tinggi loneng 70 cm di atas tutup polongan dan sama tinggi dengan sayap.
Setelah 2 minggu kemudian, semua mal dibuka lalu polongan ditimbun selapis demi selapis dengan tanah kering, dimana setiap lapisan timbunan langsung dipadatkan sampai tebal timbunan 50 cm atau sama rata dengan jalan. Jika terpaksa tinggi tanah timbunan lebih tinggi dari permukaan jalan (untuk mendapatkan ketebalan minimum 50 cm), maka + 5 m di kiri dan kanan jalan juga dilakukan penimbunan tambahan secara melandai.
Bahan mal dari kayu kasau (5 x 7 x 400 cm) dan papan ( 2 x 25 x 400 cm), sedangkan besi beton yang digunakan dia. 12 mm.