PENGGUNAAN insektisida tidak bisa lepas dari pengembangan kelapa sawit yang berkualitas. Pasalnya kerugian petani sawit karena binatang pengganggu terutama kumbang (Oryctes rhinoceros) sangat besar. Sayangnya bila penggunaan insektisida ini dilakukan lebih intensif, akan makin besar gas rumah kaca yang terperangkap di dalam atmosfer bumi yang berujung pada semakin cepatnya proses pemanasan global terjadi. 

Secara sekilas bisa dibilang kumbang umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda. Kerusakan yang cukup merugikan ini bisa terjadi karena masa hidup kumbang yang lumayan lama. Kumbang O. rhinoceros betina hidup selama 9 bulan dan kumbang jantan hidup 6 bulan. Sepanjang stadia kumbang, hama ini merusak tanaman kelapa sawit dengan cara memakan jaringan yang lembut termasuk titik tumbuhnya. Setiap 4-5 hari kumbang tersebut hidupnya berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Jadi meskipun populasi kumbang ini relatif kecil, kerusakan yang ditimbulkan cukup tinggi. 

Advertisements

Serangan kumbang ini selain dapat menurunkan produksi tandan buah segar samapi 69 persen pada tahun pertama, juga mematikan tanaman muda hingga 25 persen. Akibatnya penyisipan tanaman kelapa sawit harus dilakukan berulang kali. Pada umumnya pengendalian hama ini dilakukan dengan pengutipan kumbang dan aplikasi insektisida yang memerlukan biaya tinggi dan risiko tinggi merusak lingkungan. Namun saat ini telah ditemukan teknik pengendalian dengan menggunakan feromon yang efektif dan aman terhadap lingkungan. Pengendalian ini juga lebih murah dibandingkan pengendalian teknik konvensional. 

Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembangbiaknya. Senyawa utama feromon kumbang O. rhinoceros adalah etil-4 metikl oktanoate. Feromon tersebut dihasilkan kumbang jantan yang bersifat agregasi. Saat ini PPKS sudah berhasil mengembangkan feromon sintentik yang dikemas dalam kantong plastik. Ember plastik beserta kantong feromon yang digantung di dalamnya dikenal dengan sebutan ferotrap. 

Setelah 4 bulan pemasangan ferotrap, kerusakan tanaman kelapa sawit akibat serangan kumbang menurun dari 117 tanaman menjadi 27 tanaman. Jumlah kumbang yang terperangkap pun menurun dari 85 menjadi 40 ekor di kebun kelapa sawit seluas 28,8 hektar. Pemasangan ferotrap juga mengakibatkan populasi kumbang menurun sampai di bawah ambang kritis. Keunggulan lain dari produk yang merupakan temuan anak bangsa ini adalah memungkinkan mengumpulkan kumbang ini sebelum kumbang merusak tanaman kelapa sawit. Hal ini berbeda dengan pengutipan kumbang dari lubang gerekan yang dilakukan setelah kerusakan terjadi. (iah/PPKS)

Sumber : http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2006/6/26/l2.htm

Berita Kelapa Sawit Lengkap dan Harga Buah Sawit bisa disimak di Bawah ini :