Pengangkutan Tandan Buah Sawit (TBS) dari tempat pengumpulan hasil ke dump truck dan bin merupakan titik utama dari kegiatan pra pengolahan pabrik sawit. Penggunaan crane yang dikombinasikan dengan traktor dan truk sudah mulai diterapkan beberapa perusahaan perkebunan sawit. Dibandingkan tenaga manusia, waktu kerja crane lebih efektif memindahkan TBS ke atas kendaraan transportasi buah ke pabrik sawit.
Di Indonesia, beragam jenis crane telah banyak beredar dan digunakan pelaku perkebunan sawit. Salah satunya adalah Hyva Crane yang diproduksi oleh Hyva Grup, perusahaan multinasional sistem hidrolik yang berdiri pada 1979 di Belanda. PT Hyva Indonesia menjadi kantor cabang Hyva Grupyang bertugas mendukung pemasaran produk ini di Indonesia. Egbert Van Hoek, Presiden Direktur PT Hyva Indonesia, menjelaskan Hyva Crane sudah beberapa tahun lalu dipasarkan di sini yang diimpor dari kantor cabang Hyva di Malaysia. Sehingga, produk ini sebenarnya telah familiar untuk sebagian kalangan pelaku usaha sektor pertambangan, perkebunan, dan konstruksi.
Namun sejalan dengan filosofi perusahaan yaitu menjadi lebih dekat dengan konsumen. Maka, kata Egbert Van Hoek, dibukalah kantor cabang untuk melayani dan mendukung kebutuhan pengguna Hyva. “Perjalanan Hyva selama 30 tahun lebih dan bertransformasi sebagai perusahaan sukses di seluruh dunia dipengaruhi filosofi tersebut,” ujar Egbert kepada SAWIT INDONESIA di kantornya yang berlokasi di Cikarang, Bekasi.
Sejauhini, untuk segmen perkebunan produk Hyva Crane yang dipasarkan di Indonesia ada 2 tipe yaitu HB 50 FFB dan HB 60 E2. Perbedaan kedua produk ini berdasarkan kemampuan maksimal angkat beban. HB 50 FFB mempunyai kemampuan angkat beban maksimal 1,3 ton dengan jarak yang dipersyaratkan 3,62 meter. Apabila jarak antara crane dan tempat pengumpulan hasil buah berkisar 4,98 meter, maka total buah sawit yang dapat diangkut sebanyak 930 kilogram.
Joni Alberto, Sales Manager PT Hyva Indonesia, mengatakan di Malaysia crane seri HB 50 FFB diaplikasikan terpasang bersama traktor bukan truk. Material bahan HB 50 FFB terbuat dari baja berkekuatan tinggi sebesar 900 N/mm2 yang membuat crane ini lebih ringan namun performa tetap kokoh dan elastis.
HB 50 FFB ditopang dengan spesifikasi internal extension cylinder yang akan melindungi faktor eksternal penyebab kerusakan seperti kejatuhan pelepah kayu. Teknologi ini memudahkan perawatan crane apabila sewaktu-waktu ingin dibongkar. Ada pula floating valve system yang mempermudah crane untuk dilipat ketika terpasang pada traktor.
HB 50 FFB dilengkapi double rack and pinion system yang mempunyai banyak keuntungan dalam berbagai kondisi ketika crane membutuhkan ekstra torsi, atau sewaktu tidak beroperasi. Sehingga lebih kuat dan tangguh ketimbang sistem biasa. Keberadaan sectional valve block mampu melindungi sistem dan cylinder di dalam crane dari tekanan berlebihan.
Pilihan menggunakan HB 60 E2 sangatlah tepat untuk mengangkut beban TBS yang lebih berat. Menurut Joni Alberto, semakin dekat crane dengan tempat pengambilan buah sawit alhasil lebih besar kapasitas angkut beban. Misalkan saja, kapasitas pengangkutan dapat mencapai 6 ton apabila jarak crane dengan TBS sekitar 1 meter. Kalau jaraknya 7 meter mampu membawa beban 885 kilogram.
HB 60 E2 biasanya digunakan bersama dengan dump truk. Berdasarkan pengamatan SAWIT INDONESIA, produk ini digunakan di perkebunan yang berlokasi di Mamuju Utara, Sulawesi Barat, milik salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Modifikasi telah dilakukan terhadap Hyva Crane HB 60E2 yang diujungnya telah dilengkapi dengan hook dan jaring sebagai tempat membawa janjang sawit. Crane model ini rata-rata dapat mengangkut 20-25 TBS dari TPH ke atas dump truk.
Untuk melebarkan pasar penjualan, PT Hyva Indonesia bekerjasama dengan PT TASS Engineering sebagai distributor Hyva Crane ke berbagai daerah di Indonesia. Irwandi, Direktur PT TASS Engineering, mengatakan TASS Engineering berperan sebagai distributor Hyva Crane di Indonesia. Sampai tahun 2013, dua grup besar kelapa sawit sudah menjadi pengguna Hyva yaitu Wilmar dan Astra Agro.
Irwandi mengakui produk ini handal dan tangguh ketika diaplikasikan dalam pengangkutan buah sawit. Selain ditopang jaminan ketersediaan suku cadang dan layanan purna jual kepada pembeli. Uji produk dilakukan TASS Engineering terhadap Hyva Crane dengan beberapa produk sejenis dari perusahaan lain di perusahaan perkebunan sawit. Selama tiga bulan lamanya, tes dilakukan untuk melakukan kegiatan pengangkutan TBS. “Dari spesifikasi Hyva dengan produk lain tidak jauh berbeda, tapi yang istimewa kemampuannya yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Akhirnya, kami tetapkan untuk pilih Hyva,” ujarnya.
Sebagai perusahaan karoseri, perusahaan juga memberikan dukungan teknis, konsultasi dan layanan servis kepada pengguna Hvya Crane. Ada beberapa variasi aplikasi crane yang telah dihasilkan TASS Engineering untuk pelaku perkebunan sawit antara lain dump crane, cargo crane, dan grabber. Khusus grabber adalah alat bantu yang ditambahkan pada crane dalam pengambilan hasil panen TBS ke trailer traktor.
Sebagai partner distributor, Irwandi mengakui Hyva Crane sangat mengutamakan pengembangan produk secara berkelanjutan untuk membantu pelaku sawit. Paling utama, ditambahkan komitmen produsen Hyva sangatlah bagus dan memberikan dukungan kuat kepada konsumen terutama di proses desain maupun mesin.
Sebagai perusahaan yang sudah berjalan lebih dari 30 tahun, Hyva berkomitmen dalam mengembangkan produknya yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Joni Alberto mengungkapkan sedang mengembangkan produk minicrane yang ditujukan untuk melengkapi dua produk Hyva Crane yang sudah beredar di Indonesia.
Fungsi minicrane ini, kata Joni, dipakai mengambil TBS yang telah dipanen di dalam blok kebun. Ukurannya yang kecil dapat dikombinasikan dengan traktor. “Dengan hadirnya minicrane, penjualan Hyva diharapkan semakin kuat di Indonesia karena kebutuhan pembeli dapat dipenuhi,” ujar Joni Alberto.
Egbert Van Hoek menegaskan sedari awal pihaknya ingin memberikan total solusi kepada konsumen yang akan berkontribusi terhadap kinerja mereka. Di Indonesia, perusahaan membidik tiga sektor bisnis yaitu konstruksi, agribisnis, dan pertambangan.
Layanan purna jual dan dukungan kepada konsumen diberikan optimal. PT Hyva Indonesia bersama dengan TASS Enginering menyiapkan teknisi khusus apabila sewaktu-waktu konsumen butuh. Menurut Joni Alberto, sudah ada teknisi khusus yang berpusat di Jakarta yang dapat segera dikirim ke remote area pengguna Hyva. Ditambah lagi dengan ketersediaan suku cadang di gudang perusahaan yang berlokasi di Cikarang.
Begitupula dengan TASS engineering memiliki tiga teknisi untuk melayani wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur. “Kami ingin mendukung dan memberikan pelayanan penuh kepada konsumen. Dalam hal ini, komitmen kami sangat kuat,” tutur Irwandi.
Sampai 2013, populasi Hyva Crane sudah berjumlah 200 unit lebih yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Selaku distributor penjualan, kata Irwandi, penjualan
Hyva Crane akan meningkat di tahun ini ketimbang tahun lalu. Indikasinya, beberapa perusahaan kelapa sawit di Kalimantan telah meminta ujicoba Hyva di kebunnya.
Egbert Van Hoek optimis Hyva Crane dapat diterima pelaku usaha perkebunan sawit karena produknya paham dengan kebutuhan konsumen. Selain didukung pengembangan dan riset kuat oleh Hyva Grup. “Kehadiran kami di Indonesia untuk tumbuh bersama dan membantu pelaku sawit untuk meningkatkan pertumbuhan industri sawit,” pungkas Egbert. (Qayuum Amri)